Ini 2 Cerita Rakyat Betawi yang Melegenda
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA Edukasi – Betawi merupakan suku yang mendiami wilayah Jabodetabek, ternyata ada kumpulan cerita rakyat Betawi populer yang diceritakan turun-temurun loh.
Beberapa cerita rakyat Betawi bahkan sudah dibuat dalam buku hingga film. Salah satu cerita rakyat Betawi yang terkenal adalah si Pitung. di baliknya, si Pitung adalah sosok legendaris orang Betawi dari Rawa Belong yang jago bela diri.
Nah, mengulas lebih lanjut, Kali ini Viva akan memeberikan informasi mengenai 2 cerita rakyat betawi yang dirangkum dari berbagai sumber sebagai berikut.
Legenda Si Pitung, Pendekar dari Betawi
Dahulu di Betawi, ada seorang pendekar bernama Pitung. Dia adalah anak dari Bang Piun dan Mpok Pinah. Ia sering dipanggil dengan sebutan Bang Pitung.
Bang Pitung adalah pendekar yang baik hati, patuh kepada agama, dan Selalu menolong sesama. Bang Pitung pun memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia tak mempan ditembus senjata.
Tetangga-tetangga Bang Pitung hidup serba kekurangan. Bang Pitung pun merasa iba. Apalagi orang-orang yang kaya justru semakin kaya, tanpa memedulikan rakyat yang miskin. Apalagi orang-orang yang kaya justru semakin kaya, tanpa memedulikan rakyat yang miskin.
“Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat,” ucap Bang Pitung.
Bang Pitung pun mengumpulkan pemuda-pemuda di kampungnya. Mereka merampok harta milik orang-orang kaya. Harta itu kemudian dibagikan kepada rakyat miskin. Meskipun Bang Pitung suka merampok, tapi ia tidak suka dengan perampok yang merampok untuk kepentingan pribadi. Ia justru selalu memberi pelajaran kepada mereka.
Aksi Bang Pitung pun akhirnya terdengar oleh kompeni Belanda yang menguasai daerah itu. “Kita harus mencapai Pitung, agar kompeni Belanda tidak resah dengan keberadaan,” ucap kepala polisi kompeni Belanda.
Berbagai upaya dilakukan. Namun, Bang Pitung selalu bisa lolos dari pasukan kompeni Belanda. Berkali-kali kompeni Belanda menembaknya, tapi Pitung tak terluka sama sekali. Kepala kompeni Belanda hampir putus asa.
“Bagaimana cara menangkap Pitung? Apakah ia tidak memiliki kelemahan?” tanya kepala kompeni Belanda, merasa kesal.
Akhirnya ia menemui guru si Pitung, yaitu Haji Naipin. Karena merasa nyawanya terancam, Haji Naipin pun membocorkan kelemahan Si Pitung.
“Akhirnya aku tahu kelemahanmu Pitung!” ucap kepala kompeni Belanda dengan geram.
Setelah beberapa lama, kompeni Belanda mengetahui persembunyian si Pitung. Tanpa membuang waktu, mereka Iangsung menyergap si Pitung. Kompeni Belanda yang sudah mengetahui kelemahan Pitung pun dengan mudah melumpuhkan Pitung, yaitu dengan cara mengambil jimatnya saat dia mandi di sungai.
Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak peluru emas. Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur.
Sebeni Jagoan Tanah Abang
Sabeni Jagoan Tanah Abang Pada abad ke-19 ada seorang pendekar Tanah Abang yang selalu membela rakyat kecil, Sabeni namanya. Sabeni rela berkorban sampai titik darah penghabisan. Suatu hari Sabeni melamar putri Murtado, si kembang desa.
“Biarlah alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setiaku,” kata Sabeni kepada putri Murtado.
Namun, pengajuannya ditolak Murtado sehingga terjadilah pertarungan sengit. Pertarungan mereka bagaikan pertempuran pertempuran dua bayang-bayang. Mereka berkelebat baku pukul, tukar tendang, adu kuncian, dan adu bantingan secepat kilat.
Akhirnya, dengan jurus kelabang nyebrang, Sabeni mengalahkan si Macan Kemayoran. Murtado ambruk tak sadarkan diri setelah terkena totokan Sabeni. Nama Sabeni mulai berkibar setelah sukses menekuk Murtado kala itu.
Suatu ketika Jepang hendak menangkap anak Sabeni. Ia kabur saat masih menjadi anggota polisi. Jepang langsung mendatangi Sabeni. Jika Sabeni menang, Syafii akan dirilis. Jika Sabeni kalah, ia dan anaknya akan ditahan Jepang.
Singkat cerita, Sabeni yang sudah berusia 83 tahun itu berhasil mengalahkan semua jagoan itu. “Hebat benar-benar pendekar-pendekar suruhanmu itu, sampai-sampai seorang kakek berumur 83 tahun sepertiku saja mereka tak mampu,” ejek Sabeni.
Penjajah langsung mengangkat Sabeni menjadi kepala kampung. sambutan adalah agar Sabeni tidak melakukan gerakan pemberontakan. Sabeni menerima jabatan kepala kampung agar tenang dalam mengajar silat dan tidak terus menerus dicurigai Jepang.