4 Tips Optimalkan Startup Generasi Digital
- ist
VIVA – Perkembangan industri teknologi kian dinamis dan mendorong para founder untuk melakukan inovasi.
Berbagai startup yang telah eksis pun diharuskan untuk pivot agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan audience.
Tantangan akan ketatnya industri hari ini dirasakan seluruh pelaku industri, tidak terkecuali para founder dari startup yang baru didirikan.
Setelah melalui fase registrasi, para peserta terpilih akan mendapat kesempatan untuk mengikuti digital mentorship program yang merupakan pelatihan untuk mengasah kemampuan inovasi talenta digital lewat pelatihan digital skill dan mindset.
Selanjutnya fase Hackathon, kompetisi selama 2 minggu untuk merealisasikan ide dan inovasi kreatif menjadi prototipe yang diikuti oleh 500 tim terpilih.
Pada sesi kick off hackathon Indonesia Digital Tribe (IDT), pentingnya permasalahan dengan pengetahuan akan kebutuhan customer menjadi sorotan penting.
Menurut para pemateri ada 4 tips untuk startup founders, agar perusahaan rintisan mereka bisa bertahan di pasar dan bahkan meraih pendanaan. Ini dia alasannya:
1. Pentingnya Storytelling
Menurut Eddi Danusaputro, CEO Mandiri Capital semua founders harus memiliki kemampuan storytelling yang mumpuni.
Startup yang bagus itu biasanya problemnya besar, tapi di sisi lain para founders harus mulai dari problems dengan yang kalian pahami.
Biasanya Startup yang bagus itu berawal dari pengalaman pribadi. Personal story itu penting untuk menjadi sebuah permulaan.
Eddi Danusaputro juga memberikan advice bahwa selain skill jualan founders harus bisa storytelling, namun yang juga tidak kalah penting yakni bisa membuat produk dari story yang di ungkapkan, alasan mengapa membuat sebuah Startup.
Lalu story tersebut diceritakan dengan bahasa yang baik dan tepat ke customer yang berbeda-beda. Jadi mau pdkt percintaan ataupun bisnis harus ada substansinya.
2. Do your own research (DYOR) dan Banyak Ikutan Program Akselerasi
Selain IDT, ada banyak sekali cara untuk belajar dan mendapat pengetahuan tentang bagaimana memulai bisnis.
Kalau rajin di kampus, di sekolah, di tempat kerja, rajin mencari informasi, mungkin ada program hackathon atau mentorship lain yang seperti IDT.
Pandemi membuat acara online lebih banyak, dan anak muda harus pintar mencari. Mulailah dari hal sesimple follow akun instagram Venture Capital untuk tau tips dan trik. Jangan datang ke investor membawa ide yang masih mentah.
Ibarat sebuah koki di restoran menyajikan makanan ke customer gak mentah saja paling ga setengah matang masih enak atau bahkan uda perfect cook.
Jadi you have to do your own research untuk belajar dan mengasah pengetahuan, baru kemudian datang dan berdiskusi ke potential mentor atau potential investor.
3. Love The Problem, Not Your Solution
Menurut Pathya Madhyastha Budhiputra, Senior Innovator Telkom & Corporate Innovation Enthusiast memaparkan pentingnya Hackathon dalam pengembangan sebuah startup.
Di tahapan ini, akan masuk ke tahapan simulasi bagaimana sebuah startup melakukan validasi. Bagi customer validation maupun product validation. Ketika kita sudah punya ide, ada bias yang terjadi.
Kebanyakan inovator merasa idenya keren, tapi lupa bahwa yang dibutuhkan bukan hanya solusi. Hidup terlalu singkat untuk menyelesaikan masalah yang tidak dirasakan oleh orang lain.
Jadi saat customer validation sedikit lupakan idenya, tapi ingat masalah apa yang ingin dipecahkan, fokus pada permasalahan.
Luruskan niat saat melakukan customer validation jangan memaksakan sebuah permasalahan untuk menghadirkan solusi.
Pada vase customer validation, IDT akan menggunakan Problem Interview Approach untuk bisa menghadirkan temuan terhadap problem statement, melalui proses wawancara terhadap sampling.
Pastikan apakah permasalahannya betul-betul ada dan apakah teman-teman mengenal problemnya dengan maksimal.
Seringkali ketika founder meyakinkan investor, Ia belum yakin problem itu ada. Ketika sudah ada purpose yang clear, orang lain akan love the problem.
4. Selalu Berinovasi Mengikuti Kebutuhan Terkini
Founder Narasi dan Head Mentor Narasi, Najwa Shihab menyatakan bahwa melalui Hackathon, para peserta IDT akan diajak berpikir dan bertanya, apa yang membuat beberapa produk digital berhasil sementara yang lain tidak.
Para peserta harus mengamati kebutuhan orang dengan tepat. Karenanya riset customer menjadi sangat penting.
Seperti tiap Child Brand dan program di Narasi hadir berdasarkan analisis kebutuhan yang belum terisi.
Sekali lagi kuncinya adalah menyadari kebutuhan baru akan membuat kita tidak pernah lelah berinovasi.
IDT merupakan inisiatif dari Kementerian BUMN melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI), Telkom Indonesia, Bank Mandiri, bersama Kemendikbud Ristek, IDTRI dan Narasi.
Program ini digagas untuk mendorong hadirnya soonicorn dan unicorn baru di berbagai sektor seperti Edutech, Fisheries, Healtech, Ecommerce, Agritech, Fintech, Logistik dan Social Impact. IDT diharap bisa menjadi turbo bagi mesin pertumbuhan ekonomi digital bangsa.
Hingga hari terakhir registrasi pada tanggal 19 Januari 2022, IDT telah berhasil menarik lebih dari 18.934 orang pendaftar dan 1.463 ide inovatif, termasuk dari peserta di Indonesia Timur, serta peserta dengan disabilitas.
Setelah fase hackathon terakhir para peserta akan memasuki fase showcase, puncak acara yang berisi pitching day dan perkenalan prototype dan dihadiri oleh Human Capital dan CVC BUMN. Tiga tim dengan prototipe terbaik akan mendapatkan hadiah Rp300 juta.