7 Raja Perempuan yang Pernah Memimpin Kerajaan Terbesar di Nusantara

Sultanah Safiatuddin
Sumber :
  • Tangkapan Layar

VIVA – Di tengah sistem patriarki yang sangat kental, ternyata ada beberapa raja perempuan yang pernah memimpin suku terbesar di Nusantara yang mungkin jarang kamu ketahui. Mereka sukses membuat kerajaannya berkembang pesat, pemimpin yang tegas, serta tidak ragu untuk terlibat dalam peperangan. Mayoritas dari pemimpin perempuan ini tetap disebut sebagai raja, bukan ratu. Di sisi lain, hal ini memperlihatkan bahwa emansipasi sudah hadir sejak zaman dulu. Nah, berikut adalah ulasan tentang raja perempuan yang pernah memimpin suku terbesar di Nusantara yang disadur dari berbagai sumber. 

1. Ratu Maharani Shima

Maharani Shima merupakan salah satu ratu penguasa Kerajaan Kalingga yang berada di pantai utara Jawa Tengah, tahun 674 Masehi. Ratu ini terkenal karena kejujurannya dan menjadi hukum sebagai panglima kerajaan. Dia dikenal sangat keras dan tegas dalam menghukum pencuri atau pelaku kejahatan. Bahkan, saat ada seorang raja asing yang menguji kejujuran rakyat Kalingga, dengan meletakkan kantung berisi emas di tengah persimpangan jalan. 

Akan tetapi, tidak ada satu orang pun yang berani menyentuh kantung yang pada dasarnya bukan milik warga, sampai suatu hari tiga tahun kemudian, seorang putra Shima, putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh dengan kakinya. Sebagai hukuman, Ratu Shima menjatuhkan hukuman mati untuk putranya. Tapi, karena nasihat istana, akhirnya sang putra hanya menjalankan hukuman potong kaki. 

2. Dyah Tulodong

Dyah Tulodong adalah adalah salah satu raja dari Kerajaan Lodoyong, kini wilayah Tulungagung, Jawa Timur. Dyah digambarkan sebagai raja yang mempunyai kekuatan luar biasa. Salah satu peristiwa sejarah penting adalah pertempuran antara tentara Raja Erlangga yang berhasil dilumpuhkan oleh Dyah Tulodong. 

Pertempuran ini terjadi karena Dyah berusaha membendung ekspansi Airlangga yang ketika itu sudah menguasai wilayah sekitar kerajaannya. Bahkan, beberapa riwayat mengatakan bahwa pasukan khusus yang dibawah Dyah adalah prajurit wanita pilihan. Akan tetapi, setahun kemudian Dyah Tulodong berhasil dikalahkan oleh Airlangga melalui pertempuran sengit. 

3. Sultanah Nahrasiyah

Hasnuryadi: Perempuan Penggerak Perubahan Jaga Kesehatan Masyarakat di Kalsel

Ia adalah perempuan pertama yang menjadi raja di Aceh, tepatnya Kerajaan Samudera Pasai. Ketika itu, ia menggantikan sang ayah yang bernama Raja Malikussaleh. Sultanah Nahrasiyah membawa banyak perkembangan di kerajaan Islam tersebut. Bahkan, masa kepemimpinannya menjadi era kejayaan dari kerajaan Samudera Pasai. 

Ia berhasil meningkatkan laju perdagangan, kesejahteraan rakyat, serta memperjuangkan hak-hak para perempuan yang ketika itu kerap disepelekan. Ia juga menjadi raja perempuan yang sangat dihormati oleh penduduk setempat. 

Hambatan Struktural-Budaya Masih Batasi Partisipasi Perempuan dalam Politik, Menurut Peneliti

4. Gayatri Rajapatni

Walaupun namanya kurang familiar, Gayatri Rajapatni adalah salah seorang sosok di balik berdirinya kerajaan Majapahit. Bersama dengan sang suami, Raden Wijaya, ia berambisi untuk membangun pemerintahan baru dari sisa-sisa Singhasari. Ketika itu, kerajaan itu baru saja dibabat habis oleh Jayakatwang. 

Polisi Tangkap Pria Pembuang Jasad Wanita Terbungkus Kasur di Tangerang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga melaporkan Gayatri adalah tidak secara langsung menjadi raja. Namun, ia berhasil mendidik anak cucunya untuk memimpin Majapahit sampai menjadi kerajaan yang besar. Di antaranya adalah Tribhuwana, Gajah Mada, sampai Hayam Wuruk. Ketika itu, ia dikenal sosok ibu suri yang selalu memikirkan masa depan kerajaannya. 

5. Tribhuwana Wijayatunggadewi

Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah raja ketiga dari Kerajaan Majapahit, memerintah dari tahun 1328 hingga 1351. Dia merupakan putri dari raja pertama Majapahit yang bernama Raden Wijaya dan Gayatri. Nagarakretagama mengatakan bahwa Tribhuwana memimpin kerajaan didampingi sang suami yang bernama Kertawardhana. 

Tahun 1331 ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Ia yang didampingi oleh sepupunya, Adityawarman berangkat untuk menyerang Sadeng. Pemerintah Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah. Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu, dan kemudian seluruh Bali. 

6. Sultanah Safiatuddin

Sultanah Safiatuddin adalah raja perempuan yang memimpin Kerajaan Aceh. Ia menggantikan takhta suaminya yang meninggal dunia, yaitu Sultan Iskandar Tsani. Karena, keduanya tidak mempunyai anak untuk melanjutkan kepemimpinan. Meskipun pemilihan Safiatuddin menuai pro kontra, tapi raja perempuan ini berhasil membawa perkembangan yang pesat. 

Bahkan, masa kepemimpinannya dikatakan sebagai zaman keemasan Islam dan Melayu. Alih-alih berperang dan berjuang dalam berperang, ia lebih memilih untuk berdiplomasi untuk mengekspansi kerajaannya. Ia pandai membangun aliansi dengan wilayah lain. Sang Sultanah juga bisa melindungi kerajaannya dari gempuran penjajah Eropa. 

7. Syah Aalam Barisyah

Perlak adalah salah satu kesultanan yang bercorak Islam yang berada di Aceh. Kesultanan tersebut pernah dipimpin oleh seorang raja perempuan yang bernama Syah Barisyah. Syah Alam Barisyah ini naik takhta menggantikan sang ayah yang bernama Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Jauhan yang jatuh sakit dan lumpuh. Dalam menjalankan pemerintahan, ia dibantu sang adik yang bernama Abdul Aziz Syah sebagai perdana menteri. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya