Sejarah Ibadah Haji, Berawal dari Kisah Nabi Ibrahim dan Keluarganya
- U-Report
VIVA – Pelaksanaan ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan wajib dilaksanakan bagi orang-orang Muslim yang mampu. Mampu yang dimaksud bukan semata-mata hanya soal biaya saja, melainkan fisik dan waktu yang dirasa bisa untuk melaksanakan ibadah haji.
Dalam Islam sendiri, ibadah haji sendiri merupakan melakukan perjalanan umat Islam yang dilaksanakan setiap tahun ke Kota Mekah pada waktu tertentu. Ibadah satu ini, setidaknya wajib dilakukan sekali dalam seumur hidup bagi mereka yang benar-benar merasa kuat dan mampu secara fisik maupun finansial.
Haji yang merupakan pertemuan tahunan terbesar orang-orang di dunia, memang menjadi impian seluruh Muslim di berbagai penjuru dunia. Pasalnya, ibadah haji sungguh istimewa bagi mereka yang mendapatkan kesempatan untuk melaksanakannya.
Ditambah, waktu pelaksanaan ibadah haji yang hanya dapat dilaksanakan di Tanah Suci Mekah dan di waktu bulan Zulhijah saja. Pada waktu tersebut, setiap tahunnya jutaan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia datang ke Mekah dengan niat untuk ibadah haji.
Namun kembali lagi, hanya orang-orang yang mampu dan mendapatkan panggilan dari Allah SWT untuk menyempurnakan ibadahnya dengan melaksanakan rukun Islam tersebut.
Di balik adanya penyelenggaraan maupun pelaksanaan ibadah haji, ternyata ada sejarah cukup menari yang perlu kita ketahui. Nah berikut ini kami beritahu sekilas sejarah ibadah haji yang sayang untuk Anda lewati begitu saja, melansir dari berbagai sumber yang ada:
Ibadah Haji
Sejarah ibadah haji rupanya mencakup periode yang sudah dimulai dari sejak zaman Nabi Ibrahim, melalui dibentuknya ritus haji Islam oleh Nabi Muhammad SAW hingga saat ini ketika jutaan umat Muslim melakukan ziarah ke Tanah Suci setiap tahunnya.
Dalam tradisi ini, ziarah diperkenalkan pada masa Nabi Ibrahim. Atas perintah Allah, dia membangun Kabah yang menjadi tujuan ziarah. Bagi orang-orang Arab pagan di Arabia pra-Islam, Ka'bah merupakan pusat kiblat mereka.
Pola haji Islam saat ini didirikan oleh Nabi Muhammad, sekitar tahun 632 M, yang melakukan reformasi terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan. Selama abad pertengahan, peziarah akan berkumpul di kota-kota besar seperti Basra, Damaskus, dan Kairo untuk pergi ke Mekah dalam kelompok maupun karavan yang terdiri dari puluhan ribu peziarah.
Dalam sejarah haji yang cukup panjang, suku-suku nomaden padang pasir - yang dikenal sebagai Badui - telah menjadi isu keamanan yang agak ketat untuk kafilah haji. Sekali lagi, sepanjang sejarah, perjalanan ziarah ke Mekah telah menawari para peziarah dan juga para pedagang profesional kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas perdagangan baik dalam perjalanan maupun di Mekah, Damaskus, dan Kairo.
Melansir dari laman tazkiyahtour.co.id, menjelaskan tentang sejarah ibadah haji secara singkat yang akan kami bagikan berikut ini:
Sejarah Ibadah Haji
Dikisahkan Nabi Ibrahim yang telah menikah dengan seorang wanita bernama Sarah. Selama puluhan tahun mengarungi bahtera rumah tangga, namun tak kunjung dikaruniai anak oleh Allah SWT. Dan ini dianggapnya sebagai cobaan bagi Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah. Begitu besar keinginan Nabi Ibrahim untuk mempunyai keturunan agar kiranya ada yang bisa meneruskan dakwahnya.
Lalu sarah berbaik hati, Ia kemudian mengizinkan Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar. Dari pernikahnnya dengan Siti Hajar inilah, baru beliau kemudian mendapatkan keturunan yakni Nabi Ismail As. Dengan hadirnya Nabi Ismail tentu membuat Nabi Ibrahim jadi merasa begitu bahagia, bagaimana tidak beliau sudah begitu lama mendambakan keturunan.
