5 Mitos Pesantren yang Tidak Sepenuhnya Benar

Ilustrasi pondok pesantren.
Sumber :
  • VIVA/Putra Nasution

VIVA Edukasi – Memilih instansi pendidikan yang tepat untuk buah hati merupakan salah satu hal yang krusial. Berbagai langkah ditempuh untuk menggali informasi serinci mungkin mengenai sekolah yang diincar. Apalagi di zaman yang sekarang mudah berubah, banyak orang tua yang khawatir dengan perkembangan sang anak

Menolak Disebut Durhaka, Anak di Karawang Beberkan Alasan Perkarakan Ibu Kandung soal Warisan

Terutama untuk orang tua yang akan memasukkan anaknya menempuh pendidikan di sekolah menengah. Mereka tentu mengharapkan sang anak tumbuh lebih dewasa dan mandiri. Tidak sedikit dari mereka yang memilih pesantran untuk pendidikan sang anak. Tapi, beredar kabar soal beberapa hal yang menunjukkan citra buruk pesantren, berikut ulasannya. 

1. Pesantren Jorok

Anaknya Terlibat Narkoba, Eva Manurung Ungkap Kesehatan Jantungnya

Ratusan santri di Bekasi menggelar doa bersama di Pondok Pesantren (Ponpes)

Photo :
  • Istimewa

Hal ini tidak jarang terungkap oleh sebagian masyarakat, bahkan sampai ada orang berbicara ‘belum santri jika belum gudikan’. Gudikan sendiri adalah penyakit kulit yang menimbulkan gatal-gatal atau yang biasa disebut scabies yang seakan menjadi penyakit langganan. Namun ternyata, saat ini banyak sekali pesantren yang menjunjung nilai kebersihan. 

Bela Geni Faruk yang Sebut Thariq Sudah Haji, Atta Halilintar: Mungkin Bercanda

2. Pesantren Terbelakang

Ilustrasi/Belajar di pesantren.

Photo :
  • VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Pembatasan pesantren terhadap akses informasi dan komunikasi secara bebas menjadikan citra pesantren seakan-akan kurang update. Padahal, tingginya arus informasi di masa sekarang menjadikan besarnya peluang kabut-kabut informasi yang justru menyesatkan generasi muda saat ini. 

Informasi penting mengenai krisis ekonomi global malah luput diketahui para generasi muda karena tenggelamnya informasi tak penting yang lain. Namun, hal tersebut hanya beberapa pesantren saja, saat ini sudah banyak pesantren yang memfasilitasi akses digital, koran, radio, dan buku-buku berkualitas untuk para pembelajar. 

3. Pesantren Itu Kuno dan Gagap Teknologi

Ilustrasi Pesantren.

Photo :
  • VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Pesantren kerap diidentikan dengan metode pendidikan yang konservatif atau kuno, salah satunya dari fasilitas dan mata pelajaran. Pesantren tampak tidak memiliki fasilitas canggih, mata pelajaran seputar programming, dan pembatasan pemakaian gawai serta internet. 

Hal tersebut tentunya tidak berlaku untuk semua pesantren, karena ada banyak pesantren yang sudah memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi saat ini dengan bijak dan bermanfaat, seperti poin kedisiplinan dan berbagai sistem yang sudah terdigitalisasi.

4. Pesantren Itu Tidak Bergizi

Suasana di pondok pesantren Al Madani, Lombok (foto Ilustrasi)

Photo :
  • VIVA/Satria Zulfikar

Pandangan ini mungkin sering kita dengar dari sejumlah santri bahwa makanan yang dikonsumsi jauh dari kata sehat, baik dari sisi nutrisi menu makanan, maupun waktu makan yang tak teratur. Padahal, makan adalah salah satu kunci kesehatan fisik.

Meski begitu, saat ini sudah banyak pesantren yang menyuguhkan menu makanan dengan gizi seimbang dan bervariasi. Variasi menu ini dibuat supaya melatih santri agar tidak pilih-pilih makanan. Selain itu, biasanya juga pola makan diatur sebanyak 3 kali sehari. 

5. Pesantren Hanya Belajar Agama

Ilustrasi Suasana Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah Abuya Uci

Photo :
  • VIVA/Sherly

Meskipun fokus utamanya adalah belajar agama, tapi tidak jarang pesantren yang saat ini mengadopsi kurikulum menurut Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka juga tidak jarang mempelajari bahasa asing tertentu, seperti Inggris, Arab, Jepang, Mandarin, dan lain sebagainya. 

Mereka juga tidak jarang dilatih untuk mengasah soft skill public speaking, literasi, pertanian, peternakan, dan lainnya. Selain itu, para santri juga dibekali dengan berbagai jenis keterampilan dalam kesehariannya seperti kemandirian, leadership, dan entrepreneurship. 

Kawasan Bebas dan KEK di Batam

Bea Cukai Buat Kawasan Bebas dan KEK: Dua Kawasan Berfasilitas untuk Peningkatan Investasi di Batam

Keunggulan geoekonomi dan geostrategis jadi pemicu Bea Cukai membentuk dua kawasan berfasilitas, yakni kawasan bebas dan kawasan ekonomi khusus (KEK) di wilayah Batam.

img_title
VIVA.co.id
27 Juni 2024