Pakar IPB University Bahas Ganyong untuk Diversifikasi Pangan
- xenografi.blogspot.com
VIVA – Prof Titi Candra Sunarti, pakar teknologi industri IPB University, mengatakan, ganyong atau umbi garut berpotensi sebagai bahan diversifikasi pangan. Ia pun menyebut, pemanfaatan umbi ganyong dapat dilakukan dalam tiga bentuk.
“Bentuknya bisa berupa umbi segar, tepung ganyong, dan pati ganyong. Baik pati dan tepung yang diproduksi di Indonesia berasal dari ganyong merah maupun putih,” kata Prof Titi Candra Sunarti, Guru Besar IPB University dari Fakultas Teknologi Pertanian.
Dibandingkan dengan tepung terigu, katanya, ganyong memiliki keunggulan berupa mineral dari kelompok serealia lainnya. Selain itu, ganyong juga rendah protein dan rendah lemak serta kaya dengan kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin.
“Kandungan gizi yang tinggi menjadikan ganyong sebagai bahan pangan potensial. Karenanya, manfaat bagi kesehatannya begitu banyak terutama sebagai produk diet,” tambah Prof Titi Candra dalam persnya.
Lebih lanjut, dosen IPB University di Departemen Teknologi Industri Pertanian itu menjelaskan, ukuran granula yang besar memudahkan proses ekstraksi. Dengan demikian, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat mudah menerapkan teknologi sederhana.
Keunggulan lain dari ganyong adalah kemampuan menyerap air dan minyak yang relatif rendah menjadikannya potensial untuk bahan baku kukis. Tidak hanya itu, tingkat kejernihan yang lebih tinggi daripada jenis umbi lainnya menjadikannya potensial sebagai bahan baku pembuatan mie atau soun.
Menurutnya, Indonesia harus belajar dari Vietnam yang telah menjadikan ganyong sebagai bahan baku pembuatan mie eksotik. Ganyong bahkan telah berperan besar dalam kekayaan kuliner Vietnam dalam skala UMKM.
“Dari sisi lokal, ganyong dapat dijadikan jenang atau bubur yang telah menjadi produk komersial di Cilacap, Jawa Tengah sebagai oleh-oleh,” kata Prof Titi Candra dilansir VIVA dari laman ipb.ac.id.
Ia juga menyarankan agar masyarakat belajar dari Jepang yang memanfaatkan Kudzu Starch dan dikemas semenarik mungkin sebagai produk eksotis. Produk tersebut dicap organik, serta mendapat klaim vegan, halal, dan glutten free.
“Saya yakin bahwa produk yang diproduksi di Indonesia itu tidak kalah dalam segi kualitas, tetapi yang masih kurang adalah pengemasan dan promosi keunggulannya,” tambah Prof Titi Candra dalam Seminar Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, dan ISWI (Ikatan Sarjana Wanita Indonesia) Episode 131 dengan topik “Khasiat Ampuh Ganyong Bagi Kesehatan dan Bahan Makanan Favorit Nusantara” (06/10).
Ia menegaskan, hal inilah yang seharusnya didukung sehingga pelaku UMKM dapat mengemas produknya dengan baik dan eksotis. Tidak hanya itu, ganyong juga bisa digabungkan dengan bahan modern dan kekinian untuk menambah nilai jual.
“Bentuk pemanfaatan lain sebagai tepung komposit juga menjadi ide menarik. Apalagi pemasaran produk lokal berbahan ganyong dipasarkan sebagai produk bebas gluten. Lebih lagi ditujukan bagi konsumen berkebutuhan khusus atau alergi terhadap makanan tertentu,” pungkasnya. (ipb)