Melawan Stigma Buruk Autisme di Indonesia

Ilustrasi anak dan ibu
Sumber :
  • Pexels/Ketut Subiyanto

VIVA – Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi sejumlah besar individu di seluruh dunia. Di Indonesia, seperti di banyak negara lain, autisme telah menjadi isu kesehatan yang semakin penting. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang autisme, stigma buruk terhadap kondisi ini masih sangat umum di masyarakat Indonesia. 

Stigma buruk terhadap autisme mencakup prasangka, stereotip, diskriminasi, dan ketidakpahaman terhadap individu yang hidup dengan autisme dan keluarga mereka. Stigma ini seringkali berakar dari kurangnya pengetahuan tentang autisme, mitos yang salah, dan ketakutan akan yang tidak dikenal. Beberapa contoh stigma buruk autisme yang umum di Indonesia adalah:

Autisme adalah Kutukan: Beberapa masyarakat masih percaya bahwa autisme adalah kutukan atau hukuman atas perbuatan keluarga atau individu yang bersangkutan. Pandangan ini tidak hanya salah, tetapi juga tidak bermanfaat.

Autisme adalah Akibat dari Vaksinasi: Teori konspirasi tentang vaksinasi dan autisme masih ada meskipun telah dibuktikan tidak benar oleh penelitian ilmiah. Keyakinan semacam ini hanya menyesatkan dan membahayakan anak-anak yang memerlukan vaksinasi.

Orang dengan Autisme Tidak Bisa Berkembang: Salah satu mitos yang paling merusak adalah anggapan bahwa orang dengan autisme tidak dapat mencapai potensial mereka. Padahal, dengan dukungan dan pendidikan yang tepat, banyak individu dengan autisme bisa mencapai hal-hal besar.

Stigma dalam Pendidikan: Anak-anak dengan autisme seringkali menghadapi stigmatisasi di sekolah. Mereka bisa mengalami pelecehan verbal, fisik, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah karena ketidakpahaman guru dan teman sekelas.

Organisasi Teman Autis

Photo :
  • Istimewa

Teman Autis Suarakan Edukasi dan Dukungan

10 Capim KPK Bakal Jalani Uji Kelayakan, DPR: Kita Tinggal Minta Juga Masukan dari Masyarakat

Stigma seputar autisme di Indonesia kini masih berlanjut dan menciptakan situasi di mana banyak orang tua dengan anak yang memiliki autisme merasa malu atau terbatas dalam mendapatkan pendidikan yang diperlukan untuk membantu perkembangan optimal anak mereka.

Namun, Teman Autis, sebuah inisiatif yang lahir pada bulan April 2018, telah memberikan harapan dan wadah bagi orang tua dengan anak yang menerima diagnosis autisme. Mereka percaya bahwa dengan pemahaman yang tepat, anak-anak dengan autisme dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Hari Keempat Lapor Mas Wapres Catat 296 Aduan, Paling Banyak soal Ini

Teman Autis, yang diprakarsai oleh Ratih dengan dukungan Alvinia Christiany sebagai co-founder, serta enam anggota lain yang memiliki beragam latar belakang, termasuk guru anak berkebutuhan khusus, ahli pemasaran digital, konselor hukum, dan berbagai bidang lainnya. Dalam hal pendidikan, Ratih sendiri adalah seorang corporate legal counsel yang lulus dari Fakultas Hukum dengan jurusan Hukum Bisnis di Universitas Airlangga, dan memiliki gelar Master of Laws dari University College London.

Upaya Teman Autis mencakup pendirian situs web www.temanautis.com, yang menyediakan akses informasi komprehensif seputar autisme untuk para orang tua di seluruh Indonesia. Situs ini menyediakan berbagai informasi, mulai dari dasar hingga informasi khusus yang sangat dibutuhkan. Hal ini memberikan dukungan yang sangat diperlukan kepada orang tua yang berjuang dengan diagnosis autisme pada anak-anak mereka.

Istana Tegaskan Program Lapor Mas Wapres Punya Pemerintah, Bukan Gibran

Teman Autis juga telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 100 klinik, pusat terapi, dan sekolah di Indonesia. Dengan upaya kolaboratif ini, mereka berharap untuk memberikan lebih banyak sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan bagi individu dengan autisme dan keluarganya di seluruh negeri.

Alvinia Christiany, co-founder Teman Autis

Photo :
  • SATU Indonesia

Inisiatif seperti Teman Autis membantu mengatasi stigma dan ketidakpahaman yang melingkupi autisme di masyarakat Indonesia. Dengan menyediakan edukasi yang akurat, memberikan dukungan kepada keluarga, dan mempromosikan inklusi sosial, Indonesia bisa bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif dan memahami terhadap individu dengan autisme.

Atas gerakan inspiratifnya ini berupa ‘Jembatan Edukasi dan Informasi Seputar Autisme’, Alvinia Christiany meraih penghargaan SATU Indonesia Awards bersama sejumlah tokoh inspiratif lain pada 2022 silam.

Baca artikel Edukasi menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya