Metode Experiential Learning pada Pengembangan Soft Skill di Dunia Kerja
- Dok: PPM Manajemen
Jakarta – Dalam dunia kerja, tidak hanya kompetensi teknis atau hard skill yang dibutuhkan tetapi juga kompetensi sosial dan kepribadian alias soft skill seperti kerja sama tim, kreativitas, komunikasi, dan kepemimpinan.
Dalam mengembangkan soft skill para talenta, perusahaan perlu mempertimbangkan metode pengembangan yang efektif, terutama di tengah perkembangan teknologi dan ketersediaan sumber belajar yang semakin mudah.
Salah satu metode yang telah diterapkan selama dua dekade terakhir adalah Experiential Learning. EL bukanlah pendekatan baru, tetapi telah dikenal sejak tahun 1930 oleh John Dewey dan semakin populer melalui kontribusi Carl Rogers dan David Kolb. Metode ini telah banyak digunakan dalam pendidikan dan pelatihan di berbagai lembaga, termasuk di PPM Manajemen.
Di PPM Manajemen, EL digunakan sebagai metode pembelajaran yang berfokus pada pengalaman namun tetap mempertimbangkan konten yang berkaitan dengan soft skill. Metode ini telah terbukti efektif selama 8 tahun terakhir dan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengembangan karyawan di berbagai perusahaan.
Dalam metode EL, penting untuk melibatkan aspek kognitif, afektif, dan konatif dalam pengembangan soft skill. Pada tahap pembelajaran, fokus diberikan pada aspek emosional, di mana peserta dilatih untuk mengembangkan soft skill melalui pengalaman langsung.
Kepala Divisi Pembelajaran Inggriya dan learning designer PPM Manajemen, Meinita Nurul R, menjelaskan bahwa pengembangan soft skill melalui EL melibatkan pelatihan dalam aspek emosional yang mencakup pembelajaran dari pengalaman.
“Dalam pengembangan soft skill yang harus dilibatkan adalah penggabungan kemampuan kognitif, afektif dan konatif. Pada aspek emosi, dalam tahap pembelajaran inilah banyak dilatihkan dalam metode EL,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip VIVA Edukasi Sabtu 15 Juli 2023.
Implementasi metode EL dimulai dengan pemahaman terhadap kompetensi yang ingin dikembangkan dan penurunan konsep tersebut ke dalam silabus dan modul pembelajaran.
Kemudian, dilakukan diskusi untuk menentukan alur pembelajaran yang sesuai dan aktivitas yang diperlukan. Materi pembelajaran, seperti presentasi, studi kasus, video, dan artikel, disusun oleh kolaborasi antara desainer pembelajaran dan ahli materi.
Metode EL dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap perusahaan, karena setiap perusahaan memiliki kebutuhan pengembangan kompetensi yang berbeda-beda.
Tahap refleksi terstruktur yang dipandu oleh fasilitator dan peran behavior coach sangat penting agar peserta dapat menginternalisasi pengalaman dalam pekerjaan mereka.