8 Perempuan Hebat dalam Islam, Patuh Dicontoh Keteladanannya

Ilustrasi Khadijah.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Perempuan hebat Islam banyak berasal dari zaman para nabi. Perjalanan lika-liku kehidupan mereka tak jarang dijadikan kisah inspiratif. Hidup mereka bergejolak baik suka dan duka cita. Rasulullah SAW juga memberitahukan bahwa perhiasan terbaik yang ada di dunia, yakni perempuan solehah. Dari Abdullah Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah pernah bersabda, dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Muslim).

Bahkan Islam telah menunjuk empat sosok perempuan hebat dan terbaik yang dijadikan ahli surga dan teladan bagi kaum hawa di muka bumi. Mereka adalah Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwalid, dan Fatimah binti Rasulullah SAW.

Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik wanita di alam semesta sekaligus pemuka ahli surga ada empat. Mereka adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulallah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah, istri Firaun." (HR. Muslim, Hakim, dan Ahmad).

Berikut daftar perempuan hebat dalam Islam yang patut dicontoh keteladanannya:

1. Maryam binti Imran

Maryam binti Imran adalah wanita terbaik dalam Islam yang disebutkan pertama kali oleh Rasulullah SAW. Ia adalah sosok wanita mulia yang selalu menjaga harga dirinya dan taat beribadah kepada Allah SWT.

Karena itulah, Allah memilihnya untuk menjadi ibu dari Nabi Isa AS dengan tetap menjaga kegadisannya. Namun, karena kehamilannya terjadi tanpa seorang suami, hidup Maryam pun menjadi tidak mudah

Bahkan, ia sampai mengasingkan diri demi melindungi keselamatan bayinya. Setelah kelahiran Nabi Isa AS, Maryam mendidiknya dengan kasih sayang dan penuh kesabaran.

2. Fatimah binti Rasulullah SAW

Selain istri, salah satu anak perempuan Rasulullah SAW yang bernama Fatimah juga dipilih sebagai salah satu wanita ahli surga. Fatimah adalah anak dari pernikahan Rasulullah dengan Khadijah. Fatimah sangat taat dan patuh kepada orang tuanya. Ia juga terkenal akan kecantikan serta kepribadian yang baik, sabar, lembut hati, dan penyayang.

Meskipun ayahnya seorang pedagang kaya, Fatimah tidak dibesarkan dalam fasilitas keduniawian, melainkan dalam kancah perjuangan fisabilillah. Setelah Khadijah meninggal dunia, Fatimah banyak berperan menggantikan sosoknya.

Fatimah bahkan pernah membersihkan punggung ayahnya dari kotoran bangkai hewan yang diletakkan orang kafir Quraisy. Ia jugalah yang selalu menghibur ayahnya saat beliau menghadapi tekanan-tekanan dari kaum Quraisy.

Diketahui, Fatimah pernah menikah dengan sepupunya, Ali bin Abi Thalib yang merupakan putra Abu Thalib. Dari pernikahan ini, keduanya dikaruniai dua orang anak bernama Hassan dan Hussain

3. Khadijah binti Khuwailid

Khadijah dikenal sebagai wanita yang mandiri, berilmu, dan juga dermawan. Ia merupakan istri sekaligus umat pertama Nabi Muhammad SAW. Pernikahan Khadijah dengan Nabi Muhammad SAW dikaruni enam orang anak. Mereka ialah Abdullah, Qasim, Zainab, Fatimah, Ruqayyah, dam Ummu Kultsum.

Sebelum menjadi istri Nabi Muhammad, Khadijah merupakan seorang wanita terpandang dan memiliki kekayaan melimpah. Ia lahir dari keluarga pedagang sukses di suku Quraisy Mekah. Tak hanya itu, Khadijah pun dikenal sebagai pemimpin wanita Quraisy yang cukup tangguh. Ia dikenal disegani oleh masyarakat dan keluarganya. 

Sepanjang hidupnya, Khadijah banyak belajar ilmu bisnis dari ayahnya, Khuwailid bin Asad. Lantas, setelah ayahnya meninggal, ia mengambil alih tanggung jawab bisnis tersebut, yang mana umumnya dipimpin oleh seorang laki-laki.

Berkat ilmu yang diwariskan oleh ayahnya, Khadijah menjadi seorang pedagang  sukses yang terkenal di Mekah. Namun demikian, ia tetap bijaksana dan selalu bertindak jujur. 

4. Hafshah binti Umar

Hafshah binti Umar adalah seorang putri dari sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Umar bin Khattab. Berkat asuhan ayahnya yang tegas, Hafshah tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, cerdas, dan kuat.

