Bermodal 5 Gram Maggot, Kini Kelola 5 Ton Sampah Perhari

Ilustrasi Maggot (Courtesy: mongabay.co.id)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Ketika kita berbicara tentang pengelolaan sampah organik yang efisien dan berkelanjutan, salah satu inovasi yang menarik adalah budidaya maggot. Maggot memiliki peran penting dalam mendekomposisi bahan organik dan mengubahnya menjadi sumber daya yang berharga. 

Kunjungi Bandung, Menteri LH Minta Komitmen Jawa Barat Memperbaiki TPA Sarimukti 

Seperti diketahui, Maggot merupakan larva dari lalat, khususnya lalat hitam soldat (Hermetia illucens). Maggot memiliki peran alami dalam ekosistem sebagai dekomposer yang efisien. 

Mereka mampu menguraikan bahan organik seperti sisa makanan, limbah pertanian, dan sampah organik lainnya menjadi pupa dan pupa menjadi lalat dewasa.

Menteri Lingkungan Hidup Optimis Dapat Tekan Angka Kebakaran Hutan dan Lahan 

Budidaya maggot dapat membantu mengurangi volume sampah organik dengan mendekomposisi bahan organik menjadi pupa dan pupa menjadi lalat dewasa.

Maggot juga merupakan sumber protein yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama unggas dan ikan. Mereka mengandung protein tinggi, lemak sehat, dan nutrisi lainnya.

Yayasan yang Didirikan Prabowo Beri Pupuk Gratis ke Petani di Magelang

Kotoran dari maggot yang sudah dewasa dapat digunakan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Maggot juga dapat diolah menjadi bioenergi dalam bentuk biogas atau bahan bakar lainnya.

Ilustrasi sampah.

Photo :
  • vstory

Budidaya maggot juga dapat mengintegrasikan pengelolaan sampah organik menjadi siklus yang lebih besar. Maggot membantu mendekomposisi sampah organik menjadi sumber daya yang dapat digunakan kembali, seperti pakan ternak dan pupuk organik. 

Selain itu, budidaya maggot juga bisa mengurangi tekanan pada tempat pembuangan akhir sampah dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Resah Lihat Tumpukan Sampah

Dan budidaya maggot ini berhasil dilakukan oleh warga Banyumas Jawa Tengah, Arky Gilang Wahab. Hal ini dilakukannya, tidak terlepas dari keresahannya terhadap kondisi di lingkungan sekitar rumanya.

Masalah utama yang dihadapi oleh penduduk desa Banjaranyar adalah penumpukan sampah yang semakin meningkat di berbagai sudut desa. Hal ini menyebabkan timbulnya bau tak sedap di sekitar lingkungan, yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Merespons permasalahan ini, Arky Gilang Wahab memutuskan untuk mengambil tindakan dengan memulai budidaya maggot.

Arky bekerja sama dengan adik iparnya dalam menjalankan program budidaya maggot ini. Mereka memulainya dengan memiliki sekitar 5 gram maggot dan memberi makan maggot tersebut dengan menggunakan sampah yang mereka kumpulkan di kampung mereka. Hasil dari budidaya maggot ini adalah produksi pupuk organik sebanyak 7 kilogram.

Kehadiran program budidaya maggot yang digagas oleh Arky memberikan bantuan yang signifikan bagi pemerintah Banyumas. Sebagai tanggapan atas upayanya, pemerintah memberikan dukungan berupa tempat untuk mengolah sampah menjadi bubur sampah, yang kemudian diambil dan diproses di Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST). 

Sampah organik yang diangkut kemudian diolah menjadi bubur sampah yang digunakan sebagai pakan untuk larva maggot. Setelah melalui tahap tersebut, bubur sampah kemudian diolah oleh maggot menjadi pupuk organik.

Awalnya, program ini hanya berfokus pada pengolahan sampah di sekitar tempat tinggal Arky. Namun, seiring berjalannya waktu, program ini telah mampu mengelola hingga 5 ton sampah setiap harinya. Sampah tersebut berasal dari 5.500 rumah tangga dan 72 instansi pemerintah di kecamatan Sumbang dan Sokaraja.

Atas program inspiratifnya ini yang bertajuk Sistem Konversi Limbah Organik Secara Keseluruhan Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan, Arky Gilang Wahab meraih penghargaan SATU Indonesia Awards bersama sejumlah tokoh inspiratif lain pada 2021 silam.

Dalam era ketidakpastian lingkungan saat ini, inovasi seperti budidaya maggot memang menjadi langkah positif dalam menjaga lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang bijak dalam mengelola sampah organik, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak terkendali.

Baca artikel Edukasi menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya