Bangun Karakter dan Mental, 61 Tim Sepakbola Putri Tingkat SD Bersaing di Soccer Challenge 2023

729 siswi dari 32 SD di Kudus akan berlaga di MIllife Soccer Challenge 2023
Sumber :
  • Istimewa

Kudus - 729 siswi dari 32 Sekolah Dasar di Kudus akan unjuk kebolehan dalam ajang “Milklife Soccer Challenge 2023” besutan Bakti Olahraga Djarum Foundation yang diselenggarakan di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah mulai Kamis 15 Juni hingga Minggu 18 Juni 2023. Setiap sekolah mengirimkan timnya untuk bertanding di dua kelompok usia, yakni U-10 (24 tim) dan U-13 (37 tim).

Elang, Film Sepakbola yang Mengungkap Drama Gelap di Balik Industri Lapangan Hijau

Berbeda dengan sepakbola dewasa, sepakbola putri U-10 dan U-13 menggunakan bola ukuran 4 dengan diameter 63,5 hingga 66 cm dan berbobot 0,33-0,36 kg. Luasan lapangan pun menyusut menjadi 24x40 meter dan gawangnya berukuran 2x5 meter. Sedangkan durasi permainan hanya 2x10 menit dengan waktu istirahat  selama 5 menit.

Jika sepakbola umumnya berkekuatan 11 orang pemain, pada pertandingan sepak bola putri ini, satu tim terdiri dari tujuh orang pemain. Milklife Soccer Challenge dimulai dengan babak penyisihan pada Kamis (15/6) hingga Sabtu (17/6) dan partai final yang akan diselenggarakan pada Minggu (18/6).

Soccer Challenge Sukses Tumbuhkan Minat Siswi Rangkai Mimpi Jadi Bintang Sepakbola

Brand Manager MilkLife Candy Lauw, mengatakan bergulirnya Milklife Soccer Challenge 2023 merupakan bentuk nyata atas komitmen Milklife untuk turut menyehatkan anak-anak Indonesia. Pasalnya, olahraga yang ditopang dengan asupan kaya nutrisi seperti susu, akan membuat anak sebagai generasi masa depan Indonesia dapat tumbuh sehat dan kuat.

“Olahraga yang melatih fisik seperti sepakbola tak hanya berdampak positif bagi kesehatan jasmani, tapi juga menguatkan karakter dan mental anak. Kejuaraan sepakbola putri ini sangat penting karena mendorong anak untuk lebih berani meraih prestasi membanggakan,” terang Candy.

PSSI dan FIFA Kunjungi 13 Stadion Guna Penuhi Standar Internasional

Milklife Soccer Challenge 2023 merupakan lanjutan dari kegiatan Milklife Soccer Coaching Clinic yang diadakan pada Maret lalu. Kala itu, 32 guru SD yang berada di Kudus menjalani program pelatihan sepakbola meliputi teori dan praktek langsung di lapangan yang dipimpin oleh pelatih sepakbola Timo Scheunemann.

729 siswi dari 32 SD di Kudus akan berlaga di MIllife Soccer Challenge 2023

Photo :
  • Istimewa

Coach Timo adalah seorang pelatih sepakbola yang telah memiliki lisensi kepelatihan UEFA A di Koeln, Jerman pada 2007. Coach Timo juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Pemain Usia Dini PSSI. Selain itu, penulis buku “Dasar-Dasar Sepak Bola Modern”, juga berpengalaman melatih Timnas Sepakbola Putri Indonesia di ajang SEA Games 2009. 

Pada Milklife Soccer Coaching Clinic, Coach Timo mengajarkan wawasan dasar teknik dan taktik penguasaan bola, pergerakan, juga penempatan posisi pemain. Teknik-teknik dasar ini adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai para siswi sekolah dasar. Kemudian, para guru diminta mempraktekkan contoh program latihan yang tepat bagi pemain usia dini di lapangan rumput sintetis Supersoccer Arena. 

