Asal-usul Tiang Listrik
- VIVA.co.id/Bayu Nugraha
VIVA – Ketua DPR Setya Novanto mengalami kecelakaan saat akan menuju kantor KPK, Kamis malam, 16 November 2017. Mobil yang ditumpangi Novanto menabrak tiang listrik di tepi jalan di wilayah Jakarta Selatan.
Bagian depan mobil Toyota Fortuner yang ditumpangi Novanto ringsek setelah menabrak tiang listrik pinggir jalan. Tiang listrik sudah menjadi hal umum di pinggiran jalan. Instalasi ini menyambungkan jaringan listrik berbasis kabel.
Dalam sejarahnya, penggunaan tiang untuk menghubungkan kabel di jalanan muncul seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi telegraf.
Penggunaan tiang untuk jaringan telegraf pertama kali dipakai pada 1816 oleh Sir Francis Ronalds, yang mencoba menghubungkan kabel sepanjang 8 mil di Hammersmith, London, Inggris.
Selanjutnya 1844, dikutip dari laman Library of Congress, Jumat 17 November 2017, tiang yang lebih kompleks dipakai di Amerika Serikat untuk mendukung sistem telegraf. Penggunaan tiang yang kompleks ini diinisiasi oleh Samuel Morse.
Kala itu Kongres Amerika Serikat menghibahkan US$30 ribu kepada Morse untuk membangun jaringan telegraf antara Baltimore ke Washington DC, yang berjarak 40 mil.
Dengan dana itu, Morse membangun jaringan telegraf dengan menguburkan kabel di dalam tanah, sejauh 7 mil. Setelah selesai 7 mil, sistem jaringan bawah tanah diuji, dan ternyata banyak kegagalan.
Morse kemudian memutar otak, dan berpikir untuk membangun jaringan kabel telegraf yang menjulang di atas kepala manusia. Sistem tersebut membutuhkan tiang pancang.
Maka pada 7 Februari 1844, