IPB University Merintis dan Mengembangkan Program One Village One CEO
- Biro Komunikasi IPB University
VIVA Edukasi – IPB University menggelar Diseminasi Program Matching Fund membahas tentang Ketahanan Pangan. Acara ini diselenggarakan di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/12).
Menurut Ketua Pelaksana Kedaireka Matching Fund Ketahanan Pangan IPB University, Dr Prayoga Suryadarma, IPB University mendorong program Aplikasi Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional melalui program One Village One CEO (OVOC), tepatnya implementasi Patriot Pangan.
“Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi usaha pengolahan pangan lokal, pengenalan jenis pangan baru, pengembangan diversifikasi usaha tani, peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, pengoptimalan pemanfaatan lahan, termasuk lahan pekarangan, penguatan ekosistem bisnis desa dan pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal,” ujar Prayoga dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Rabu (28/12).
Ia menambahkan bahwa pangan memiliki peran penting dalam bidang ekonomi (dalam hal penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan, sebagai wage good), lingkungan (menjaga tata guna air dan kebersihan udara) dan sosial politik (sebagai perekat bangsa, mewujudkan ketertiban dan keamanan).
“Global Food Safety Initiative (GFSI) mencatat skor indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2020 mencapai level 61,4. Namun, pada 2021 indeksnya turun menjadi 59,2. Indeks tersebut menjadikan ketahanan pangan Indonesia tahun 2021 berada di peringkat ke-69 dari 113 negara. Berdasarkan hal itulah, program ini dilakukan,” ungkapnya.
Prof Ernan Rustiadi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menyampaikan, sebagai bentuk komitmen dan dukungan, pihaknya telah membuat Surat Keputusan (SK) tentang pembentukan Tim Patriot Pangan IPB University dalam rangka mengantisipasi potensi krisis pangan di tahun 2023 ke depan.
"LPPM IPB University menjadi dapur untuk menyusun program bersama selama 3 tahun ke depan. Pada program ini kita memetakan isu-isu potensi permasalahan ketahanan pangan di seluruh tanah air," ujarnya.
Sementara, Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengatakan, OVOC sejatinya adalah sebuah program yang dirintis oleh IPB University bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat. Konsep ini bertujuan agar para mahasiswa IPB University menjadi sociopreneur. Program ini menjadikan mahasiswa sebagai jembatan terhadap inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh IPB University kepada masyarakat, terutama petani.
“IPB University terus berkomitmen untuk mengembangkan OVOC, karena itu kami berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sekarang sudah diterapkan di 119 desa dan semoga pada tahun 2023, program ini sudah mencapai 300 desa di berbagai pelosok di Indonesia," ungkapnya.
Menariknya, lanjut Prof Arif, di antara 119 desa itu sebagiannya sudah berhasil melakukan ekspor produk. Di antara komoditas tersebut ialah pupuk organik/kompos ke 8 negara, kopi ke 11 negara dan nanas ke 2 negara.
"Saat ini IPB University sedang menyiapkan produk-produk ekspor untuk buah-buahan. Alhamdulillah salah satu inovasi IPB University, pepaya calina, sudah diterima di Indomaret. Artinya, petani yang kami dampingi sekarang sudah punya pasar," ucapnya.
Selain itu, Prof Arif mengungkap bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kini mempercayai dirinya untuk memimpin para rektor untuk men-support ketahanan pangan nasional. “Kita mulai dari 10 perguruan tinggi dulu sebagai koordinator wilayah, setelah ini di tahun 2023 kita akan melibatkan seluruh perguruan tinggi di Indonesia," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Prof Nizam, Pelaksana Tugas (Plt) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kemendikbudristek turut menegaskan bahwa kedaulatan pangan merupakan pondasi penting bagi kedaulatan bangsa dan negara.
"Melalui tri dharma perguruan tinggi, kita bisa membangun kedaulatan pangan misalnya melalui semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Patriot Pangan. Kita bisa mengantarkan para mahasiswa untuk mencintai pertanian dari semua bidang, tidak hanya dari fakultas pertanian," ujarnya.
Ia berharap, pendidikan bisa membangun pemahaman dan perilaku tentang ketahanan pangan mulai dari produksi sampai konsumsi. "Saya berharap setiap perguruan tinggi bisa mengembangkan varietas unggulan untuk bahan makanan pokok," tutup Prof Nizam.