Ternyata Ini 5 Fakta Timur Tengah Sebelum Datang Islam

Peradaban Bangsa Arab Sebelum Adanya Agama Islam.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Edukasi – Kehidupan di Timur Tengah sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah jahiliyah atau kebodohan. Mereka hidup dengan perilaku yang sangat buruk dan identik dengan kemaksiatan. Pelacuran di mana-mana, pertumpahan darah, dan perbuatan keji yang tidak dapat diterima akal sehat lainnya.

China: Kegagalan Gencatan Senjata di Gaza Akar Penyebab Kekacauan di Timur Tengah

Jahiliyah juga berkaitan dengan kepercayaan sesat, kekuasaan yang sewenang-wenang dan ketidakadilan hukum. Kondisi ini menimbulkan rasa takut, khawatir dan kekacauan yang tidak kunjung berakhir.

Kondisi Arab sebelum kedatangan Islam kian berubah usai kedatangan Rasulullah SAW, yang membawa ajaran Islam dari Allah SWT. Lantas seperti apa kondisi sosial Arab di zaman jahiliyah? Berikut faktanya dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dan beberapa sumber:

PBB Desak Gencatan Senjata di Timur Tengah untuk Akhiri Penderitaan Warga Sipil

Fakta peradaban Timur Tengah sebelum datang Islam

1. Memiliki empat macam pernikahan

Menlu Italia Sebut Perintah ICC Tangkap Netanyahu Tak Akan Percepat Perdamaian di Timur Tengah

Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu 'anha (RA), bahwa pernikahan pada masa Jahiliyah terdiri dari empat macam:

Pernikahan pertama seperti pernikahan orang sekarang, yaitu seorang laki-laki mendatangi laki-laki yang lain dan melamar wanita yang di bawah perwaliannya atau anak perempuannya, kemudian dia menentukan maharnya dan menikahinya.

Kedua, sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul, kemudian mendatangi seorang perempuan dan masing-masing menggaulinya. Jika perempuan itu hamil ia bebas memilih ayah si bayi 1 dari 10 pria tersebut.

Ketiga, apabila seorang istri telah suci dari haidnya sang suami akan mengatakan “pergilah kepada si fulan dan bersenggamalah dengannya”. Kemudian setelah itu, istrinya akan ditinggalkan hingga tampak tanda kehamilan. Hal tersebut dilakukan karena menginginkan anak yang pintar.

Terakhir, banyak laki-laki mendatangi seorang perempuan, sedangkan si perempuan ini tidak menolak sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya itu berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah), kemudian si ahli ini menentukan nasab si anak.

2. Poligami

Kaum Jahiliyah juga dikenal dengan kehidupan poligami ‘banyak istri’ tanpa batas. Bahkan mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini istri ayah-ayah mereka apabila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh ayah mereka.

3. Perang antar suku

Mengenai pergaulan masyarakat Arab Jahiliyah, hubungan seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan rela mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku. Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali rahim.

Meskipun begitu, persaingan memperebutkan martabat dan kepemimpinan seringkali menyebabkan perang antarsuku yang masih memiliki hubungan se-bapak. Seperti yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, dan lain-lain.

Pemenang dalam perang antarsuku berhak menyandera perempuan-perempuan suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.

4. Kebaikan Arab jahiliyah

Meski kehidupan sosial Arab Jahiliyah sangatlah buruk, tetapi ada beberapa masyarakatnya yang memiliki sikap baik. Salah satu sikap atau budaya Arab Jahiliyah yang baik adalah dermawan dan murah hati.

Bahkan mereka berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam masalah kedermawanannya dan kemurahan hatinya. Syair-syair sastra Arab pun dipenuhi pujian dan sanjungan terhadap orang yang memiliki jiwa dermawan.

Selain itu, orang-orang Arab Jahiliyah menjunjung tinggi janji yang telah dibuat. Dalam budaya Arab, janji memiliki kedudukan yang sama dengan utang yang harus dibayar. Bahkan ada orang yang membunuh anaknya sendiri dan membakar rumah orang karena meremehkan janji yang telah dibuat.

5. Menganggap bayi perempuan sebagai aib

Menukil beberapa sumber. Dewan Pakar Pusat Studi Alquran yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail menjelaskan perempuan begitu dipandang negatif dalam pergaulan masyarakat jahiliyah. Bahkan orang-orang jahiliyah menganggap bayi wanita sebagai aib. 

Prof Asep menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa orang Arab jahiliyah tidak menyukai bayi wanita. Ia menjelaskan orang-orang Arab jahiliyah memandang bahwa anak wanita itu tidak bisa diandalkan dalam banyak hal seperti berebut air, tidak bisa mempertahankan tanah dan rumahnya saat mendapat serangan dari kabilah lain, dan tidak bisa berperang. Wanita dipandang hanya sebagai benalu dalam keluarga.  

Karena itu, ketika orang-orang Arab jahiliyah mendapat kabar bahwa istrinya atau saudara perempuannya atau menantu perempuannya melahirkan bayi wanita maka orang-orang jahiliyah itu akan sangat marah, kecewa, merasa malu, karena kelahiran bayi wanita itu. Sebab keluarganya akan dikucilkan, dihina dan direndahkan kaumnya karena memiliki anak wanita. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya