Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara, Buya Yahya Ajarkan Cara Meminta Hujan dengan Salat Istisqa
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta – Pengamat iklim dan lingkungan Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani menerangkan bahwa udara di musim kemarau dengan curah hujan dan kecepatan angin yang rendah dapat mempengaruhi tingkat polusi udara yang beberapa waktu belakangan terbilang cukup tinggi.
“Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembaban juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak,” terangnya dikutip dari laman UGM, Rabu, 24 Agustus 2023.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Buya Yahya mengatakan ketika mengalami kemarau atau hentinya curah hujan hingga mengalami kekeringan bahkan sampai menimbulkan polusi udara, maka disunnahkan untuk memohon kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan salat istisqa.
“Cara istisqa ini ada tiga tingkatan, pertama memohon, kedua adalah berdoa secara khusus waktu khatib Jumat berkhutbah, bisa juga bersama qunut nazilah ketika salat, yang ketiga adalah salat istisqa,” ujar Buya Yahya seperti dilihat dari YouTubenya, Kamis, 24 Agustus 2023.
Buya mengatakan sebelum melakukan salat istisqa, imam disunnahkan mengimbau jemaah untuk bertaubat atau memohon ampun kepada Allah SWT. Sebab, kata dia, banyak sejarah mencatat, dihentikannya curah hujan dikarenakan dosa manusia.
Sebelum melaksanakan salat istisqa, umat Muslim juga dianjurkan untuk bersedekah, meminta maaf kepada orang yang pernah dizalimi serta puasa tiga hari. Kemudian pada hari keempat, masyarakat boleh melaksanakan salat istisqa. Namun, dianjurkan tidak menggunakan baju-baju mewah.
“Bukan seperti hari raya, kalau hari raya tampakkan kegembiraan kalau (salat istisqa) tampakkan kesedihan,” jelas Buya.
“Kemudian, imam dan masyarakat dapat melaksanakan salat istisqa sebanyak dua rakaat, takbir 7 kali di rakaat pertama, 5 kali di rakaat kedua, habis salat dua rakaat lalu khutbah, persis seperti salat id,” sambungnya.
Dalam khutbah, khatib dianjurkan memperbanyak istighfar. Kemudian membaca doa mengharap Allah segera menurunkan hujan, seperti berikut:
“Allahummasqina ghaitsan mughitsan hani’an mari‘an (lan riwayat muri‘an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan da’iman”
Artinya, “Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi.”
“Allahummarfa‘ ‘annal jahda wal ju‘a wal ‘ura, waksyif ‘annal bala’a ma la yaksyifuhu ghairuka,”
Artinya, “Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu.”