Museum Bahari, Tempat Belajar Sejarah Kemaritiman Indonesia
- id.wikipedia.org
VIVA – Museum Bahari bisa menjadi salah satu pilihan musem yang dapat dikunjungi saat berada di Jakarta Utara. Seperti namanya, museum Bahari adalah museum dengan koleksi kebaharian dan hal mengenai nelayan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Museum ini terletak di di Jalan Pasar Ikan Nomor 1 Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara.
Museum ini menjadi salah satu museum tertua di Indonesia, yaitu berusia 300 tahun dan pertama kali didirikan oleh VOC Belanda.
Koleksi Museum Bahari Jakarta sangat bangak, yakni sebanyak 126 koleksi benda - benda sejarah kelautan. Koleksi utamanya adalah kapal dan perahu - perahu tradisional jaman dahulu. Diantara puluhan miniatur yang dipamerkan, terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur, foto - foto sejarah, dan biota laut lainnya.
Museum Bahari mempunyai tugas untuk merawat, menjaga, melestarikan, dan menyajikan berbagai koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kebaharian & berbahagai hal mengenai sejarah nelayan bangsa Indonesia.
Jika ingin berkunjung kesana, ada baiknya untuk tau sejarah Museum Bahari ini.
Sejarah Museum Bahari Masa Belanda
Museum Bahari berdiri di bangunan bekas komplek gudang milik Hindia Belanda. Gudang ini dibangun di samping bibir Sungai Ciliwung yang merupakan sungai utama di Jakarta.
Bagian tertua museum dibangun pada kepemimpinan Gubernur Christoffel van Swoll. Komplek gudang ini dibagi dua yaitu Westzijdsche Pakhuizen atau komplek gudang sisi barat yang dibangun pada tahun 1652 hingga 1771 dan Oostzijdsche Pakhuizen atau komplek gudang sisi timur.
Komplek gudang di sisi barat memiliki empat bangunan yang tiganya sekarang digunakan untuk museum. Dulu digunakan untuk menyimpan, memilih menjemur dan mengepak banyak rempah seperti pala, tembakau, kopra, kayu putih, cengkeh, kayu manis dan lada. Tidak hanya berbagai macam rempah tapi juga kopi, teh dan pakaian. Barang - barang ini disimpan dulu sebelum diangkut ke banyak pelabuhan di Asia dan Eropa.
Beberapa gudang dibentuk lagi di akhir abad ketujuh belas. Tujuannya untuk menambah jarak antara tembok kota dan gudang-gudang. Renovasi ini ditandai dengan adanya tanggal yang tertulis di beberapa pintu museum yang dikabarkan adalah tanggal kapan gudang diperbaiki, perluasan atau penambahan.
Belanda menyimpan pasukan tembaga dan timah di antara komplek gudang dan tembok kota di depan museum. Pelindung kayu yang sangat tebal dipasang di depan gudang untuk melindungi logam yang disimpan dari air hujan, badai laut tropis dan serangga seperti rayap. Pelindung ini juga digunakan oleh para penjaga untuk berpatroli karena jalan di tembok kota yang sempit. Pelindung kayu diikat ke lantai dua gudang menghadap ke sungai Ciliwiung.
Ada menara bernama Menara Syahbandar terletak sekitar lima puluh meter dari Museum Bahari. Dahulu, Menara Syahbandar adalah menara pengawas yang dibangun di atas sisa-sisa benteng tua Culemborg.
Menara pengawas itu berguna sebagai tempat penanda dan observasi sejak 1839 yang mengawasi jalanan Batavia. Sebelum 1839, penanda diganti dengan tiang bendera di pelabuhan tua VOC yang terletak tepat di belakang menara pengawas. Menara pengawas tidak digunakan lagi setelah tahun 1886 ketika pelabuhan baru di Tanjung Priok diresmikan.
Sejarah Museum Bahari Masa Jepang
Beralih ke masa pendudukan Jepang, bangunan ini hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Bangunan digunakan untuk tempat penyimpanan persenjataan dan bahan pangan.
Sejarah Museum Setelah Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini digunakan oleh PLN dan PTT untuk gudang. Masih dalam bangunan yang sama sejak VOC, barulah Museum Bahari diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, lengkap dengan menara-menara kawal VOC di dalamnya.
Tembok kota yang masih sisa mulai dari depan Museum Bahari berada di depan benteng Zeeburg dan terus sedikit ke barat. Hanya itulah tembok yang tersisa yang mengelilingi Batavia ketika abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas. Hanya Zeeburg dan Culemborg yang masih ada dari dua puluh tiga benteng yang masih ada hingga kini.
Museum Bahari Saat Ini
Museum Bahari Jakarta yang menyimpan berbagai macam jejak kekayaan bahari Indonesia ini pernah mengalami kebakaran pada 16 Januari 2017. Kebakaran tersebut terjadi pada pukul 08.55, sehingga menyebabkan terbakarnya sejumlah koleksi museum. Kebakaran yang terjadi berhasil menghancurkan beberapa bagian bangunan dan koleksi museum.
Museum Bahari saat ini masih ramai dikunjungi oleh wisatawan. Museum ini banyak menyimpan koleksi - koleksi langka dan hanya satu satunya koleksi, misalnya meriam VOC, rangka perahu Phinisi, hingga koleksi rempah rempah nusantara.
Ada 7 pembagian area di museum Bahari, yaitu Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia, Ruang Teknologi Menangkap Ikan, Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional, Ruang Biota Laut, Ruang Pelabuhan Jakarta 1800 – 2000, Ruang Navigasi, dan Pelayaran Kapal Uap Indonesia – Eropa.
Museum ini juga menyajikan perlengkapan penunjang pelayaran, seperti jangkar, teropong, alat-alat navigasi, model mercusuar, dan aneka ragam meriam. Koleksi biota luat dan ikan dari perairan Indonesia, serta sejarah adat istiadat masyarakat nelayan Nusantara juga bisa dipelajari di museum ini.
Pada 7 Desember 2017, UNESCO menetapkan sebuah kapal yang ada di Musem Bahari, kapal Phinisi sebagai warisan budaya dunia.
Nah, di atas adalah sejarah dan apa saja koleksi yang bisa dilihat di Museum Bahari. Musem Bahari dapat dikunjungi mulai pukul 8 pagi hingga 3 sore, setiap hari, kecuali hari Senin.Yuk, berkunjung!