Kisah Nabi Ismail Anak yang Saleh hingga Terjadinya Peristiwa Kurban
- U-Report
VIVA Edukasi – Kisah Nabi Ismail juga termaktub di dalam Al-Qur’an dan menjadi salah satu kisah dari nabi-nabi lainnya yang menjadi teladan dan pelajaran bagi umat manusia. Bagi setiap umat muslim pada sudah sering mendengar bahwa adanya peristiwa kurban dan Hari Raya Idul Adha memiliki kisah dibaliknya yang tak jauh dari kisah Nabi Ismail. Kisah Nabi Ismail yang akan kita bahahs ini menjadi hal yang patut dicontoh karena menggambarkan seorang umat yang taat dan menjalankan perintah Allah SWT dengan baik.
Kisah Nabi Ismail AS tak bisa lepas dari kisah Nabi Ibrahim AS yang merupakan ayahnya karena sebagian besar kisah keduanya saling berkaitan. Kisah Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim adalah awal dari munculnya peristiwa berkurban atau yang biasanya dirayakan sebagai Hari Raya Idul Adha. Kisah Nabi Ismail memperlihatkan ketakwaannya kepada Allah SWT dan ayahnya. Begitu pula dengan kisah Nabi Ibrahim yang memperlihatkan ketakwaan dan kecintaannya kepada Allah SWT dan juga anaknya. Berikut ini akan dijelaskan tentang kisah Nabi Ismail AS anak dari Nabi Ibrahim AS.
Kisah Nabi Ismail Lahir
Nabi Ismail merupakan anak dari Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah. Kala itu diceritakan bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya menunggu kehadiran Ismail karena mereka belum juga dikarunia seorang anak. Doa pun dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah SWT agar ia dan istrinya dapat dikaruniai seorang anak yang saleh dan taat kepada Allah SWT. Sarah pun mendengar doa suaminya tersebut namun tak bisa melakukan apa-apa karena memang kondisi rahimnya mandul.
Kemudian setelah itu Sarah memiliki sebuah rencana yakni berniat untuk mendekatkan Nahi Ibrahim dengan budaknya bernama Hajar untuk menikah. Hal itu dilakukan Sarah agar Nabi Ibrahim bisa memiliki seorang anak seperti apa yang telah ia doakan. Kemudian Sarah memberitahukan rencananya kepda Nabi Ibrahim dan juga menanyakannya terlebih dahulu kepada Hajar.
Setelah Sarah dan Nabi Ibrahim menanyakannya kepada Budaknya tersebut, Hajar pun menyetujuinya. Kemudian Nabi Ibrahim menikah dengan Hajar hingga akhirnya Hajar mengandung anak dari Nabi Ibrahim. Hari yang dinanti-nanti pun tiba, Hajar melahirkan seorang anak laki-laki setelah 9 bulan mengandung. Anak laki-laki tersebut diberi nama Ismail dan merupakan jawaban atas doa-doa yang swlama ini telah dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah.
Kisah Nabi Ismail dan Hajar di Makkah
Setelah Ismail lahir, beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk ke Mekkah dengan membawa Hajar dan Ismail. Perintah tersebut pun dipenuhi oleh Nabi Ibrahim AS, akhirnya ia membawa Hajar dan Ismail pergi ke Mekkah dengan melewati gurun dna berhenti di dekat tempat yang sekarang menjadi Ka’bah.
Setelah berada di Mekkah, Nabi Ibrahim AS kembali pergi untuk kembali ke Syam dan meninggalkan Hajar dan Ismail. Saat Nabi Ibrahim AS hendak pergi, bajunya dipegang oleh istrinya dan Hajar bertanya, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu hendak meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang atau sesuatu apapun di sini?” tanya Hajar berkali-kali. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari Nabi Ibrahim AS.
Bahkan menoleh sedikit pun kepada istrinya tak dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Akhirnya Hajar memberikan pertanyaan lagi kepada Nabi Ibrahim AS, “Apakah Allah memerintahkanmu atas semua ini?”, dengan pertanyaan itu Nabi Ibrahim baru mau menjawab, “Ya.” Dan kemudian Hajar pun dapat menerima dan berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Hajar pun kembali ke tempat semula dengan Ismail saat sudah mendapatkan jawabannya. Sementara Nabi Ibrahim tetap melanjutkan perjalannnya untuk pergi ke Syam. Ibrahim kemudian menghadap Ka’bah dan berdoa dengan kedua tangannya kepada Allah SWT.
