Joko Pinurbo Bacakan Sajak-sajak Saat Menerima Penghargaan Achmad Bakrie
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta – Penghargaan Achmad Bakrie menjadi momentum bagi pembuktian anak bangsa yang telah berikan kiprah dan manfaat positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Penghargaan Achmad Bakrie XIX tahun 2023 digelar pada Kamis, 31 Agustus 2023 di Ciputra Theatre kawasan Kuningan, Jakarta dan akan ditayangkan di tvOne pada Sabtu, 2 September 2023.
Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun ini memberikan penghargaan kepada empat orang dalam bidangnya masing- masing. Keempat penerima Penghargaan Achmad Bakrie XIX adalah Fachry Ali untuk bidang Pemikiran Sosial, Joko Pinurbo untuk bidang Sastra, Andrijono untuk bidang Kedokteran dan Carina Joe untuk bidang Sains.
Salah satu penerima penghargaan Achmad Bakrie dalam bidang Sastra membacakan beberapa sajak dalam sambutannya setelah menerima penghargaan. Ia mengungkapkan penghargaan Achmad Bakrie mengingatkan pada sajak seorang penyair.
“Penghargaan Achmad Bakrie mengingatkan saya pada sebuah pesan yang tertera dalam sepucuk sajak karya penyair Hendro Mulyo, saya kutip dari puisinya,” ungkapnya.
“Aku hanya ingin memperingatkan, jiwa di Tanah Airmu, jiwa yang bersedia.
Ketekunan-ketekunan kecil, merawat dan mengolah potensi bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, agar bahasa kita ini terus mekar menjadi bahasa ekspresi yang lebih kaya.
Ketekunan kecil itu terus dipelihara dengan cinta yang keras kepala, untuk itu saya mengucapkan terima kasih.”
Di tengah pidatonya, Ia mengucapkan terima kasih kepada keluarganya yang merelakan dirinya untuk menjadi seorang pengrajin sastra:
“Terima kasih untuk keluarga saya yag telah mendukung dan merelakan saya menjadi seorang pengrajin sastra, yang harus banyak bersabar dan tawakal menunggu datangnya hilal,” tuturnya disambut tepuk tangan dari pada hadirin yang datang.
Joko juga mengungkapkan bahwa dirinya beruntung mempunyai mantra yang mustajab untuk menekuni dunia sastra.
“Beruntung punya mantra yang mustajab, yang menguatkan saya untuk bertekun di dalam dunia yang sepi secara ekonomi ini (Sastra), mantra itu berbunyi: 'Segalanya menjadi mudah, dengan mudah-mudahan.’ Bapak ibu dan hadirin yang terhormat, di tengah semeawut lalu lintas komunikasi, yang acak diwarnai dengan barbarisme dan kegilaan massa, menikmati perkataan kata dan makna seraya bercengkrama dengan aktivitas hidup manusia. Hal itu merupakan cara asuh untuk menjaga kewarasan dan kegembiraan,” katanya.
"Puisi bisa menjadi ruang rekreasi, tempat imajinasi mendapatkan kembali kemerdekaan, izinkan saya membacakan sajak pendek berjudul Doa orang sibuk, yang 24 jam sehari berkantor di ponselnya," lanjutnya.
"Tuhan, ponsel saya rusak dibanting gempa. Nomor kontak saya hilang semua. Satu-satunya yang tersisa ialah nomorMu. Tuhan berkata, dan itulah satu-satunya nomor yang tak pernah kau sapa,” tutupnya.