Sejarah Perang Badar yang Terjadi di Bulan Ramadhan Melawan Quraisy
- U-Report
VIVA – Perang Badar merupakan salah satu kejadian penting yang terjadi di bulan Ramadhan di masa awal perkembangan Islam. Untuk kaum muslimin, Ramadan bukanlah bulan suci semata, karena di bulan ini seluruh umat Islam harus menahan diri dari rasa lapar, haus, dan juga menahan emosi. Bulan Ramadan juga menjadi waktu yang penting karena Al Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Di bulan Ramadhan ini juga terjadi peperangan yang sangat besar untuk umat Islam seperti yang disinggung di awal, yaitu Perang Badar.
Perang Badar ini terjadi di bulan Ramadhan tahun kedua setelah umat Islam melaksankaan hijrah. Walaupun dalam kondisi lapar dan haus, tidak menahan para sahabat untuk berperang dalam menegakkan panji Islam di awal masa kenabian Rasulullah SAW tersebut. Umat Islam berhasil memenangkan perang tersebut dan merupakan kemenangan agung karena para pejuang Islam sukses menentang kemusyrikan dan kebatilan.
Tentang Perang Badar
Perang Badar ini terjadi tanggal 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Perang Badar membawa 314 pasukan umat muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda. Pasukan muslim berhadapan dengan lebih dari 1000 pasukan, 600 senjata lengkap, 700 unta, dan 300 ekor kuda dari kaum Quraisy.
Perang Badar ini adalah perang pertama yang dilaksanakan umat Islam sejak hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi. Perang ini langsung dipimpin oleh Rasulullah SAW dan karena semangat jihad yang tinggi di bulan Ramadhan, membuat pasukan Islam berhasil membunuh tiga pemimpin kaum Quraisy, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.
Dalam Al Quran, perang Badar dijelaskan dalam beberapa ayat berikut ini:
“Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.” (Q.S Ali Imran: 123).
“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’”. (Q.S Ali Imran: 124).
“Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang menyerangmu dengan seketika, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Q.S Ali Imran: 125)
“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa. (Q.S Ali Imran: 126).
Latar Belakang Perang Badar
1. Kebencian Abu Jahal
Nabi Muhammad SAW lahir dari keluarga Bani Hasyim dan suku Quraisy. Perjalanan dakwah Nabi Muhammad sejak menerima wahyu di usianya yang ke-40 tahun kemudian dilindungi oleh pamannya, seorang pemimpin Bani Hasyim dan suku Quraisy, yakni Abu Thalib.
Usai Abu Thalib meninggal tahun 619 Masehi, sayangnya kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal Abu Jahal yang merupakan salah seorang musuh Nabi Muhammad.
Kehadiran Rasulullah dan kegiatan dakwah yang mengancam posisi Abu Jahal sebagai penguasa Makkah dan juga dengan sisa kaum Quraisy lain yang melihat kaum muslimin sebagai seorang penjahat yang akan mengancam lingkungan serta kewibawaan mereka.
2. Umat Islam Ditindas
Perlakukan buruk kepada kaum muslimin bukan hanya terjadi di kota Makkah saja, tapi kaum kafir Quraisy juga menindas kaum muslimin sampai ke Madinah. Kaum Quraisy ini melakukan teror yang sama dengan menyerang dan menguasai harta benda kaum muslim lantaran takut banyak hasil dagang yang pindah kepada kaum muslim.
Bahkan, kaum Quraisy yang menganut agama Islam menerima dampak dengan dikeluarkan dari sukunya, yang mana hal ini adalah sebuah penghinaan paling serius untuk seseorang pada masa tersebut sehingga dapat menjadi pemicu atau penyebab perang Badar Kubra.
3. Perampasan dan Pengusiran Kaum Muslimin
Setelah Nabi Muhammad melakukan dakwah, orang-orang yang musyrik Makkah telah melancarkan peperangan dengan menghalalkan darah kaum muhajirin dan juga merebut paksa kekayaan yang mereka miliki. Kehilangan perlindungan dari Abu Thalib turut meningkatkan kekerasan kepada kaum muslim di Makkah.
Teror tersebut yang akhirnya memaksa umat Islam untuk melakukan hijrah ke Madinah tahun 622 Masehi. Akan tetapi, karena mereka meninggalkan harta benda untuk hijrah, akhirnya harta benda itu menjadi sasaran perampasan dari kaum kafir Quraisy.
Kemenangan Umat Islam dari Perang Badar
Pada akhirnya, umat Islam berhasil memenangkan perang Badar. Kemang dalam perang tersebut membuat posisi Islam di wilayah Madinah semakin kuat. Sementara untuk kaum Quraisy yang kalah dari perang harus menelan kekecewaan yang mendalam. Mereka akhirnya semakin berhasrat untuk melakukan balas dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang.
Untuk umat Islam sendiri, perang Badar merupakan sebuah peristiwa besar, terlebih terjadinya di bulan Ramadhan. Perang badar ini menjadi pertempuran besar pertama umat Islam dalam melawan musuh. Lewat pertolongan dari Allah SWT kaum muslimin bisa memenangkan walaupun sangat kalah dari jumlah pasukan.
Bahkan, Allah SWT memberikan nama perang Badar sebagai Yaum Al Furqan atau hari pembeda. Karena, pada hari tersebut sudah dibedakan mana saja yang haq dan batil. Ketika itu, Allah SWT menurunkan pertolongan besar untuk umat Islam dan memenangkan mereka dari musuh-musuhnya, yaitu kaum kafir Quraisy.
Hikmah Perang Badar yang Bisa Diteladani
Diriwayatkan bahwa perang Badar ini tidak berlangsung lama. Hanya memerlukan waktu sekira dua jam untuk pasukan umat Islam dalam menghancurkan pertahanan dari tentara kaum kafir Quraisy. Berbagai kekacauan yang terjadi ini dimanfaatkan untuk memenangkan perang. Setelah perang Badar selesai, Nabi Muhammad SAW mengucapkan hal yang sangat penting dalam perjalanan hidup:
“Wahai kaumku. Kita baru saja kembali dari jihad kecil (perang badar) dan menuju jihad besar.”
Mendengar hal tersebut, para sahabat langsung merasa heran. Karena, perang Badar yang sangat menentukan nasib dari kaum muslimin hanya dipandang sebagai jihad kecil oleh Nabi Muhammad SAW.
Para sahabat kemudian bertanya: “Apakah jihad yang lebih besar dari (perang badar) itu, Wahai Rasulullah?”
“Jihad melawan hawa nafsu,” jawab Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa melawan segala hawa nafsu merupakan hakikat dari jihad yang sebenarnya. Maka dari itu, salah satu hikmah dari perang Badar di bulan suci Ramadan ini adalah semangat berjihad melawan hawa nafsu. Meski begitu, ketika terjadi perang Badar ada rukhsah atau keringanan untuk kaum muslimin untuk tidak melaksanakan puasa.
Hal tersebut disampaikan oleh Abu Sa’id Al Khudri, “Kami berperang bersama Rasulullah SAW. Di antara kami ada yang berpuasa, namun ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka. Sebaliknya, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” (H.R. Ibnu Mulaqqin).