Tertulis di dalam Al-Qur’an, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37).
Hajar pun kembali untuk menemui Ismail untuk menyusuinya. Mereka berdua Hajar dan Ismail hanya hidup dengan persediaan air minum yang dibawanya untuk beberapa hari. Namun ternyata persediaan air yang dibawanya tersebut tidak cukup dan hampir habis. Mereka kedua kehausan di tengah gurun tersebut. Ismail pun terus-terusan menangis karena kehausan. Namun Hajar tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya memandang Ismail yang menangis dengan rasa kasihan. Hingga akhirnya Hajar pergi menunggalkN Ismail dan mencari bantuan.
Hajar pun akhirnya sampai di bukit Shafa yang keberadaannya tidak jauh dari tempat sebelumnya. Ia pun mencari apakah ada manusia lain yang dapat membantunya di bukit tersebut dengan menghadap ke lembah. Namun ternyata tidak ada seorang pun di bukit tersebut. HIngga akhirnya Hajar putuskan untuk pergi menuju lembah dan sampai di bukit Marwah. Namun ia tetap tidak melihat ada tanda-tanda manusia di sana. Bahkan sudah sampai tujuh kali ia bolak-balik dari Shafa ke Marwah dan hasilnya tetap saja nihil.
Tiba-tiba Hajar mendengar sesuatu saat berada di puncak Marwah. Ia mencoba untuk mendengarnya lagi secara seksama dengan terdiam. Kemudian suara yang didengarnya kembali muncul dan terdengar. Suara itu berbunyi, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.”
Suara yang ia dengar itu ternyata suara malaikat Jibril yang keberadaannya ada di dekat sumber air zam-zam. Setelah itu akhirnya Hajar mendapatkan air untuk minum dan dapat menyusui Ismail lagi berkat air zam-zam yang diberikan oleh malaikat Jibril yang diambil dari sayapnya hingga airnya memancar keluar.
Malaikat Jibril kemudian berkata kepada Hajar, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”
Kisah Nabi Ismail Akan Disembelih
Kisahnya berlanjut saat ia sudah tumbuh dewasa bersama ibunya Hajar. Nabi Ismail akhirnya bertemu dengan ayahnya yakni Nabi Ibrahim unuti melepas kerinduannya selama ini. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun kemudian dapat kembali menjalani hidup bersama lagi. Hingga pada suatu hari Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih anaknya yakni Ismail. Mimpi tersebut disadarinya sebagai petunjuk dari Allah SWT yang diberikan kepadanya.
Nabi Ibrahim pun memberitahukan mimpi yang dialaminya tersebut kepada anaknya Ismail. Ia memberitahukan kepada Ismail bahwa dalam mimpinya itu ia harus menyembelih dan itu merupakan perintah dari Allah SWT. Setelah Ismail mendengar mimpi ayahnya, Ismail tidak menorah dan justru menyuruh nabi Ibrahim untuk melakukan perintah Allah SWT tersebut.
Karena Ismail bersedia untuk disembelih sebagai perintah dari Allah SWT, Nabi Ibrahim AS pun membawa pergi menuju Mina dengan membawa Ismail. Sebelum dan menyembelihnya, wajah anaknya tersebut ia ikatkan dengan kain agar nabi Ibrahim tidak melihat raut wajah ismail yang dapat membuatnya sedih.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun menyerahkan diri dan mempasrahkannya kepada Allah SWT. Setelah itu Allah SWT menganggap bahwa Nabi Ibrahim telah membenarkan mimpi yang datang kepadanya itu dan menerima ujian yang diberikan tersebut. Padahal Ismail adalah anak yang selama ini sudah ia nantikan kehadirannya.
Karena Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat sabar dan sangat taat kepada Allah SWT, saat ia akan menyembelih anaknya tersebut, tubuh Ismail ditukar dengan seekor domba besar oleh malaikat Jibril untuk disembelih. Maka dari situlah kemudian turun perintah Allah untuk menunaikan kewajiban berkurban bagi seluruh umat muslim.
Itulah penjelasan dari kisah Nabi Ismail yang menjadi awal mula dari adanya peristiwa berkurban bagi umat muslim. Kisah Nabi Ismail tersebut tentunya bisa menjadi pelajaran untuk semua dan bisa diambil hikmahnya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kamu yang membacanya dan bisa membuat kamu menjadi lebih paham tentang kisah Nabi Ismail.