Universitas Bakrie Dukung Program Zero Waste dan Agrowisata di NTB
- Satria Zulfikar
VIVA Edukasi - Universitas Bakrie bersama Pemerintah Provinsi NTB bekerjasama dalam mendukung keberhasilan NTB dalam program tanpa sampah atau zero waste.
Pemerintah NTB juga telah meluncurkan program "Integrasi Zero Waste dan Agrowisata dalam Pertanian Berkelanjutan melalui Budidaya Larva Black Soldier Fly (BFS)" yang diluncurkan di Mataram, Rabu, 5 Oktober 2022. Dalam kesempatan yang sama, Pemprov NTB dan Universitas Bakrie saling menyerahkan MoU terkait kerjasama tersebut.
Melalui program Universitas Bakrie Matching Fund Kedaireka 2022 yang diinisiasi oleh Peneliti Universitas Bakrie yang bermitra dengan Dompet Dhuafa, berfokus pada solusi ramah lingkungan dan penerapan ekonomi sirkular untuk mendukung terciptanya pertanian dan pariwisata berkelanjutan dengan melakukan budidaya tentara lalat hitam atau BSF.
BSF memanfaatkan magot untuk mengurai sampah menjadi kompos atau pelet untuk pakan ternak dan bahan bakar PLTU. Itu menjadi solusi mengatasi sampah organik, sekaligus mendapatkan manfaat.
"Integrasi zero waste dan agrowisata merupakan wujud kolaborasi dan penerapan inovasi yang dihasilkan di perguruan tinggi sebagai solusi memecahkan masalah timbulan sampah sekaligus mewujudkan pertanian dan pariwisata berkelanjutan," kata Ketua Matching Fund Kedaireka 2022 Universitas Bakrie, Deffi Ayu Puspito Sari.
Dia menjelaskan banyak manfaat dari pakan ternak yang dihasilkan melalui penguraiannya oleh magot atau BSF.
"Pakan ternak dari larva BSF dapat meringankan biaya penyediaan pakan ternak dan mensubstitusi pakan ternak biasa dengan pakan yang kaya nutrisi," ujarnya.
Selanjutnya lokasi budidaya BSF dapat dijadikan tempat edukasi kepada masyarakat untuk belajar mengelola sampah.
Dijelaskan tujuan program ini untuk lebih banyak masyarakat dan kemandirian pelaku usaha di sektor pertanian di NTB untuk turut andil dalam merespon permasalahan timbulan sampah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal.
Wakil Rektor II U-Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan, mengatakan Universitas Bakrie sebagai universitas swasta terbaik kedua di Indonesia selalu mendukung program inovasi untuk negara. BFS menjadi salah satu program yang berguna dalam mengatasi sampah.
"Ini menjadi keunikan dan inovasi yang dikembangkan. Inovasi yang kami hasilkan sudah diterapkan di perusahaan Bakrie Group," katanya.
Selain bekerja sama dalam pengelolaan sampah, Universitas Bakrie juga menawarkan NTB bekerja sama di bidang pendidikan.
"Kami memilih NTB sebagai mitra kami. Kami siap pendampingan inovasi magot dan pengelolaan sampah. Kami juga tawarkan kerjasama bidang pendidikan. Kami ada program S1 dan S2," ujarnya.
Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, mengatakan sangat bahagia berada di forum yang diselenggarakan Universitas Bakrie. Apalagi sama-sama memiliki ikhtiar mewujudkan NTB yang bebas dari sampah.
"Saya sangat bahagia berada di forum ini karena ini bagian ikhtiar kami mewujudkan NTB bersih dan NTB hijau," katanya.
Dia mengatakan program bebas sampah atau nol dedoro (sampah bahasa Sasak) tidak mudah dan memiliki hasil bersifat jangka panjang.
"Beda dengan program infrastruktur yang bisa kita lihat hasilnya enam atau satu tahun," ujarnya.
Rohmi mengatakan memang sudah ada program BFS di NTB, namun itu sejauh ini belum menjadi industri. Hanya bersifat pengelolaan sampah biasa. Dia berharap ke depan semua kabupaten dan kota memiliki rumah magot.
"Karena sebenarnya penanganan sampah itu jadi tanggungjawab kabupaten kota, bukan Pemprov. Kita harus mengelola sampah organik ini, karena bisa jadi sumber penyakit jika tidak ditangani," kata kakak kandung TGB Zainul Majdi ini.
Dia berharap masyarakat jika melihat ada tumpukan sampah untuk bisa sadar dan bisa membersihkan sendiri tanpa menunggu pemerintah.
Dia menjelaskan telah membentuk 99 desa wisata di NTB agar nantinya fokus mengelola sampah.
"Strategi kita mendorong desa wisata agar semua fokus. Di tempat kita didatangi banyak orang, tidak boleh kotor, masyarakat tidak boleh sakit-sakitan, dan tentu harus pintar," ujarnya.