Mengapa Golongan Darah Harus A, B, AB, dan O? Ini Penjelasannya
- times of india
VIVA Edukasi – Darah adalah bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia. Darah sendiri memiliki fungsi dalam tubuh untuk mengedarkan atau mengalirkan oksigen ke seluruh bagian tubuh manusia.
Seperti yang kita ketahui, golongan darah ditentukan berdasarkan faktor genetik atau keturunan, artinya golongan darah yang mengalir di dalam tubuh kita didapatkan dari orang tua.
Lantas, jika fungsi darah pada tubuh manusia seperti yang disebutkan di atas, mengapa golongan darah memiliki nama yang berbeda-beda seperti A, B, AB, dan O?
Berdasarkan informasi yang telah VIVA rangkum dari beberapa sumber, guna mencari tahu alasan tersebut ada baiknya kita mengetahui awal mula penyebutan itu dibuat.
Sebelum manusia mengenal golongan darah
Sebelum abad ke 20, dunia medis masih menganggap bahwa golongan darah manusia semuanya sama. Meskipun sudah mengetahui bahwa darah adalah komponen vital bagi tubuh, mereka masih belum mengetahui tentang apa yang terkandung dalam darah.
Alhasil, berbagai hal terkait darah dan proses-proses yang melibatkan darah seperti transfusi darah diselimuti berbagai mitos. Karena ketidaktahuan ini, banyak usaha transfusi darah berujung pada kematian.
Awal penamaan golongan darah
Akhirnya pada tahun 1900, seorang pria bernama Karl Landsteiner berhasil menemukan penyebab transfusi darah kerap kali gagal yang disebabkan penggumpalan.
Hingga pada tahun 1901 Karl berhasil menggolongkan darah menjadi tiga tipe, yaitu A, B dan C dengan rumus:
Darah tipe A akan menggumpal jika dicampur dengan tipe B, tapi tidak menggumpal jika dicampur dengan sesama tipe A.
Darah tipe B akan menggumpal jika dicampur dengan tipe A, tapi tidak menggumpal jika dicampur dengan sesama tipe B.
Darah tipe C menggumpal ketika dicampur baik dengan tipe A maupun B.
Karl juga berhasil menemukan fakta bahwa darah memiliki antibodi, yang bereaksi terhadap aglutinogen. Antibodi ini dinamai anti-A dan anti-B. Pada darah tipe C, tidak ada aglutinogen yang terkandung. Tetapi, darah tipe C mengandung baik anti-A maupun anti-B.
Kemudian, pada tahun berikutnya, dua murid Karl, yaitu Adriano Sturli dan Alfred von Decastello, menemukan golongan darah keempat yang belum diberi nama.
Perubahan nama golongan darah
Akhirnya, pada 1910, Ludwig Hirszfield dan Emil Freiherr von Dungern, dua ilmuwan asal Polandia dan Jerman, memutuskan memberi nama untuk tiap golongan darah yang sudah ditemukan.
Tipe A dinamai golongan darah A, karena mengandung aglutinogen A. Nama aglutinogennya sendiri berasal dari abjad pertama Yunani yaitu alfa.
Tipe B dinamai golongan darah B, karena mengandung aglutinogen B. Nama aglutinogennya sendiri berasal dari abjad kedua Yunani yaitu beta.
Tipe C dinamai golongan darah 0 (nol atau null) karena tidak mengandung aglutinogen apa pun. Nama asli golongan ini adalah 0 (nol) tapi dalam perkembangannya dinamai O untuk mempermudah penyebutan.
Tipe yang belum dinamai, yang ditemukan oleh kedua murid Karl, dinamai golongan darah AB, karena mengandung baik aglutinogen A maupun B.
Sebenarnya, Hirszfield dan von Dungern bisa saja memberi designasi A, B, C, dan D untuk golongan darah ini. Tetapi, untuk mempermudah mengingat aglutinogennya, maka namanya dibuat sesuai dengan aglutinogennya.
Hal ini juga bertujuan untuk mempermudah orang-orang memahami dan mengingat konsep golongan darah mana yang boleh didonorkan ke siapa dan siapa yang tidak boleh mendonorkan ke siapa.