LPTQ Diharapkan Jadi Pelopor Lahirkan Penghafal Alquran Berkualitas
- U-Report
VIVA – Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, berharap Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) menjadi pelopor dalam mencetak hafiz atau penghafal Alquran berkualitas di daerah tersebut.
"LPTQ hadir bukan hanya untuk kegiatan musabaqah tilawatil quran (MTQ) atau perlombaan saja, tetapi kami menginginkan lebih dari itu," kata Wali Kota Palu Hadianto Rasyid di Palu, Rabu (10/11).
Â
Ia mengemukakan tidak banyak orang yang bisa menjadi hafiz dan tilawah, maka dari itu LPTQ memiliki peran strategis membentuk akhlak generasi muda sejak dini khususnya umat Muslim agar menjadi orang yang mampu membaca Alquran dengan baik dan benar.
Di satu sisi, bermanfaat untuk pengamalan kitab suci Alquran dalam kehidupan sehari-hari, di sisi lain di persiapkan untuk menjadi hafiz dan tilawah berprestasi untuk mengikuti ajang lomba tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional.
"Kita menginginkan tercipta generasi-generasi qurani yang Insya Allah menjadi teladan yang baik serta menjadi hafiz yang implementatif," ucap Hadianto.
Â
Guna mendorong kualitas wawasan keagamaan kepada kaum muslimin dan muslimat, tahun 2022 Pemkot Palu mengagendakan penyiapan pengajar tilawah untuk melakukan pembinaan terhadap anak-anak sejak dini, termasuk pembinaan spiritual dan mental.
"Setiap kelurahan disiapkan satu atau dua guru tilawah untuk melakukan pembinaan. Setelah itu anak-anak akan diseleksi, siapa yang lolos akan masuk di kelas kecamatan untuk penguatan selanjutnya. Kami ingin Kota Palu menjadi gudang hafiz dan tilawah," kata Hadianto berharap.
Â
Sebagai mana visi dan LPTQ yakni, mewujudkan penghayatan dan pengamalan Alquran dalam diri setiap individu. Lalu, menyelenggarakan MTQ, menyelenggarakan pembinaan tahfidz (hafalan), meningkatkan pemahaman Alquran melalui taman pendidikan Alquran (TPQ) dan kajian rutin.
Selain itu, tidak terlepas juga peningkatan penghayatan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.
"Dalam pembinaan kader/generasi dibutuhkan inovasi dan lebih fleksibel, agar model pembelajaran tidak terkesan statis dan metode pembelajaran lebih mengedepankan edukasi agar anak-anak tidak merasa jenuh," demikian Hadianto. (ant)
Â