4 Fakta Menarik Sejarah Suku Zulu, Ahli Perang dari Afrika Selatan
- Website/emdonenilodge.com
VIVA Edukasi – Suku Zulu adalah suku asli terbesar di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai ahli perang yang gigih. Saat ini, mayoritas suku Zulu tinggal di Provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan.
Keberadaan mereka saat ini di Provinsi KwaZulu-Natal berkaitan dengan politik apartheid yang pernah dijalankan di Afrika Selatan. Lalu, bagaimana sejarah singkat suku Zulu dan deretan faktanya? Simak ulasan VIVA yang dirangkum dari berbagai sumber sebagai berikut:
1. Asal-usul suku Zulu
Zulu awalnya adalah klan kecil yang didirikan pada tahun 1709 oleh Zulu kaNtombhela. Dalam bahasa Zulu yang disebut isiZulu, zulu artinya surga atau langit. Saat itu, klan Zulu hidup berdampingan di wilayah utara Provinsi KwaZulu-Natal dengan keturunan suku Nguni, yang bermigrasi ke wilayah pantai timur Afrika sejak sekitar tahun 800.
Zulu berkembang menjadi suku yang besar ketika diperintah oleh Shaka Zulu. Shaka adalah anak haram dari kepala suku Zulu bernama Senzangakona yang lahir pada 1787.
Meski dipaksa hidup dalam pengasingan bersama sang ibu, Shaka tumbuh menjadi sosok petarung hebat. Setelah Senzangakona meninggal, saka mengklaim posisi kepala suku dan mendirikan Kerajaan Zulu.
Raja Shaka dikenal sebagai ksatria hebat yang memprakarsai reformasi militer, sosial, budaya dan politik, untuk membentuk Kerajaan Zulu yang terorganisasi dan diprediksi. Sebagai pemimpin militer yang hebat, Raja Shaka membangun angkatan perang yang paling ditakuti di wilayah Afrika Selatan.
Ia juga mengidentifikasi klan-klan yang dikalahkan ke dalam Zulu, sehingga menjadi suku yang besar. Raja Shaka tewas di tangan saudara tirinya yang menginginkan kekuasaannya. Sejak itu, kepemimpinan suku Zulu berada diketurunan saudar tiri Raja Shaka.
2. Berperang melawan Inggris
Pada tahun 1840-an, suku Zulu mulai menangani ancaman aneksasi bangsa Inggris. Peperangan akhirnya pecah pada Desember 1878 karena kepala suku Zulu Cetswayo menolak persyaratan dalam ultimatum yang diberikan Inggris.
Suku Zulu sempat mengalahkan Inggris di Pertempuran Isandlwana, tetapi dikalahkan dengan telak di hari yang sama di Rorke's Drift. Perang berakhir dengan kekalahan suku Zulu di Pertempuran Ulundi pada 4 Juli 1879. Setelah itu, Cetswayo diasingkan, sementara Kerajaan Zulu dipecah oleh Inggris menjadi 13 kerajaan kecil.
Tidak perlu waktu lama bagi 13 kerajaan tersebut untuk terlibat konflik. Setelah dipersilakan mengunjungi Ratu Victoria pada tahun 1882, kekuasaan Cetswayo akhirnya berakhir, meskipun wilayahnya tidak sama lagi seperti sebelumnya.
Ketika cucu Cetswayo, Solomon kaDinuzulu berkuasa pada tahun 1913, ia tidak diakui oleh otoritas Afrika Selatan sebagai raja, tetapi hanya sebagai kepala daerah. Meskipun demikian, Solomon kaDinuzulu tetap dianggap sebagai raja oleh rakyatnya.
3. Tersingkir Karena Apartheid
Ketika politik apartheid dijalankan di Afrika Selatan, suku Zulu disingkirkan ke KwaZulu, yang artinya tempat bagi orang Zulu. Suku Zulu dianggap sebagai warga kelas dua dan mendapatkan ancaman yang sangat kejam.
Saat ini, tempat tersebut dikenal sebagai Provinsi KwaZulu-Natal, rumah bagi mayoritas suku Zulu di Afrika Selatan. Selain di KwaZulu-Natal, sebagian suku Zulu ada yang tinggal di Zimbabwe, Zambia, dan Mozambik.
4. Budaya Suku Zulu
Suku Zulu adalah masyarakat patriarki, dengan perbedaan peran gender yang sangat jelas. Perempuan diharuskan menjadi istri yang baik dengan peran merawat anak-anak, memasak, dan mengurus segala pekerjaan domestik. Sedangkan laki-laki atau anak laki-laki diorganisir sebagai pejuang untuk mendukung raja.
Saat ini, Zulu menjadi suku asli terbesar di Afrika Selatan yang tetap mempertahankan budaya mereka. Bahasa suku Zulu menjadi salah satu bahasa resmi di Afrika Selatan. Agama yang dianut orang Zulu adalah Kristen, tetapi masih banyak pula yang memilih bertahan dengan kepercayaan tradisional mereka.