4 Sosok Misterius di Indonesia, Ada Pahlawan Tak Bertuan
- Istimewa
VIVA Edukasi – Sejarah mencatat ada beberapa orang atau sosok misterius di Indonesia yang buram jejaknya atau tidak mengetahui secara jelas jika orang-orang tersebut benar-benar ada.
Tetapi mereka tetaplah dipercaya bahkan diakui walauoun hingga saat ini masih diikatakan sebagai sosok yang misterius dan tentang keberadaannya sulit diketahui dengan pasti, bahkan beberapa di antaranya keberadaan makamnya tidak diketahui.
Lalu, siapa saja sosok misterius di Indonesia ini? Kalau penasaran, simak ulasan Viva yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
Siapa yang tidak kenal dengan sosok pahlawan satu ini. Supriyadi adalah pahlawan nasional, pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air ( PETA ) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945.
Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada kabinet pertama Indonesia, namun tidak pernah muncul untuk menduduki jabatan tersebut.
Pada waktu itu, Supriyadi memimpin pasukan tentara bentukan Jepang yang beranggotakan orang-orang Indonesia. Karena kesewenangan dan diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan rakyat Indonesia, Supriyadi gundah.
Ia langsung memberontak bersama rekan sesama tentara PETA. Namun pemberontakannya tidak berhasil. Pasukan yang dipimpin Supriyadi dapat ditaklukan oleh tentara Jepang.
Kabar yang berkembang kemudian, Supriyadi tewas. Tetapi, hingga kini tidak ditemukan mayat dan kuburannya. Oleh karena itu, meski telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah, keberadaan Supriyadi tetap misterius hingga kini. Sejarah yang ditulis pada buku-buku pelajaran sekolah pun menyebut Supriyadi hilang.
2. Tan Malaka
Salah satu sosok pahlawan nasional kita yang terlupakan. Mungkin salah satu (atau satu-satunya) sosok pahlawan yang memiliki kisah petualangan dari negara lain dan menjadi sosok yang paling dicari oleh Belanda dan banyak negara lain.
Selain itu, pada masa revolusi kemerdekaan selalu ditemukan oleh para pejuang pada saat itu (termasuk oleh Bung Karno ) karena hobinya melakukan penyamaran untuk menghindari mata-mata musuh, sehingga sosoknya selalu misterius dan tidak banyak yang mengenal pasti seperti sosok yang bernama asli Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka itu.
Namun keberadaanku dari tokoh aliran kiri ini hilang secara misterius dalam pergolakan revolusi kemerdekaan itu. Konon kabarnya Tan Malaka dibunuh pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di daerah Kediri, Jawa Timur. Hingga kini makamnya tidak pernah ditemukan.
3. Gunadarma Borobudur
Borobudur dan Gunadarma adalah dua nama yang tidak bisa terpisahkan. Dalam sejumlah literatur, Candi Borobudur diarsiteki oleh sekelompok kaum atau sekelompok Brahmana yang meletakkan dasar pada sebuah tempat pemujaannya dan kemudian entah beberapa waktu kemudian (kemungkinan bisa puluhan, ratusan atau malahan) dibuatkan sebuah proyek mega raksasa, mempersembahkan sebuah 'kulit' yang katanya dikepalai oleh seorang arsitek bernama Gunadarma.
Sedangkan siapa yang sebenarnya sekelompok kaum Brahmana yang terdahulu tidak diketemukan catatan resmi tentang mereka, kemudian cerita tentang kepala penanggung jawab mega proyek pembuatan situs tersebut yaitu Gunadarma juga tidak ada keterangan resmi mengenainya, bisa jadi kata Gunadarma adalah sebuah kata simbol dan bukan merupakan nama seseorang.
Kalau memang benar Gunadarma yang mengarsiteki pembangunan Candi Borobudur, maka perlu kita acungi jempol bagaimana Gunadarma melakukan perencanaan yang tepat dengan kondisi teknologi yang pada saat itu belum begitu canggih. Namun sampai saat ini nama Gunadarma dan Borobudur itu sendiri masih menjadi misteri yang belum bisa tuntas.
4. Perobek Bendera Belanda di Hotel Oranje
Peristiwa 10 November 1945 tentu tidak lepas dari dipicunya oleh salah satu peristiwa yang paling heroik, yaitu perobekan bendera Belanda di atas Hotel Oranje. Kisah ini dipicu oleh berita bahwa di Hotel Oranje di Tunjungan telah dikibarkan bendera Belanda merah-putih-biru oleh Mr Ploegman.
Tentu saja hal tersebut tidak diterima oleh para arek-arek Suroboyo yang merasa pengibaran bendera tersebut dianggap sebagai bangsa yang merdeka.
Pada akhirnya Mr. Ploegman dibunuh oleh seorang pemuda yang mendekati dirinya tanpa mengetahui dan menusukkan pisaunya bertubi-tubi. Pada saat itu Mr. Ploegman menghadapi massa di depan hotel yang menuntut penurunan bendera triwarna tersebut. Teriakan untuk menurunkan bendera kian membahana.
Sejumlah pemuda telah membawa tangga untuk naik ke atap hotel, terdapat 8 sampai 10 pemuda. Dari atap ada yang naik ke tiang bendera dalam gemuruh teriakan, lalu bagian biru bendera itu pun dirobek, dan jadilah kini ‘Sang Merah Putih’ yang berkibaran di angkasa.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah yang menjadi perobek bendera tersebut? Dalam kondisi yang sangat kacau dan penuh massa, tentu tidak mudah bagi para saksi sejarah untuk mengetahui secara pasti yang melakukannya.