Melawan Candu Gadget dengan Permainan Tradisional

Ilustrasi Festival Permainan Tradisional
Sumber :
  • Antara/Dewi Fajriani

VIVA – Gadget berupa smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Mereka memberikan akses tak terbatas ke informasi, hiburan, dan komunikasi. Namun, sementara smartphone memberikan manfaat yang tak terbantahkan, terutama bagi orang dewasa, mereka juga menghadirkan sejumlah ancaman bahaya besar bagi anak-anak.

HUT Ke-129, BRI Luncurkan Web Series Pakai Hati Reborn Angkat Tema “Champion of Financial Inclusion”

Anak-anak yang terlalu sering menggunakan smartphone dapat dengan mudah terjerumus dalam perilaku kecanduan. Kecanduan smartphone dapat mengganggu keseimbangan waktu, tidur, dan aktivitas fisik anak-anak. Selain itu, terlalu banyak waktu di depan layar dapat berkontribusi pada gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.

Smartphone juga memberikan akses ke internet, di mana konten tidak pantas dan berbahaya dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak. Meskipun ada berbagai filter dan pengawasan orang tua yang tersedia, tidak ada cara untuk sepenuhnya melindungi anak-anak dari konten yang merusak.

Cegah Konflik, Warga Lampung Selatan Ajak Anak Muda Gelar Pesta Budaya

Tidak hanya itu, anak-anak yang belum cukup dewasa dalam penggunaan teknologi sering kali menjadi sasaran pelecehan, penipuan, atau kecurangan online. Mereka mungkin tergoda untuk berbagi informasi pribadi atau terlibat dalam perilaku berisiko karena kurangnya pengalaman mereka.

Dan yang tidak kalah penting, penggunaan smartphone yang berlebihan dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial anak-anak. Mereka mungkin lebih memilih berinteraksi dengan layar daripada berbicara dengan teman-teman atau anggota keluarga secara langsung.

Merek China Ini Siap Goyang Pasar Smartphone Murah di Indonesia

Selain itu, anak-anak yang terlalu banyak menggunakan smartphone cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktivitas fisik. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas dan masalah postur tubuh. Anak-anak juga sering kali kurang memahami pentingnya privasi online. Mereka mungkin dengan mudah berbagi informasi pribadi atau foto-foto yang tidak seharusnya, yang dapat menyebabkan masalah serius di kemudian hari.

Ilustrasi memotret objek dari smartphone atau ponsel pintar.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Paparan cahaya biru dari layar smartphone dapat mengganggu ritme tidur alami anak-anak. Ini dapat menyebabkan masalah tidur, ketidakmampuan untuk tidur dengan baik, dan dampak negatif pada konsentrasi dan kinerja sekolah. Penggunaan smartphone yang berlebihan juga dapat mengalihkan perhatian anak-anak dari belajar. Mereka mungkin menjadi terlalu terlibat dalam permainan atau media sosial, yang dapat mempengaruhi prestasi akademik mereka.

Kampung Lali Gadget

Menghadapi ancaman kecanduan gadget pada anak, Achmad Irfandi, seorang pemuda yang berasal dari Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, meluncurkan sebuah program yang dikenal sebagai "Kampung Lali Gadget" (KLG) pada tanggal 1 April 2018.

Motivasi kuat di balik inisiatif ini adalah keprihatinan pribadinya terhadap potensi bahaya kecanduan gadget yang dihadapi oleh anak-anak. Meskipun belum ada laporan kasus serupa di kampungnya, Irfandi memutuskan untuk bertindak proaktif dan mencegah potensi bahaya ini agar tidak merasuki lingkungan tempat tinggalnya.

Program KLG difokuskan pada upaya konservasi budaya dengan tujuan mempopulerkan permainan tradisional sebagai alternatif yang efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. Dalam pelaksanaannya, Irfandi berhasil merekrut sejumlah pemuda dari Desa Pagerngumbuk dan wilayah sekitarnya untuk bergabung dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Mereka memainkan peran kunci sebagai perencana, fasilitator edukasi, dan pendamping dalam program ini.

Kegiatan yang dijalankan dalam program KLG mencakup beragam aspek, seperti edukasi budaya, pelestarian kearifan lokal, olahraga, pemahaman tentang satwa, dan pengenalan permainan tradisional. Selain mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget, program ini juga berperan penting dalam mendidik mereka tentang warisan budaya dan nilai-nilai lokal yang berharga.

Irfandi bermimpi agar program ini dapat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah desa wisata atau destinasi edukasi bagi orang tua yang ingin menyelamatkan anak-anak mereka dari ketergantungan pada gadget.

Tim KLG berharap agar isu kecanduan gadget bisa menjadi perhatian nasional yang mendalam, mendorong setiap individu untuk berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh ketergantungan pada teknologi. Program KLG adalah langkah konkret yang mengilhami perubahan positif dalam lingkungan lokal dan dapat menjadi contoh bagi inisiatif serupa di seluruh negeri.

Atas gerakan inspiratifnya ini berupa ‘Penggerak Konservasi Budaya ‘Kampung Lali Gadget’, Achmad Irfandi meraih penghargaan SATU Indonesia Awards bersama sejumlah tokoh inspiratif lain pada 2021 silam.

Baca artikel Edukasi menarik lainnya di tautan ini.

Ilustrasi game/permainan (Unsplash.com/Sean Do)

5 Game Terlaris Sepanjang Masa, Gak Nyangka Ini Peringkat Satunya

Dunia game terus berkembang dengan pesat. Ada beberapa game yang berhasil mencapai puncak penjualan, bahkan menjadi bagian dari sejarah gaming.

img_title
VIVA.co.id
16 Desember 2024