Merinding, Fosil Ini Ungkap Fakta Mengerikan Nenek Moyang Manusia
- National Cultural Heritage Administration/Global Times
Jakarta – Belum lama ini sebuah fosil kering kaki nenek moyang manusia ditemukan dalam kondisi mengenaskan, yaitu dipenuhi dengan sabetan.
Terdapat Sembilan sobekan yang menyebabkan para peneliti memebrikan kesimpulan, bahwa nenek moyang manusia saling membantai 1,45 juta tahun lalu, tetapi bukan untuk ritual.
Dilansir dari Live science, Selasa, 4 Juli 2023, Ahli paleoantropologi National Museum of Natural History di Washington DC, Briana Pobiner mengungkapkan hal ini. Ia menyimpulkan kondisi itu saat melihat fosil tibia yang ditemukan di dalam koleksi Museum Nasional Kenya Nairobi National Museum.
Pobiner saat itu tengah mempelajari koleksi museum, mencari bekas gigitan dari hewan punah yang mungkin memangsa hominin purba. Namun, ketika itu dia menemukan luka pada fosil tulang yang terlihat seperti dibuat oleh perkakas batu.
"Bekas potongan ini terlihat sangat mirip dengan apa yang saya lihat pada fosil hewan yang sedang diproses untuk dikonsumsi," kata Pobiner dalam siaran pers.
"Tampaknya kemungkinan besar daging dari kaki ini dimakan, bukan untuk ritual."
Peneliti lainnya, yang merupakan paleoanthropologist dari Colorado State University, Michael Pante membuat model 3D dari cetakan tulang itu. Tujuannya untuk membandingkan bentuk potongan itu dengan database yang ada dari 898 gigi individu, pemotongan, dan tanda injakan yang dibuat selama percobaan.
Dari hasil coba itu, Pante menemukan bahwa semua bekas luka menunjukkan arah kesimpulan yang sama, yakni luka yang disebabkan perkakas batu, sehingga memungkinkan tangan yang memegang alat batu membuat tanda satu demi satu tanpa mengubah pegangan.
Kendati begitu, para peneliti itu belum dapat menemukan tulang kaki itu berasal dari spesias nenek moyang manusia yang mana. Kemungkinan karena tulang kaki tidak memberukan informasi taksonomi sebanyak tengkorak atau tulang rahang.
Fosil tibia awalnya diidentifikasi para peneliti sebagai Australopithecus boisei, namun kemudian pada 1990 diidentifikasi sebagai Homo erectus.
Bekas-bekas luka sabetan di tulang kali itu sendiri tidak secara pasti menjadi bukti bahwa manusia purba memakan kaki tersebut, tetapi Pobiner mengatakan itu mungkin saja terjadi. Sebab, bekas luka terletak di tempat otot betis yang menempel pada tulang, dan itu tempat yang baik untuk memotong jika tujuannya adalah untuk menghilangkan daging.
"Informasi yang kami miliki menunjukkan bahwa hominin kemungkinan besar memakan hominin lain setidaknya 1,45 juta tahun yang lalu," kata Pobiner.
"Ada banyak contoh spesies lain dari pohon evolusi manusia yang saling memakan untuk memperoleh nutrisi, tetapi fosil ini menunjukkan bahwa kerabat spesies kita saling memakan untuk bertahan hidup lebih jauh ke masa lalu daripada yang kita kenali."
Silvia Bello, seorang peneliti human origins di London's Natural History Museum mengatakan bahwa kanibalisme mungkin lebih umum terjadi pada masa lalu daripada yang diperkirakan selama ini.
Ia mencatat bahwa bukti perilaku tersebut juga telah ditemukan di situs arkeologi yang terkait dengan Neanderthal dan manusia modern awal.
Misalnya, Neanderthal yang hidup 100.000 tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut Prancis mempraktikkan kanibalisme. Ia memperkirakan perilaku itu disebabkan iklim yang lebih hangat sehingga makanan lebih sulit didapat.