Jarang Diketahui, 3 Peran Penting Etnis Tionghoa dalam Sumpah Pemuda
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Edukasi – Sumpah Pemuda menjadi salah satu titik balik perjalanan bangsa Indonesia menuju Kemerdekaan RI. Puluhan tahun sebelum merdeka, pemuda Indonesia masih terpecah belah dan belum bersatu melawan musuh.
Namun 94 tahun lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, berlangsung Kongres Pemuda II yang memicu lahirnya Sumpah Pemuda. Momentum ini melibatkan para pemuda dari berbagai etnis di Nusantara, termasuk Tionghoa. Perlu diketahui, setidaknya terdapat 3 peren penting etnis Tionghoa dalam Sumpah pemuda. Apa saja? Simak ulasan Viva yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
1. Tempat deklarasi Sumpah Pemuda, Sie Kong Liong
Banyak sumber sejarah yang meyebutkan bahwa rumah yang dijadikan lokasi membaca ikrar Sumpah Pemuda awalnya adalah tempat kos para pemuda. Rumah tersebut juga dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928.
Dirangkum dari laman Museum Sumpah Pemuda, Kemendikbud, mahasiswa yang pernah tinggal di sana antara lain Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta) , Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.
Sejak 1927, rumah tersebut digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Rumah ini diketahui dimiliki oleh Sie Kong Liong. Rumah ini dikenal sekarang sebagi gedung Kramat 106 yang dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
2. Saksi Ikrar Sumpah Pemuda
Peran menarik yang penting untuk diungkapkan adanya beberapa orang Tionghoa yang ikut hadir dan menjadi saksi dalam membaca ikrar Sumpah Pemuda.
Sumatranen Bond dan Jong Islamieten Bond. Anggota Jong Sumatranen Bond yang ikut hadir adalah Oey Kay Siang, Liauw Tjoan Hok, Tjio Djien Kwie, Kwee Thiam Hong (Daud Budiman). Sementara Djohan Mohammad Tjhai berasal dari Jong Islamieten Bond.
Perlu diketahui juga, sebenarnya organisasi kedaerahan bukan didirikan oleh pemuda-pemuda yang ada di Nusantara. Namun pemuda Tionghoa juga membentuk Jong Chinesse Beweging.
3. Rekaman Lagu Indonesia Raya
Etnis Tionghoa juga berperan dalam rekaman lagu Indonesia Raya yang dimainkan oleh Wage Rudolf Supratman. Seperti yang kita tahu, W.R. Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Karena W.R. Supratman juga seorang wartawan Surat Kabar Sin Po, dia memiliki ide untuk menerbitkan lirik lagu Indonesia Raya.
Kemudian W.R Supratman ingin merekam lagunya. Dan studio rekaman yang menyajikan adalah studio milik Tionghoa, Yo Kim Tjan. Ada 2 versi rekaman lagu Indonesia Raya yakni lagu Indonesia Raya asli W.R Supratman dan versi keroncong. W.R Supratman menawarkan merekam lagu ke tiga studio rekaman.
Dua studio menolak dan hanya rumah studio milik Yo Kim Tjan yang menerima W.R Supratman melakukan rekaman.