Unhas Gelar Konferensi Internasional Energi Berkelanjutan

Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan.
Sumber :
  • VIVA/Irfan Abdul Gani

VIVA – Fakultas Teknik melalui Departemen Teknik Mesin Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Konferensi Internasional bertajuk “International Conference on Energy, Manufacture, Advanced Material and Mechatronics (IC-EMAMM) 2021”. Kegiatan yang mengusung tema “The Role of Mechanical Engineers in Achieving Sustainable Development Goals Through Technology and Innovation” berlangsung mulai pukul 08.30 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Selasa (23/11).

Wow! Ini Dia 10 Inovasi Gila-Gilaan yang Akan Mendominasi 2025

Hadir sebagai keynote speaker yakni Prof. Shuzi Hayase (Universitas Komunikasi Elektro, Tokyo Jepang), Prof. Tawatchai Charinpanikkul (Universitas Chulalongkorn, Thailand), Prof Noordin Mohd. Yusof (Universiti Teknology Malaysia) dan Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si (Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia).

Kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Prof. dr. Ir. Nasrum Massi, Ph.D. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan IC-EMAMM yang menghadirkan narasumber berkompeten dari beberapa negara. Unhas sangat memberikan dukungan kepada fakultas dalam upaya peningkatan jejaring. Hal ini juga sejalan dengan program internasionalisasi Unhas melalui kemitraan dengan banyak pihak.

PDIP Tak Tolak Kenaikan PPN 12% tapi Minta Dikaji Ulang

“Tema yang dipilih sangat tepat, mengingat peran para insinyur sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kehadiran teknologi berkelanjutan. Olehnya itu, kebutuhan teknologi yang mendukung pembangunan berkelanjutan harus menjadi perhatian bersama. Misalnya saja teknologi bidang energi terbarukan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat secara umum,” jelas Prof. Nasrum.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Shuzi Hayase sebagai pembicara utama memberikan pandangannya tentang “Next Generation Solar Cells: Printable Halide Perovskite Solar Cell Including Cylindrical Solar Cell Research” yang fokus membahas mengenai dua hal yakni sel surya silinder dan sel surya perovskit serta beberapa uji coba yang dilakukan dalam hal pemanfaatan sel surya.

PKB Nilai Wajar Kenaikan PPN 12 Persen Timbulkan Polemik, Ingatkan Pemerintah soal Ini

Terkait:  Unhas Raih Anugerah Perak Kategori Organisasi Pendidikan Tinggi SNI Awards 2021 dari BSN

Energi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh negara. Hal ini mengingat energi merupakan salah satu faktor utama terjadinya pertumbuhan ekonomi. Permasalahan energi menjadi semakin kompleks ketika kebutuhan yang meningkat akan energi dari seluruh negara di dunia dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi, justru membuat persediaan cadangan energi konvensional menjadi semakin sedikit.

Kebutuhan yang meningkat terhadap energi juga pada kenyataannya tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi. Berbagai konsideran ini menuntut perlunya dikembangkan sumber energi terbarukan.

Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar.

“Pengembangan sel surya telah sampai pada generasi ketiga, yaitu perovskite solar cell (PSC). Ini terus dilakukan inovasi untuk menghasilkan sel surya dengan material yang aman dan ramah lingkungan untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi,” jelas Prof. Shuzi.

Setelah menyampaikan pandangannya, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber lainnya. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tawatchai yang merupakan salah satu narasumber asal Thailand memaparkan terkait “Our Contribution of Carbonaceous Nanomaterials Research to Bio-Circular-Green Economy”.

Prof. Tawatchai mengatakan model ekonomi BCG yang dikonseptualisasikan di Thailand menjadi bagian dari kebijakan Thailand 4.0 sebagai upaya mendorong pembangunan ekonomi dan sosial. Model ini mengintegrasikan bioekonomi, ekonomi sirkular dan ekonomi hijau dan menjadi akar dari kekuatan Thailand di bidang pertanian dan sumber daya alam, Keragaman, dan geografinya.

BCG bertujuan untuk membantu dalam bertransformasi menjadi ekonomi berbasis nilai dan berbasis inovasi. BCG Thailand sesuai dengan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) PBB dalam memastikan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati dan perlindungan sumber daya alam dan ekosistem. (unhas)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya