Bikin Lelah, Siswa SD dan SMP di Surabaya Dibebaskan dari PR
- Humas Pemkot Surabaya
VIVA Edukasi– Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melalui Dinas Pendidikan setempat membebaskan siswa-siswi SD dan SMP dari pekerjaan rumah (PR). Tujuannya, siswa agar tidak terlalu lelah dengan pelajaran dan berkesempatan banyak untuk bersosialisasi dengan lingkungan rumah. Sebagai gantinya, pemkot menerapkan dua jam pelajaran untuk pendalaman karakter.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, siswa bebas PR dan diganti dengan dua jam pendalaman karakter itu mulai akan diterapkan pada 10 November 2022, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Karenanya, ia meminta PR tidak boleh membebani siswa. Sebab, Pemkot Surabaya tengah mengedepankan proses pertumbuhan karakter siswa.
“Sebetulnya PR itu jangan membebani anak - anak, tapi yang saya ubah PR itu adalah untuk kegiatan pembentukan karakter. Saya harap meskipun ada PR, tapi tidak terlalu berat dan terlalu banyak, yang penting adalah pertumbuhan karakter mereka,” kata Eri Cahyadi dalam keterangannya dikutip VIVA pada Selasa, 25 Oktober 2022.
Sementara itu, Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, berdasarkan instruksi Wali Kota Eri Cahyadi mengenai jam sekolah yang terlalu panjang dan membuat aktivitas sosial di luar sekolah berkurang, maka pihaknya sangat serius untuk mengurangi beban siswa.
“Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya dua jam sudah efektif, anak - anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengembangan bakat masing - masing. Ada lukis, menari, mengaji, dan lainnya,” kata Yusuf.
Sedangkan untuk penyelesaian PR bagi siswa di tingkat SD dan SMP, Yusuf menerangkan, bisa dilakukan melalui kelas pengayaan untuk diselesaikan di sekolah. “Agar fresh, pulang anak-anak sudah tidak ada beban mengerjakan PR. Maka, pengayaan pembelajaran antar teman bisa membantu menyelesaikan PR dan pulang sudah tidak memikirkan PR,” ujarnya.
Sebab, menurutnya, pola pembelajaran pendalam karakter ini akan melatih para siswa untuk lebih aktif, mandiri, dan berani memberikan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuan siswa.
“Anak dilatih aktif untuk membuat proyek. Maka saya siapkan menu ekstrakulikuler yang cocok dengan sekolah dan kondisi anak-anak agar menyenangkan. Bahkan, respon dari teman - teman sekolah sangat setuju karena fokus pada pembentukan karakter siswa,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah mengapresiasi kebijakan pemkot yang membebaskan siswa dari beban PR. Sebab, selama ini karena beban tugas PR para siswa banyak yang absen dari kegiatan di rumah. Dampaknya ialah berkurangnya kesempatan anak-anak untuk bersosialisasi.
Khusnul mengaku dirinya juga menerima aspirasi dari masyarakat yang menginginkan agar tugas PR dihilangkan. "Para guru TPA memberikan masukan kepada saya waktu reses, agar sekolah tidak lagi memberikan tugas-tugas sekolah atau PR secara terus-menerus dalam kurun waktu satu pekan," ujarnya.