FKUI: Giatkan Pengawasan COVID-19 di Sekolah pada OTG
- tvOne/Teguh Joko Sutrisno
VIVA Edukasi – Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Retno Asti Werdhani mendorong sistem pengawasan COVID-19 di sekolah diintensifkan pada orang tanpa gejala (OTG).
"Kebanyakan orang terinfeksi virus COVID-19 mengalami gejala gangguan pernapasan, tidak enak badan, demam, batuk hingga hilang penciuman. Kalau pada anak, gejalanya ringan, bahkan OTG, jadi kita tidak tahu kalau mereka tertular," kata Retno Asti Werdhani dalam Talkshow: Pengawasan Protokol Kesehatan di Sekolah yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, Senin (12/9).
Ia mengatakan ekosistem pendidikan yang terdiri atas guru, orang tua murid, tim kesehatan sekolah perlu membangun sistem pengawasan berlapis, tidak hanya saat proses pembelajaran, tapi juga sampai di tingkat rumah tangga.
Dikatakan Retno kejadian anak sakit saat memasuki musim hujan seperti sekarang, mulai mengalami tren peningkatan. Penyakit Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) merupakan yang paling umum diderita anak.
"Kalau menemukan kasus influenza, perlu proaktif tes COVID-19, jadi bisa tahu. Kalau hasilnya COVID-19, perlu tracing untuk memutus rantai penularan, ada gejala batuk pilek, radang tenggorokan, bisa langsung tes," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 23 Agustus 2022, dari total 440.071 sekolah yang menyelenggarakan sekolah tatap muka, hanya 6.796 atau 1,54 persen yang aktif melakukan pelacakan kasus COVID-19.
Cakupan vaksinasi pada kelompok umur 6-11 tahun, masih relatif rendah, sedangkan anak kelompok usia 12-17 tahun sudah tinggi yaitu mencapai 95,71 persen (25.560.391), dan cakupan vaksinasi dosis kedua mencapai 82,75 persen (22.098.043).
Hingga 9 September 2022, dari data yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19, penambahan kasus positif di Indonesia pada bulan Juli mencapai 118.638 kasus.
Anak-anak usia sekolah (7-18 tahun) memberikan kontribusi penambahan kasus sebanyak 14,48 persen
(17.174 kasus).
Pada bulan Agustus 2022, penambahan kasus positif secara nasional mengalami kenaikan sebesar 27,88 persen menjadi 151,710 kasus.
Kasus positif pada usia anak sekolah mengalami kenaikan sebesar 33,81 persen (22.980 kasus)Â sehingga memberikan kontribusi terhadap penambahan kasus nasional sebesar 15.15 persen.
Ia menambahkan data tersebut perlu mendapatkan perhatian, karena hanya dalam waktu satu bulan, kasus positif pada anak naik 5 ribu kasus. (antara)