Namun kebahagiaan itu rupanya hanya justru membuat Sarah merasa begitu sedih. Lalu kemudian Nabi Ibrahim mengadukan masalah tersebut kepada Allah SWT. Allah lalu memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Palestina.
Diutuslah Malaikat Jibril untuk mengantarkan kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail anaknya, hingga sampailah mereka di sebuah tempat yang gersang dan tak berpenghuni itu. Di sana Nabi Ibrahim kemudian membuat tenda untuk anak dan istrinya berlindung. Setelah itu Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk kembali ke Palestina.
Saat Nabi Ibrahim telah pergi, Nabi Ismail tiba-tiba menangis keras karena sangat kehausan. Siti Hajar dengan sigapnya lalu mencari sumber air di antara bukit Shafa dan Marwa. Ia berlari-lari dari bukit Shafa ke Marwa sebanyak 7 kali. (Peristiwa inilah yang menjadi awal mula dilaksanakannya ritual Sa’i).
Namun ketika Siti Hajar kembali ia begitu heran. Nabi Ismail sudah tidak menangis lagi, ia pun melihat air mengalir dari bawah kaki Nabi Ismail, karena penasaran Siti Hajar kemudian menggali pasir hingga keluarlah air yang memancar. (Di situlah awal mula terdapat sumber air zam-zam yang sampai saat ini tidak pernah habis).
Beberapa tahun berlalu, Nabi Ibrahim kembali mendapat wahyu ataupun perintah dari Allah SWT melalui mimpinya. Di mana pada mimpinya tersebut, Nabi Ibrahim diminta untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS, tentu ia begitu sedih Ia harus menjalankan perintah Allah namun di sisi lain ia harus rela kehilangan anak yang begitu Ia cintai.
Ia kemudian menyampaikan perintah Allah tersebut kepada anak dan istrinya. Dengan lapang hati, Nabi Ismail menerimanya, Ia rela berkorban jika memang itu adalah Perintah dari-Nya. Nabi Ismail AS dengan penuh ketaatannya kepada Allah SWT, ia meyakinkan ayahnya untuk menjalankan apa yang diperintahkan dalam mimpinya itu.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Ash-Shaffat ayat 102,
Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Saat ia (Ibrahim) membaringkan putranya yang siap untuk disembelih dan keduanya tunduk serta berserah diri kepada kehendak Allah SWT, maka digantikanlah Nabi Ismail AS dengan seekor sembelihan yang besar.
Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai hari Kurban. Allah SWT berfirman dalam Q.S Ash-Shaffat ayat 103-109 yang artinya:
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
Di mana pada saat Nabi Ismail disembelih. Ketika hendak melakukan proses penyembelihan, ada banyak syaitan yang mengganggu proses penyembelihan tersebut. Namun dengan sigapnya Nabi Ibrahim melemparkan kerikil-kerikil batuk ke arah syaitan tersebut. (Dalam proses ritual berhaji, ini merupakan awal mula prosesi melempar Jumrah).
Saat leher Nabi Ismail ingin disembelih oleh ayahnya, Allah kemudian menurunkan wahyu lalu memberikan seekor domba sebagai ganti Nabi ismail. (Yang ini adalah awal dari Hari raya Idul Adha).
Saat Nabi Ismail beranjak dewasa Allah memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail untuk membangun Kabah. Kabah itupun lalu di bangun dengan ketinggian 7 hasta. Dalam proses peletakan posisi batu Hajar Aswad malaikat Jibrilpun ikut andil.
Nabi Ibrahim beserta anaknya Nabi Ismail lalu melakukan ibadah Haji pada tanggal 8 Dzulhijjah setelah Ka’bah terbangun. Malaikat Jibril kembali turun kebumi untuk menyampaikan pesan kepada Nabi Ibrahim agar menyebarkan air zam-zam ke beberapa tempat yang ada di sekitar Kabah yakni Mina dan Arafah. Hal tersebut disebut sebagai hari Tarwiyyah.
Lantas, Nabi Ibrahim kemudian berdoa. “dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah ini) negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada allah dan hari kemudian,” Dia (allah)berfirman,”Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku akan paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS.Al-baqarah ayat 126)
Nah, dari situlah asal muasal sejarah ibadah haji yang selama ini mungkin belum banyak dipahami oleh seluruh umat Muslim di penjuru dunia. Dengan memahami sejarah ibadah haji, kita bisa memetik berbagai pelajaran yang ada mulai dari keikhlasan, rela berkorban, dan bertanggung jawab dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.