Kilas Balik 25 Tahun Perjuangan Reformasi Indonesia
- ANTARA FOTO/Galih Pradipta
VIVA Edukasi – Reformasi Mei 1998 telah berlalu 25 tahun silam. Tonggak reformasi ditandai dengan Soeharto lengser dari kursi jabatan presiden RI yang didudukinya selama 32 tahun.
Ketika itu mundurnya penguasa Orde Baru itu disambut gegap gempita oleh ribuan mahasiswa yang menduduki Gedung DPR/MPR di kawasan Senayan, Jakarta. Dua bulan lebih para mahasiswa di beberapa kota di Tanah Air berunjuk rasa menyuarakan tuntutan reformasi politik.
Pengumuman mundurnya Presiden Soeharto disampaikan di Istana Merdeka Jakarta pada pukul 09.00. Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, selain itu, ditanggal yang sama, B.J. Habibie pun dilantik sebagai presiden ke-3 Indonesia melalui pengambilan sumpah jabatan.
Kabar pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei 1998 sejatinya tidak terlalu mengejutkan. Sebab, di hari sebelumnya, sudah tersiar kabar mengenai pengunduran diri Presiden Soeharto. Selain itu, serangkaian peristiwa penyampaian tuntutan akan reformasi telah digaungkan sejak awal 1997.
Di tahun itu, krisis ekonomi melanda Indonesia ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang mencapai Rp15.000/dollar.
Kondisi itu diperparah dengan harga-harga yang melambung tinggi, hutang luar negeri mencapai Rp163 miliar USD, pengangguran dan kemiskinan yang meningkat, dan pertumbuhan ekonomi minus 20 persen – 30 persen. Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) di kalangan para pejabat pemerintahan semakin memperparah krisis saai itu.
Dikutip dari sumber.belajar.kemdikbud.go.id, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah pun makin menurun. Situasi ini memicu ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi.
Ada empat tuntutan yang diajukan, yakni Pemerintah harus segera mengatasi krisis ekonomi, menuntut dilaksanakannya reformasi di segala bidang, menuntut dilaksanakannya sidang istimewa MPR, dan meminta pertanggungjawaban presiden.
Tuntutan semakin melebar ke arah pergantian kepemimpinan nasional. Hal ini bermula dari pemilhan umum (pemilu) 1997 dengan Golkar sebagai partai pemenang. Saat itu, Soeharto menyatakan bersedia untuk dipilih kembali sebagai presiden. Sontak, keputusan itu melahirkan berbagai penolakan dari berbagai kalangan.
Puncaknya adalah aksi demonstrasi yang berlangsung pada 12 Mei 1998. Aksi ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti karena tindak kekerasan yang dilakukan aparat keamanan.
Keempat mahasiswa itu tewas karena tembakan peluru saat tengah berdemonstrasi. Sehari kemudian, pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan bernuansa rasial di Jakarta dan sejumlah kota besar.