Ia pandai membaca, menulis, serta menghafal surah Al-Quran maupun hadis. Padahal kala itu kemampuan tersebut jarang dimiliki oleh seorang perempuan. Berkat kemampuan tersebut, Hafshah lantas melestarikan tulisan asli Al-Quran yang terkumpul dalam bentuk suhuf atau lembaran-lembaran pelepah kurma.

Tak hanya itu, ia pun mengemban tugas mulia untuk menyimpan dan memelihara Al-Quran. Hal inilah yang lantas membuat Hafshah diberi gelar sebagai “Penjaga Al-Quran”.

Perempuan Bergerak Lindungi Ruang Digital

5. Ummu Kultsum binti Uqbah

Ummu Kultsum binti Uqbah merupakan putri dari pemuka Quraisy.  Ayahnya, Uqbah bin Muayyad terkenal sebagai sosok yang keras dan kejam. Ia bahkan pernah menginjak leher Rasulullah ketika berada di makam  Nabi Ibrahim. Namun demikian, kekejaman ayahnya tidak menurun kepada Ummu Kultsum. Ummu Kultsum justru dikenal sebagai pribadi yang memiliki empati tinggi.  

Hasnuryadi: Perempuan Penggerak Perubahan Jaga Kesehatan Masyarakat di Kalsel

Rasa empati yang dimiliki oleh Ummu Kultsum ini membuatnya tak tahan melihat penderitaan yang dialami oleh umat muslim saat itu. Akhirnya, ia pun mengambil keputusan untuk melakukan hijrah menuju Madinah dari kabilah Hadnah Hudaibiyah secara diam-diam.

Sayangnya aksi tersebut diketahui oleh saudaranya. Mereka pun lantas menyusul Ummu Kultsum dengan mengambil jalur yang berbeda, agar keduanya dapat mendahuluinya. 

Hambatan Struktural-Budaya Masih Batasi Partisipasi Perempuan dalam Politik, Menurut Peneliti

Mengingat saat itu masih diberlakukan perjanjian Hudaibiyah, para saudara Ummu Kultsum pun memanfaatkan hal tersebut untuk menghalangi hijrahnya. Lantas, Ummu Kultsum mengadu kepada Rasulullah.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya adalah seorang perempuan. Anda tahu bagaimana kelemahan perempuan itu?”

Kemudian, Rasulullah menjawab, “Allah membatalkan janji itu untuk perempuan sepertinya. Pergilah dari sini!” Berkat perkataan Rasulullah, Ummu Kultsum dapat memeluk Islam dan tinggal di Madinah. Mulai sejak itu, Ummu Kultsum menjadi primadona dan dihormati.

6. Aisyah binti Abu Bakar

Aisyah binti Abu Bakar merupakan istri termuda Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan salah satu istri yang dicintai oleh Rasulullah. Lebih daripada itu, Aisyah memiliki peran politik pada masanya. Ia diketahui telah meriwayatkan sekitar 2200 hadis dan sunnah Nabi Muhammad yang kemudian dijadikan sebagai sumber ilmu umat Islam. 

Peran Aisyah tak berhenti di situ saja. Bahkan setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Aisyah mampu menentang konstruksi patriarki yang berkembang saat itu. Lalu,  setelah kematian Utsman bin Affan, menjadi khalifah ketiga, Aisyah memimpin Perang Basra atau dikenal sebagai Perang Unta. Walau kalah dari perang tapi hal tersebut menjadi ujung tombak perjuangan perempuan dalam menentang patriarki. 

7. Nusaibah binti Kaab

Nusaibah binti Kaab adalah seorang perempuan anggota suku Banu Najjar di Madinah. Nusaibah dikenal sebagai sosok yang berani di medan perang. Bahkan namanya kerap diartikan sebagai pejuang karena telah mengikuti banyak peperangan. 

Beberapa perang yang diikutinya yaitu, Baitul Aqabah II, Perang Hunain, Perang Yamamah, Perang Uhud, dan Perjanjian Hudaibiyah. Konon, saat perang Uhud, Nusaibah menjadi salah satu tokoh penting di mana ia bertugas menjadi pengawal dan melindungi Rasulullah SAW.

8. Asiyah

Asiyah terkenal karena kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi suaminya yang kejam, yaitu Fir’aun. Hal ini yang membuatnya menjadi salah satu dari wanita tangguh di zaman rasulullah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: 

“Sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya dengan besi sebanyak 4 ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para Malaikat menaunginya.”

Sepanjang menjadi istri Fir’aun, Asiyah pernah menolak dua permintaan kejam dan mustahil dari suaminya. Permintaan tersebut adalah menganggap Firaun sebagai Tuhan serta perintah untuk membunuh anak laki-laki yang ditemukan dalam keranjang. Ketabahan dan kesabaran Aisyah termuat dalam Al-Quran surah  Al-Qashash ayat 9 yang artinya:

“Dan berkatalah istri Firaun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya