Intip Kegiatan Seru di Museum Nasional, Ketahui Sejarahnya
- vivanews/Andry Daud
VIVA – Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya di Jalan Merdeka Barat 12. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Bentuk edukasi yang bisa pengunjung dapatkan di museum tidak hanya dari sajian koleksinya, namun juga kegiatan yang dilaksanakan di sana. Bentuk kegiatan yang biasanya dilaksanakan di museum di antaranya adalah seminar, diskusi, pameran dengan tema khusus dan lokakarya. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan pengunjung, namun juga memberikan kesan tersendiri di setiap kunjungannya.
Pada awal tahun 2019, @serrum_studio dan @spektakel.id mengadakan Ramai Damai Festival di. Kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari ini, 9 sampai 10 Februari, berisi talkshow dan music performance.
Kegiatan yang cukup besar yang dilaksanakan di Museum Nasional pada 2018 adalah Festival Panji Internasional. Festival Panji Internasional dilaksanakan pada 27 Juni hingga 13 Juli 2018 di delapan kota di Indonesia (Denpasar, Surabaya, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Yogyakarta, dan Jakarta). Museum nasional menjadi tempat pelaksanaan di Jakarta sekaligus tempat pembukaan kegiatan ini.
Imersifa
Museum Nasional terus mengembangkan diri untuk menarik minat pengunjungdanmemperluas peranannya dalam mengkomunikasikan budaya sesuai dengan kebutuhan zaman. Kali ini, Museum Nasional mengembangkan Ruang ImersifA yang memanfaatkan teknologi
imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi pengunjung.
Ruang ImesifA merupakan instalasi permanen video mapping di Gedung A, MuseumNasional, Jakarta, dengan ukuran 12 m x 21 m. Pada setiap sesi pertunjukan, sajian Video mappingberdurasi 30 menit yang diproyeksi dengan sudut 360°, termasuk lantai. Pengunjung yang menyaksikan akan merasakan sensasi seolah-olah ada di dalam video.
Dinding yang mengelilingi dan lantai yang dipijak menjadi layar yang memutar pertunjukan. Konten ImersifA menampilkan sejarah Indonesia dalam konsep alam, masyarakat, sejarahdanbudaya dari masa ke masa.
Di ruang ini, pengunjung akan berpetualang, mengalami duniadari sudut pandang pelaku sejarah. Layaknya penjelajah, pengunjung mengeksplorasi khasanahdankeanekaragaman alam Indonesia, seni dan budaya, kerukunan beragama hingga pengalamaneksotik menembus batas berbagai motif-motif tradisional Indonesia yang tersebar di berbagai koleksi museum, benda cagar budaya dan bangunan cagar budaya.
Keseluruhan gambar danpenyajian menampilkan ornamen dan bentuk-bentuk budaya Nusantara dengan musikyangdiaransemen modern, dengan melibatkan audio visual untuk menciptakan sensasi pengalamanunik terutama penglihatan, suara dan imajinasi melalui bantuan teknologi digital. Masing- masingpengunjung imersif akan merasakan pengalaman dan emosi yang bersifat personal, dan setiaporangberkesempatan merasakan pemaknaan pribadi dan inspirasi.
Harapannya, dengan wahana baru ini, pengunjung bisa belajar dan mendapatkan pengetahuanbudaya dengan cara yang menyenangkan sehingga para pengunjung khususnya generasi mudamemiliki kesadaran, pemahaman akan kekuatan budaya Indonesia. Hal ini akan membantugenerasi muda untuk merefleksikan jati dirinya dan menyadari potensinya sebagai bangsa yangbesar yang mampu bekerja sama dan hidup berdampingan dengan berbagai bangsa di dunia.
Dongeng Akhir Pekan
Museum Nasional menyelengarakan dongeng akhir pekan bersama Ayo Dongeng Indonesia. Acara ini disajikan untuk anak-anak dan orangtua yang membawa anak dalam rangka Hari Museum Internasional.
Museum Nasional memang sudah lama menyelenggarakan program akhir pekan di Museum Nasional seperti belajar menari, karawitan, gamelan dan berbagai workshop tentang permuseuman dan sejarah. Kegiatan ini salah satu upaya Museum Nasional untuk menumbuhkan minat masyarakat mengunjungi museum, mendekatkan diri dengan masyarakat, juga sebagai upaya untuk melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan di Museum Nasional.
Dalam pelaksanaannya, Museum Nasional berkolaborasi dengan berbagai komunitas seni dan budaya. Pada kegiatan Akhir Pekan kali ini, Museum Nasional mengangkat tema Dongeng Akhir Pekan : Berkumpul Bersenang-Senang semuanya berkolaborasi dengan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia.
Dongeng memiliki banyak manfaat dan peran penting dalam perkembangan anak. Namun, seiring perkembangan teknologi, kini dongeng banyak ditinggalkan. Untuk itu dengan adanya kegiatan diharapkan akan semakin meramaikan kembali dunia dongeng yang merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia.
Dongeng akhir pekan terbagi atas dua sesi yaitu pagi dan siang. Selain diselenggarkan secara luring, kegiatan ini juga disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, untuk itu bagi masyarakat yang belum bisa bergabung di ruang teater ini bisa menyaksikan secara daring.
Sejarah Museum Nasional
Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M. Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti menjadi dasar untuk pendirian museum.
Pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles yang juga merupakan direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No. 3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Lokasi gedung ini sekarang menjadi bagian dari kompleks Sekretariat Negara.
Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia Belanda mendirikan gedung yang hingga kini masih ditempati. Gedung museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 September 1962. Sejak itu pengelolaan museum dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sehubungan dengan dipindahnya Direktorat Jenderal Kebudayaan ke lingkungan kementerian tersebut.
Museum Nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah karena dihadiahkannya patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871 yang kemudian dipasang di halaman depan museum. Meskipun demikian, sejak 28 Mei 1979, nama resmi lembaga ini adalah Museum Nasional Republik Indonesia.
Dengan gaya Klasisisme, gedung Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah sebagai tanggapan atas perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda.
Sayap baru ditambahkan pada tahun 1996 di sebelah utara gedung lama. Gedung ini disebut dengan Unit B atau Gedung Arca.