Edukasi Mengenal Konvensi Ramsar, Bupati dari Indonesia Ini Sukses Mencuri Perhatian
- Istimewa
VIVA Edukasi – Penyelenggaraan konferensi Ramsar’s Awards yang berlangsung di Jenewa, Swiss, tanggal 5 November sampai 13 November 2022. Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Konvensi Ramsar disusun dan disetujui negara-negara peserta sidang di Ramsar, Iran, pada tanggal 2 Februari 1971 dan mulai berlaku 21 Desember 1975.
Nama resmi konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. Anggota dari perjanjian ini berasal dari negara-negara di seluruh dunia yang memiliki lahan basah di negaranya.
Bupati dari Indonesia Mendapat Penghargaan
Bupati Tanjung Jabung Timur, Jambi, Romi Haryanto memperoleh anugerah Wetland City Accreditation (WCA) atau Akreditasi Lahan Basah dalam penyelenggaraan konferensi Ramsar’s Awards yang berlangsung di Jenewa, Swiss, tanggal 5 – 13 November 2022. Ia menjadi bupati pertama di Indonesia yang menerima penghargaan bergengsi itu.
Romi Haryanto dinilai berhasil mengintegrasikan manajemen konservasi dan keberlanjutan lahan basah dengan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut ia laksanakan guna mengejar kesejahteraan masyarakat yang dipimpin.
Merujuk surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) Republik Indonesia, pemberian akreditasi WCA ini adalah yang pertama kali bagi Indonesia.
Romi Haryanto menerima penghargaan tersebut bersama 24 kepala daerah lain yang berasal dari berbagai negara di dunia, termasuk kota Surabaya, Jawa Timur.
Dalam sambutannya di hadapan peserta konferensi yang sudah masuk tahun penyelenggaraan ke-14 itu, Romi Haryanto berharap semoga penghargaan yang ia terima menjadi momentum strategis guna terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik masyarakat Jambi maupun masyarakat dunia.
“Berbagai paket kebijakan pembangunan yang kami lakukan sesungguhnya tidak hanya untuk mendapatkan penghargaan akan tetapi lebih dari itu. Kebijakan pembangunan yang kami lakukan didasari oleh kesadaran bahwa bumi adalah titipan anak cucu kita yang harus kita jaga, untuk itu perlu kami kelola dengan baik dan bijak,” kata Bupati Romi Haryanto dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Rabu (16/11).
Konsistensi Terhadap Lingkungan Hidup
Pemkab Tanjung Jabung Timur sendiri berkomitmen menjaga kelestarian lahan-lahan basah yang menjadi ekosistem sejumlah satwa di daerahnya. Hal tersebut dilakukan lewat integrasi manajemen konservasi dan keberlanjutan lahan basah dengan pembangunan daerah yang sedang dijalankan.
PemkabTanjung Jabung Timur menerbitkan regulasi mulai peraturan bupati hingga peraturan daerah. Dalam dokumen Rencana Tata Ruang ( RTRW ), Tanjung Jabung Timur termuat jaminan pada kelestarian Pantai Cemara seluas 450 Hektar.
Area ini menjadi kawasan persinggahan burung migran dari Siberia menuju Australia pada rentang September hingga Desember. Lalu reservasi hutan bakau pantai timur 4.126,6 Hektar dan Hutan Lindung Gambut Sungai buluh seluas 23.748 Hektar.
Selain itu, WCA ini juga buah dari peran Pemkab Tanjung Jabung Timur turut mendukung eksistensi Taman Nasional Berbak (TNB) yang sejak awal memang masuk dalam situs Ramsar.
Pemkab juga menetapkan Perda Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sebagai jaminan ketat membatasi alih fungsi lahan. Pada isyu-isyu lingkungan, Romi Haryanto memang dikenal memiliki komitmen tinggi.
Bupati berusia 48 tahun itu hingga kini masih mempertahankan keasrian hutan asli di lingkungan perkantoran Pemkab. Di area ini juga dilarang berburu burung. Ada sanksi bagi pelanggarnya. Pemkab juga membangun hutan kota tidak jauh dari komplek perkantoran.
“Ketersediaan air telah menghijaukan tanaman pangan hingga menghasilkan produksi yang melimpah. Lestarinya biota laut, telah mencukupi kebutuhan protein untuk mencerdaskan anak-anak kami serta yang paling penting Kabupaten Tanjung Jabung Timur turut berpatisipasi menjaga lingkungan dan kami tetap berkomitmen untuk terus menjadi bagian dari paru-paru dunia,” tambah Romi Haryanto dalam sambutannya.
Awal mula dibentuknya Konvensi Ramsar ini hanya terfokus kepada masalah burung air dan juga burung migran. Seiring berjalannya waktu, akhirnya diputuskan bahwa konservasi lahan basah dirasa sangatlah penting. Seperti yang diketahui jika habitat utama dari burung air dan juga burung imigran yaitu pantai, hutan mangrove, rawa dan muara sungai.
Konvensi Ramsar tidak serta merta berdiri sendiri. Konvensi Ramsar didukung oleh IUCN atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources dan saat ini sudah berganti nama menjadi The World Conservation Union. Setiap tanggal 2 Februari atau hari di mana penandatanganan Konvensi Ramsar, juga diperingati sebagai World Wetlan Day atau Hari Lahan Basah Dunia.
Naskah asli Konvensi Ramsar (12 pasal) telah diamandemen sebanyak 2 kali. Pertama dilakukan pada Protokol Paris tahun 1982 dan kedua pada tahun 1987 di Regina. Protokol Paris ternyata diadopsi di Pertemuan Luar Biasa atau Extraordinary Conference of the Contracting Parties (COP) yang saat itu dilakukan di kantor pusat UNESCO Paris tanggal 3 Desember 1982.
Dari Protokol Paris ini mendapatkan hasil berupa tata cara melakukan amandemen konvensi serta mengesahkan naskah konvensi menjadi beberapa bahasa yaitu Inggris, Perancis, Arab, Rusia, Jerman dan Spanyol. Sementara amandemen yang dilakukan di Regina dilakukan saat pertemuan luar biasa pada tahun 1987 di Kanada.