Viral Kasus Bocah Digigit Anjing Rabies Takut Air dan Angin, Benarkah Gejala Hydrophobia?

Seekor anjing menerima vaksinasi rabies
Sumber :
  • Antara/ Nyoman Budhiana

VIVA Edukasi – Kasus rabies di Indonesia kini tengah banyak diperbincangkan, setelah kabar kematian seorang bocah berusia 4 tahun asal Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal usai digigit anjing rabies. Balita berinisial S mengalami luka di bawah mata dan sempat dirawat di RSUD TC Hillers Maumere usai digigit terhadap 24 April 2023 lalu.

4 Warga Kalbar Meninggal Dunia Akibat Rabies

Sehari setelahnya, anjing lokal betina yang menggigit balita tersebut dikabarkan telah tewas. Hasil tes yang diuji di Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar memperlihatkan anjing selanjutnya positif rabies.

Dikabarkan, sang bocah tidak mendapat perawatan atau suntik rabies setelah digigit, sehingga sudah tak bisa diselamatkan. Dalam video yang beredar, bocah tersebut terlihat takut akan air.

Kondisi Miris Ratusan Anjing Sitaan di Semarang, Ada yang Kena Cacing Jantung Hingga Malnutrisi

Bocah 4 Tahun di NTT Meningal Dunia usai Digigit Anjing Rabies

Photo :
  • Instagram

Hal ini membuat banyak orang berspekulasi, benarkah seseorang yang terjangkit rabies takut akan air atau hydrophobia

22 Warga Padang Positif Rabies Usai Diserang Anjing

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan atau luka yang terkontaminasi air liur hewan yang terinfeksi. Setelah virus masuk ke tubuh manusia, ia menyebar ke sistem saraf pusat dan menyebabkan perubahan perilaku, gangguan neurologis, dan pada akhirnya, kematian jika tidak diobati.

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada tahap lanjut infeksi rabies meliputi kecemasan, kegelisahan, kesulitan menelan, air liur berlebihan (sialorrhea), serta kejang otot. 

Hydrophobia adalah salah satu gejala karakteristik yang terkait dengan rabies pada tahap lanjut infeksi. Gejala ini termasuk takut berlebihan atau ketakutan yang intens terhadap air atau cairan saat mencoba untuk menelan. Ini terjadi karena efek langsung dari virus rabies pada sistem saraf pusat, yang mempengaruhi otot-otot tenggorokan dan lidah, menyebabkan kesulitan menelan dan reaksi takut saat terpapar air atau saat mencoba minum.

Gejala lain yang terkait dengan tahap lanjut rabies termasuk:

Ilustrasi pemeriksaan rabies

Photo :
  • Dokumentasi

Perubahan perilaku: Penderitanya dapat mengalami kecemasan, kegelisahan, atau perubahan suasana hati yang ekstrim.

Sensitivitas terhadap rangsangan: Penderita dapat merasakan kegelisahan atau ketakutan yang berlebihan terhadap rangsangan sensorik, seperti suara, cahaya, dan sentuhan.

Gangguan neurologis: Gejala ini dapat meliputi kesulitan tidur, kejang, kelemahan otot, kelumpuhan, dan gangguan koordinasi gerakan.

Air liur berlebihan: Penderita rabies sering menghasilkan air liur berlebihan (sialorrhea) karena gangguan saraf yang mempengaruhi kontrol terhadap produksi air liur.

Ada pula yang beranggapan bahwa gejala rabies juga takut akan angin? Konon, anggapan bahwa rabies membuat seseorang takut terhadap angin adalah salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat. Faktanya, takut terhadap angin bukanlah gejala khas atau langsung terkait dengan infeksi rabies.

Jadi, takut terhadap angin atau terkena angin bukanlah gejala yang secara khusus dikaitkan dengan rabies.

Mungkin asal-usul anggapan ini berhubungan dengan gejala neurologis pada tahap lanjut rabies, di mana penderitanya bisa merasakan kegelisahan atau kecemasan yang lebih tinggi saat ada rangsangan eksternal, termasuk angin. Namun, ini lebih merupakan akibat dari iritabilitas sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus rabies, bukan takut terhadap angin itu sendiri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya