3 Cerpen Tentang Kehidupan, Siapkan Tisu untuk Membacanya
- pixabay/Ramdlon
VIVA Edukasi – Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karya sastra populer. Kamu akan mudah menemukan cerpen dengan baik di majalah, tabloid, hingga surat kabar. Cerpen adalah tulisan yang menceritakan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas dengan jelas dan ringkas.
Cerpen dikemas dalam beberapa paragraf yang panjangnya sekitar 1000-10.000 kata sehingga pembaca dapat menyelesaikannya dengan waktu yang singkat, yaitu 30 menit hingga dua jam.
Seiring berkembangnya zaman, ada banyak tema yang bisa ditulis dan dikembangkan menjadi sebuah puisi. Satu di antara yang menarik dan dampak positif untuk si pembaca adalah cerpen yang bertemakan kehidupan.
Sedang mencari bertemakan kehidupan sebagai bahan bacaan untuk mengisi waktu luangmu? Berikut ini Viva berikan beberapa contoh cerpen tentang kehidupan yang dikutip dari berbagai sumber mengenai kehidupan yang penuh makna dan menginspirasi.
Pengalaman
Andi adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu Perguruan Tinggi favorit di Jogjakarta. Setiap hari bertemu dengan aku di kampus. Suatu hari, dia bercerita tentang masalah hidupnya. Dia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah yang dialami dalam hidupnya. Mereka seperti terlihat orang-orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun anehnya, Andi merasa tidak terlalu suka saat melihat teman-temannya tersenyum bahagia.
“Haikal, kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik-baik saja bahkan terlihat seperti tidak punya masalah, beda banget sama kehidupan aku yang rasanya punya banyak beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia.” Kata Andi waktu itu.
Pada waktu itu juga aku mengatakan Andi bahwa setiap orang memiliki permasalahan dan beban hidup yang ditanggung olehnya. Pastinya masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda. Jika beban dianggap selalu dibandingkan dengan orang lain maka tidak percaya bahwa semua itu akan semakin berat.
Yang selama ini menghargai Andi tentang orang lain tidak semuanya benar. Padahal dia sendiri tidak tahu betul bahwa orang lain selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang bagaimana kondisi baik dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui masa-masa terberat dalam hidupnya.
Setelah itu, dia hanya membacai kata-kataku. Dia melihat apa yang aku katakan saat itu. Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak menasehati diri sendiri. kadang aku sendiri masih suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasehati aku bahwa Tuhan selalu memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Oleh karena itu respon dari orang-orang pun juga berbeda-beda, terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak.
“Tuhan tahu seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya, maka dari itu kalau soal porsi juga ya, karena kita tahu kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.
Mulai saat itu aku mulai introspeksi dengan diriku sendiri. Aku berusaha untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia. Aku juga tidak perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.
Aku juga percaya jika setiap masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi masalah yang mungkin terjadi. Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka ku. Yang membuat saya selalu yakin adalah setiap permasalahan yang datang dan dirancang oleh-Nya.
Tak Konsisten
Suara alarm begitu nyaring mengusik tidur nyenyak Nathan. Dia enggan membuka mata, tapi akhirnya terpaksa ia buka.
"Ya Tuhan!" Nathan kaget melihat jam ternyata sekarang sudah pukul tujuh pagi. Nathan langsung mengerjakan mandi dan tanpa sarapan ia berangkat ke kantor.
Sesampainya di kantor Nathan, Nathan terlambat mengikuti pertemuan ini karena dimajukan lebih awal dari biasanya dengan alasan Bapak Direktur ada keperluan di luar kota.
"Izin Pak. Saya boleh masuk?" Tanya Nathan kepada bapak direktur yang memimpin pertemuan.
"Silakan masuk, tapi maaf proyekmu digunakan oleh saudara Arkan."
"Kenapa pak? Saya hanya telat 15 menit."
"Maaf saudara Nathan, ini bukan masalah lama atau tidaknya Anda terlambat, tapi ini tentang konsistensi Anda dalam bekerja," Jelas Bapak direktur dengan tegas.
langsung seketika Nathan hanya bisa terdiam dengan wajah pucatnya. Setelah pertemuan ini selesai Nathan berjalan pergi menuju meja kerja miliknya.
"Ada apa Nath? Kok telat."
"Memang salah saya, saya tidur bergadang menonton bola, sampai melupakan proyek penting yang sangat menguntungkan bagi saya."
"Oalah harusnya kamu harus lebih mengurangi hobimu," sambung Meri sedikit memberi nasihat.
Pendidikan yang Aku Tunggu
Pendidikan, sebuah kata yang seharusnya bisa dirasakan oleh setiap orang, terutama bagi anak-anak. Namun pada kenyataannya tak semua orang bisa merasakan pendidikan di sekolah, salah satu penyebabnya adalah harus mencari rezeki. Bagus, itulah nama panggilanku dan aku satu dari sekian banyak yang tak bisa merasakan apa itu arti pembelian.
Usiaku saat ini 10 tahu, kata teman- angka, “seharusnya akus sudah kelas 4 atau 5 SD”, tetapi karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan aku harus mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan hidup dan adikku yang masih berusia 5 tahun.
Aku dan adikku hanya tinggal di rumah berukuran 4×4 meter persegi dan itu pun milik orang lain. Tak pernah terbayangkan oleh saya jika tidak ada rumah ini, mungkin saja aku dan adikku harus tidur di depan ruko yang setiap malam harus melawan dinginnya malah atau hujan. Pada suatu waktu, malam hari terasa lebih dingin, kami berdua tak memiliki selimut dan hanya memiliki satu sarung, kemudian sarung itu kuberikan kepada adikku
Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena motor yang dikendarai oleh ayahku ketika hujan sedang turun dengan deras. Kedua orang tuaku sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi apa yang ingin di katakan, orang tuaku meninggal dunia dan aku yang mendengar kabar itu merasakan kesedihan yang mendalam.
Hingga akhirnya di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah. Setelah mendengar kabar seperti itu, saya pun merasa senang karena bisa melihat dan bertemu dengan teman-teman baru. Tak hanya sampai di situ. Saya sangat merasa bahagia karena adikku tercinta bisa menempuh pendidikan yang layak dan kami berdua belajar dengan sungguh-sungguh.
Sejak saat itulah aku dan adikku mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan aku juga berhasil melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa yang aku peroleh. Jadi, selalu percaya bahwa suatu saat nanti, hal yang kita inginkan bisa tercapai dan kita bisa bahagia.