Kenalan dengan Rumah Adat Banten dari Suku Baduy
- VIVA/ Sumiyati
VIVA Edukasi – Rumah adat Banten termasuk dalam kekayaan budaya Indonesia. Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki amat banyak kekayaan budaya. Dari Sabang sampai Merauke, setiap adat dan budaya memiliki keunikan dan makna masing-masing.
Salah satunya adalah rumah adat. Tiap rumah adat pasti memiliki bentuk dan juga ukuran yang berbeda, bukan hanya itu rumah adat juga mempunyai filosofi yang berbeda di setiap wilayah, salah satunya adalah pada Provinsi Banten.
Rumah adat Banten dari suku Baduy bernama Sulah Nyanda. Melansir dari berbagai sumber, yuk kita bahas dan kenalan dengan rumah adat Banten Sulah Nyanda!Â
Rumah Adat BantenÂ
Rumah adat Banten mempunyai sebutan dengan nama Sulah Nyanda. Di mana model bangunan rumah adat Baduy tersebut sama halnya dengan rumah panggung, dengan rumah yang terbuat dari bahan material bambu.Â
Rumah adat Banten ini juga menjadi simbol dari masyarakat Baduy. Karena rumah adat tersebut mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat sekitar, yakni sebagai tempat untuk berlindung dan juga tempat yang nyaman untuk ditempati. Karena rumah Sulah Nyanda ini mempunyai luas sekitar 100 hingga 120 meter.
Suku Baduy adalah salah satu suku yang hingga saat ini masih selalu berusaha melestarikan alam lingkungan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itulah masyarakat Suku Baduy menerapkan sistem arsitektur Vernakular yang sangat ramah terhadap lingkungan. Dilansir dari Wikipedia, rumah adat suku Baduy tersebut dirancang berdasarkan konsep ekologis dan memadukan alam saat pembangunannya.
Pembangunan rumah adat Banten ini juga dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan rasa kekeluargaan yang ada pada siku tersebut masih tertanam dengan baik.Â
Rumah adat Sulah Nyanda ini juga hanya boleh dibangun jika menghadap dua arah saja, yakni menghadap Selatan dan juga Utara dan harus berhadap-hadapan. Hal tersebut dikarenakan menurut kepercayaan mereka bahwa arah barat dan timur merupakan tanda yang tidak baik.
Bangunan rumah adat Banten ini yakni siap pakai dan knock down. Dimana bagian-bagian antar bangunan tersebut hanya menggunakan bahan yang sederhana, yakni dibuat tanpa menggunakan paku.
Proses pembangunan hanya menggunakan teknik paseuk seperti pada bagian tiang pondasi, lincar, pananggeuy, dan juga penglari. Teknik tersebut ternyata dapat memperkokoh bangunan.
Sedangkan untuk bagian dinding rumah, lantai dan juga atap menggunakan teknik merakit atau dijepit atau bisa juga diikat dengan tali. Sehingga bangunan tersebut dapat dikategorikan sebagai bangunan yang elastis dan juga fleksibel.
Rumah Sulah Nyanda mempunyai bentuk dan juga penampilan yang sekilas mirip dengan rumah adat Jawa Barat, yakni rumah panggung.
Karena kontur tanah yang ada pada pemukiman masyarakat baduy tidak rata, maka rumah dibangun dengan berbentuk panggung.
Di mana masyarakat sekitar akan menumpukkan batu-batu yang sudah diambil dari sungai, hal tersebut bertujuan agar bangunan bisa berdiri dengan kokoh dan bisa menyangga bangunan di atas tanah meskipun tanah tersebut tidak rata. Sehingga jika tanah mengalami penyusutan, maka bangunan tetap berdiri tegak, tidak bergerak.Â
Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa masyarakat Baduy membangun rumah sesuai dengan kondisi dari kontur tanah yang akan dijadikan tempat untuk pembangunan rumah tersebut.
Rumah ini juga mempunyai konsep yang ramah lingkungan atau tidak merusak alam. Sedangkan untuk tiang penyangga ini terbuat dari kayu atau balok yang besar dan sangat kuat, biasanya yang digunakan adalah kayu jati, akasi dan mahoni.
Hal tersebut dikarenakan kayu digunakan untuk menopang atau penyangga bangunan, sehingga kayu yang dibutuhkan harus kayu yang tidak mudah lapuk.
Bukan hanya penyangga saja yang terbuat dari kayu, tetapi pada bagian lantai rumah juga menggunakan bahan material kayu atau bambu yang disusun dengan rapat dan juga rapi atau biasanya disebut dengan palupuh.
Dinding dari rumah terbuat dari anyaman bambu yang telah dianyam dengan motif Jepang atau vertikal. Dengan bagian bawah dibuat dengan rapat dan bagian atas dibuat agak longgar.Â
Pembagian Ruangan Rumah Adat Banten
Pembagian ruangan dalam tempat tinggal tentunya akan memudahkan pemilik rumah untuk mengorganisasikan rumah mereka. Sulah nyunda juga mempunyai pembagian ruangannya sendiri ke dalam 3 bagian penting yaitu sosoro, tepas, dan ipah.
Sosoro merupakan bahasa Sunda untuk teras atau serambi. Ruangan ini biasanya dijadikan sebagai tempat menerima tamu, tempat bermain anak, dan tempat bercengkerama dengan keluarga atau masyarakat lain. Letak dari sosoro ini ada di bagian selatan rumah.
Selanjutnya, terdapat bagian yang disebut dengan tepas yang letaknya ada di bagian samping rumah dengan bentuk yang memanjang ke belakang rumah. Biasanya ruangan ini dipakai untuk ruang keluarga. Ruangan tepas ini juga bersambung dengan ruangan sosora dan membentuk huruf L.
Bagian yang ketiga disebut dengan ipah yang letaknya ada di bagian paling belakang. Bagian ipah memiliki fungsi untuk menyimpan bahan makanan dan memasak. Ruangan Ipah ini juga sangat multifungsi karena selain bisa dipakai untuk menjadi dapur, bisa juga digunakan sebagai tempat untuk anggota keluarga tidur.
Ada pula bagian rumah suku Baduy yang unik terakhir yaitu Leuit. Namun, bagian ini sengaja dibuat agar tidak menyatu dengan rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lumbung padi dan menyimpan berbagai hasil panen.Â
Leuit sengaja dibuat jauh dan terpisah dari rumah dengan maksud agar apabila terjadi bencana alam atau musibah yang menimpa rumah, penduduk masih bisa mempunyai persediaan makanan.