Indeks Kecakapan Bahasa Inggris 2022: Indonesia Peringkat 81 dari 111 Negara
- Istimewa
VIVA Edukasi – EF Education First, perusahaan global penyedia layanan pengajaran bahasa kembali meluncurkan Laporan Indeks Kecakapan Bahasa Inggris atau EPI (English Proficiency Index) 2022.
Melalui laporan ini, EF juga memberikan pemaparan tentang bagaimana dan di mana saja perkembangan Bahasa Inggris terjadi di dunia.
“Laporan ini menjadi upaya EF untuk memberikan tolok ukur bagi para pembuat kebijakan, komunitas, pendidik, dan pihak relevan lainnya untuk upaya pemerataan dan peningkatan kecakapan berbahasa Inggris di negara mereka,” jelas Fanno Hendriawan, Operations Director EF Adults Indonesia dalam sambutan pembukaan acara Peluncuran Laporan Indeks Kecakapan Bahasa Inggris Tahun 2022 secara virtual (17/11).
Berdasarkan laporan EPI 2022, Indonesia menempati peringkat 81 dari 111 negara atau turun satu peringkat dibandingkan dengan posisinya di tahun lalu. Di Asia, Singapura masih menempati urutan teratas sementara Indonesia menempati urutan ke-15 dari 24 negara.
Indonesia memiliki skor 469 dari 800 atau bertambah 3 poin dari tahun lalu yaitu 466. Skor Indonesia berada di urutan menengah atau setara dengan tingkat B1 dalam Common European Framework for Reference. Masih sama seperti tahun lalu, skor tersebut berada di bawah rata-rata skor regional Asia atau 500.
Melalui EF EPI Report 2022, ditemukan korelasi atas pentingnya penguasaan bahasa Inggris bagi para tenaga kerja di Indonesia. “Indonesia memiliki kondisi generation gap yang unik dibandingkan negara lain di Asia. Masyarakat 18-20 tahun memiliki tingkat kecakapan yang jauh lebih rendah dari pada kelompok 26-30 tahun. Ini menunjukan bahwa perkembangan kemampuan bahasa Inggris tidak terjadi di bangku sekolah, melainkan saat memasuki dunia kerja.” tambah Dr. David Bish, Head of Academic Affairs dalam keterangannya yang diterima VIVA, Kamis (16/11).
Penurunan peringkat Indonesia saat ini bisa ditingkatkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang lebih tepat dan membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. EF melihat bahwa mempelajari sebuah bahasa asing membutuhkan usaha yang konsisten. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda berdasarkan tingkat kefasihan dan tujuan setiap individu. Sehingga EF berusaha untuk menerjemahkan kebutuhan tersebut ke dalam kurikulum dan metode belajar yang sesuai, efektif, dan memprioritaskan student experience.
“Misalnya, siswa di tingkat awal mampu memperkenalkan rekan kerja dalam situasi profesional, memberikan gambaran singkat tentang pengalaman kerja mereka, dan membaca kartu nama setelah mengambil kelas tersebut.” jelas Yunita.
Junar Asunyi, seorang HR Specialist dan Content Creator, turut hadir untuk memberikan pandangannya terhadap pentingnya kecakapan bahasa Inggris bagi tenaga kerja. Junar menyampaikan bahwa perusahaan tidak hanya memperhatikan kemampuan fundamental dari job seeker, tetapi juga kemampuan komunikasi mereka. Kemampuan komunikasi yang diharapkan tidak dibatasi oleh kendala bahasa, sehingga kecakapan berbahasa Inggris menjadi prioritas. Untuk itu, masyarakat usia produktif harus membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris profesional.
Untuk diketahui bahwa laporan EF EPI disusun berdasarkan data dari EF Standard English Test (EF SET) atau model tes mengukur kemampuan Bahasa Inggris lainnya yang disediakan oleh EF. EF SET adalah tes kemampuan membaca dan mendengarkan dalam bahasa Inggris.
Ini adalah tes standar dengan skor objektif yang dirancang untuk mengklasifikasikan kemampuan peserta tes ke dalam salah satu dari enam tingkat yang ditetapkan oleh Common European Framework of Reference (CEFR). Setiap skor tes dinormalisasi untuk mendapatkan persentase jawaban yang benar untuk tes tersebut sebelum digunakan untuk menentukan skor EF EPI suatu negara. Hasilnya kemudian dirata-ratakan dan ditimbang sesuai dengan populasi masing-masing negara atau wilayah dalam setiap wilayah.
“Kami harap laporan ini akan terus menjadi tolok ukur dan pengingat untuk meningkatkan keterhubungan manusia melalui pemahaman Bahasa Inggris sebagai bahasa global. Semoga melalui laporan ini, kami dapat terus menjadi bagian dari perjalanan rekan-rekan dan masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar kerja.” jelas Fanno Hendriawan.