Guru Besar FTUI Prof Riri Raih Penghargaan Habibie Prize 2022
- antara
VIVA Edukasi – Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof. Dr Riri Fitri Sari meraih penghargaan Habibie Prize 2022 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Yayasan Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yanbinbang SDM Iptek).
Penghargaan ini diberikan kepada para tokoh Indonesia yang membuat terobosan dan memberikan kontribusinya bagi perkembangan Iptek dan inovasi di masyarakat pada empat bidang, yaitu Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi, Ilmu Dasar, Ilmu Rekayasa, Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.
"Penelitian-penelitian di bidang Protocol Engineering, Parallel Processing, Cloud Computing, IOT, Teknologi Blockchain, dan berbagai pengembangan di bidang perangkat lunak teknik dan rekayasa lainnya memungkinkan kita menerapkan berbagai hal baru. Banyak hal yang dulu hanya dapat dilakukan oleh manusia, kini dapat dibantu dan ditransformasi secara digital untuk memudahkan kehidupan manusia," ujar Prof Riri dalam keterangannya di Depok, Minggu (13/11).
Prof Riri yang mendapatkan penghargaan dalam bidang Ilmu Rekayasa itu mengatakan Teknik komputer adalah bidang yang sangat menantang yang mengubah dunia menjadi dunia baru dengan berbasiskan pada revolusi industri 4.0.
Penghargaan ini diberikan secara langsung oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam bentuk medali. Sedangkan penghargaan berupa piagam diberikan oleh Ketua Yanbinbang SDM Iptek Wardiman Djojonegoro. Penghargaan berupa uang tunai senilai 25.000 dolar AS diberikan oleh putra sulung dari Presiden RI yang ketiga B.J. Habibie, Ilham Habibie.
Sebagai guru besar FTUI di bidang teknik komputer, berbagai penelitian tentang protokol internet, IoT dan blockchain telah dilakukan Prof Riri bersama dengan tim risetnya. Hal ini diterapkan sebagai bentuk kontribusi pada bidang teknik komputer dan implementasi teknologi informasi, serta komunikasi di masyarakat.
Selain mengajar dan meneliti, Prof Riri pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pelayanan Sistem Informasi UI pada 2006-2014. Ia memimpin pengembangan infrastruktur dan sistem informasi UI menuju transformasi digital.
Pada 2010, Prof Riri dan tim menginisiasi UI GreenMetric World University Ranking, yaitu pemeringkatan universitas se-dunia berdasarkan aspek keberlanjutan, yang meliputi setting dan infrastruktur, energi, penanganan sampah, air, transportasi, serta pendidikan dan penelitian.
Di pertengahan 2022, UI GreenMetric melakukan inovasi serta penyesuaian indikator untuk keberlanjutan bagi kabupaten/kota di Indonesia melalui UI GreenCityMetric. Jaringan UI GreenMetric telah menjadi pemicu banyak kolaborasi nasional dan internasional, dimana ia sering menjadi pembicara kunci di pertemuan reguler di dalam dan luar negeri.
Pada tahun 2019, Prof Riri juga membangun komunitas Poetry Reading Society of Indonesia. Komunitas ini dibangun untuk membuat preservasi budaya literasi yang berbasis teknologi. Berkat adanya teknologi yang dirancang oleh Prof Riri, komunitas ini secara rutin bertemu di kala pandemi dan menggelar pementasan kolosal di Makara Art Center UI.
Prof Riri juga mendirikan komunitas History of Computing in Indonesia, untuk terus berkarya dalam mewujudkan masyarakat ilmiah dan terbentuknya masyarakat berbasis pengetahuan di Indonesia. Cita-cita ini ia wujudkan dengan berbagai pelatihan penulisan artikel ilmiah dan pelatihan teknologi informasi serta komunikasi bagi para guru, murid, maupun masyarakat umum.
Selama 13 tahun menjadi guru besar, Prof Riri telah membimbing 26 mahasiswa doktor, 42 mahasiswa magister, dan 123 mahasiswa sarjana. Ia telah banyak melakukan kolaborasi bersama para profesor dan peneliti-peneliti dari berbagai negara untuk membimbing dan menguji mahasiswa S3 melalui grup riset yang dipimpinnya.
Grup riset tersebut bergerak di bidang Internet of Things, Protocol Engineering, Jaringan Komputer, dan Teknologi Blockchain, aktif berkolaborasi dengan Laboratorium Broadband Wireless Access di Taiwan Tech (NTUST).
Selama empat tahun terakhir ini, ia membimbing beberapa mahasiswa yang secara rutin mengikuti praktik kerja selama dua bulan di NTUST. Hingga saat ini sudah 13 paten dan hak cipta yang diperoleh hasil kolaborasi timnya. (ANTARA)