Seusai dari pelatihan tersebut, para guru harus menyiapkan tim yang berasal dari anak didiknya guna mengikuti Milklife Soccer Challenge 2023. Hasilnya, sebanyak 61 tim sepakbola putri dari 32 sekolah dasar di Kudus mendaftarkan diri guna mengikuti kejuaraan ini. 

Tak hanya bertanding sebagai sebuah tim di lapangan hijau dalam sistem gugur, para peserta juga ditantang unjuk kemampuan melalui skill challenge session seperti dribbling, passing and control, three on three, shooting on target dan penalty kick. Masyarakat umum dapat mengikuti uji ketangkasan tersebut di arena games.

Turnamen akan diselenggarakan di Supersoccer Arena, stadion olahraga berumput sintesis berstandar FIFA yang merupakan fasilitas olahraga terbaru di bawah naungan Bakti Olahraga Djarum Foundation.

Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin mengatakan, lapangan bola di Supersoccer Arena menggunakan rumput sintetis. Supersoccer Arena juga dilengkapi sarana atletik dan panahan yang utamanya dibangun untuk pelatihan calon atlet dari usia dini.

“Sepakbola putri memiliki peluang untuk terus maju dan berkembang. Oleh karena itu, Milklife Soccer Challenge mengadakan program pembinaan dan pemassalan dari level siswi SD. Pada tahapan awal ini, kami berupaya menarik sebanyak mungkin minat dan kecintaan masyarakat terhadap sepakbola putri. Kami juga ingin mengenalkan bahwa sepakbola adalah olahraga yang fun sekaligus menyehatkan,” kata Yoppy. 

Untuk mempopulerkan sepakbola putri di kalangan siswi SD tersebut, Milklife Soccer Challenge dijadwalkan akan bergulir sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun. Diharapkan, dengan kegiatan yang rutin tersebut, masyarakat bisa semakin mengenal dan memiliki minat yang tinggi terhadap cabang olahraga ini.

“Agar olahraga ini berkembang, kuncinya adalah konsistensi. Untuk itu, komitmen kami adalah menyelenggarakan kejuaraan seperti ini tiga hingga empat kali dalam satu tahun. Dan kami berharap tidak hanya di Kudus, tapi bisa diselenggarakan di kota lain agar geliat sepakbola putri di berbagai wilayah Indonesia bisa bangkit dan melahirkan atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa di masa mendatang,” Yoppy, menjelaskan.

Bergulirnya Milklife Soccer Challenge 2023 disambut baik oleh para guru olahraga, salah satunya ialah Welly Elmando dari SD 2 Mlati Norowito. Sejak mengikuti pelatihan sepakbola pada Maret lalu, ia berhasil membentuk tiga tim U-10 dan satu tim U-13 tim sepakbola yang akan bertanding di kejuaraan ini. Menurutnya, kejuaraan yang diikuti oleh siswa sekolah dasar ini sangat efektif untuk mengenalkan sepakbola putri di kalangan siswi SD.

“Dengan mengenalkan olahraga ini di kalangan siswi, diharapkan mereka tidak hanya tahu tapi juga mencintai dan memiliki minat untuk mengembangkan bakat di sepakbola putri. Ini adalah pondasi yang bagus untuk membangun ekosistem sepakbola putri sehingga kelak dapat berprestasi. Yang terpenting, turnamen ini menjadi alat anak-anak untuk belajar sepakbola dengan senang hati dan tanpa paksaan. Minat dan ketertarikan anak-anak akan terbangun dengan sendirinya,” ucap dia.

Sementara, salah satu peserta asal SD Negeri 2 Rendeng, Asyifa Sholawa Farizqi memiliki ketertarikan pada dunia sepakbola sejak berumur delapan tahun. Syifa, panggilan akrabnya, telah mengikuti pendidikan di salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kudus, hingga saat ini di usianya yang menginjak 10 tahun.

“Aku suka sekali olahraga, apalagi sepakbola putri. Aku ingin menjadi pemain tim nasional putri Indonesia,” kata Syifa yang juga berhasil menorehkan prestasi dengan meraih gelar Best Player pada Festival Sepakbola Kelompok Umur 10 Bupati Cup 2022.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya