Apa Itu Ilmu Gizi? Berikut Penjelasan hingga Sejarahnya
- vstory
VIVA Edukasi – Ilmu gizi mungkin sering dikaitkan dengan ilmu kedokteran. Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda. Ilmu gizi, saat dipelajari dan dijabari, jauh berbeda dengan ilmu kedokteran, dan memiliki penjurusan yang berbeda. Ilmu gizi mungkin peminatnya tak terlalu banyak, mungkin tak sebanyak jurusan hukum, ekonomi ataupun kedokteran, namun ilmu seorang ahli gizi dibutuhkan di masyarakat.
Seorang ahli gizi menyelesaikan pendidikan dalam bidang ilmu gizi di perguruan tinggi terakreditasi dan mendapatkan gelar Sarjana Gizi (S.Gz.) atau Magister Gizi (M.Gz.). Meski begitu, tidak semua ahli gizi terdaftar maupun memiliki akreditasi formal.
Apa Itu Ilmu Gizi
Ilmu Gizi adalah bidang ilmu yang mempelajari pentingnya nutrisi pada kehidupan manusia, hubungan antara diet dan gaya hidup, pemahaman tentang asupan dan penyediaan informasi, asupan/makanan yang mengandung nutrisi tinggi, dan pola makan sehat. Selain itu, kamu juga akan mempelajari pemrosesan makanan, penyimpanan, budaya makanan, serta metode pemasakan. Seseorang yang bekerja di bidang ilmu gizi disebut Nutritionist.
Sejarah Ilmu Gizi
Istilah Gizi dan Ilmu Gizi baru dikenal di Indonesia sekitar awal tahun 1950an, sebagai terjemahan kata ” Nutrition” dan “Nutrition Science”. Meskipun belum resmi ditetapkan oleh Lembaga Bahasa Indonesia, istilah Gizi dan Ilmu Gizi telah dipakai oleh Prof.Djuned Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ilmu penyakit anak di Fakultas Kedokteran UI tahun 1952. Tahun 1955, Ilmu Gizi resmi menjadi mata kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dan tahun 1958 secara resmi dipakai dalam pidato pengukuhan Prof.Poerwo Soedarmo sebagai Guru Besar Ilmu Gizi pertama di Indonesia, di Fakultas Kedokteran UI.
Sejak itu sampai sekarang banyak Fakultas Kedokteran , Fakultas Pertanian , Fakultas Teknologi Pangan, Fakultas Kesehatan Masyarakat telah mendirikan Bagian atau Departemen Ilmu Gizi. Tahun 1965 di Jakarta diresmikan Akademi Gizi dari Departemen Kesehatan, yang sampai sekarang tersebar di hampir semua propinsi di Indonesia sebagai Pendidikan Politeknis Kesehatan Jurusan Gizi .
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 1958 memasukkan Ilmu Gizi dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) pertama, dan selanjutnya sejak tahun 1973 tiap 4 tahun sekali LIPI menyelenggarakan Widyakarya Nasional Pangan dan GIZI (WNPG) sampai tahun 2008. WNPG ke XI akan diadakan pada bulan November 2012 di Jakarta.
Pengesahan kata Gizi sebagai terjemahan Nutrition dan Nutrition Science, dilakukan oleh Lembaga Bahasa Indonesia UI, waktu itu dipimpin oleh alm. DR. Haryati Soebadio.
Alm. Prof.Poerwo Soedarmo, waktu itu Direktur Lembaga Makanan Rayat, Departemen Kesehatan RI, dan diangkat sebagai bapak Ilmu Gizi Indonesia, oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), pada suatu hari tahun 1958 menugaskan 4 Mahasiswa tingkat akhir (termasuk penulis) Akademi Pendidikan Nutritisionis-Ahli Diit , Bogor – yang tahun 1965 dirubah namanya menjadi Akademi Gizi, Jakarta – , menghadap Direktur Lembaga Bahasa Indonesia, Fakultas Sastra, UI, waktu itu di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Tujuannya untuk mendapat petunjuk terjemahan yang benar dan ilmiah untuk kata Inggris “Nutrition”, dan “Nutrition Science” kedalam bahasa Indonesia. DR.Soebadio, menjelaskan tentang akar bahasa Indonesia kebanyakan dari bahasa Arab dan Sanksekerta. Kata Inggris Nutrition dalam bahasa Arab di sebut GHIZAI, dan dalam bahasa Sanksekerta SVASTAHARENA.
Keduanya artinya sama, makanan yang menyehatkan. Atas petunjuk tersebut Prof.Poerwo Soedarmo memilih kata GIZI sebagai terjemahan resmi kata nutrition, yang sejak tahun 1952 kata GIZI itu sudah dipakai dikalangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Sedang kata SVASTAHARENA di pakai dalam lambang organisasi PERSAGI sampai sekarang.
Pentingnya Ahli Gizi di Masyarakat
Pemerintah dan sektor swasta tentunya senantiasa membutuhkan tenaga ahli gizi di banyak sektor seperti merencanakan menu pasien juga memperhitungkan kandungan gizi dari menu yang dibuat, menentukan kandungan makanan dan lainnya.
Perusahaan-perusahaan di industri makanan dan minuman juga membutuhkan ahli gizi untuk ditempatkan pada bagian research and development dan bertugas menganalisis kandungan gizi dari produk yang dihasilkan.
Dalam masyarakat, ilmu gizi diperlukan untuk menetapkan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk mendukung kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan masyarakat secara luas, anak-anak dan lansia atau pasien penyakit tertentu.
Ilmu gizi mampu mengidentifikasi permasalahan gizi yang timbul dalam suatu kelompok masyarakat lalu menyusun program untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kesemuanya itu demi meningkatnya derajat kesehatan dalam masyarakat.
Saat mahasiswa akan mengambil jurusan Ilmu Gizi, maka ada banyak mata pelajaran yang akan didalami, seperti Gizi dalam Daur Kehidupan, Imunologi Gizi, Metabolisme Zat Gizi Makro, Metabolisme Zat Gizi Mikro, Patogenesis Penyakit Degeneratif, Patogenesis Penyakit Defisiensi dan Infeksi, Mikrobiologi Pangan, Gizi Kerja dan Olahraga, Penentuan Status Gizi, Manajemen Pelayanan dalam Makanan, Promosi Gizi, Konseling Gizi, Dietetika Penyakit Degeneratif, Analisa Pangan, Pengendalian Mutu Makanan, dan lainnya.
Saat lulus dan masuk ke dunia kerja, jangan takut untuk kesulitan mencari pekerjaan, karena setelah lulus, biasanya bisa bekerja menjadi staf penjamin mutu di industri makanan dan minuman, menjadi perencana menu dan gizi di pusat pelayanan kesehatan, peneliti di lembaga penelitian gizi dan kesehatan, menjadi akademisi, maupun menjadi pengusaha, atau membuka usaha di bagian catering.
Nutrisionist memberikan saran seputar masalah kesehatan dan gizi serta merumuskan informasi untuk masyarakat atau klien. Mereka bisa memberikan rekomendasi terkait makanan atau kebiasaan makan untuk mencegah penyakit atau meringankan masalah tertentu.
Akan tetapi, nutrisionist tidak dapat bekerja di rumah sakit dan menangani orang-orang dengan masalah medis. Hal ini ditangani oleh seorang registered dietitian (RD) yang juga dikenal dengan sebutan dietisien atau ahli diet.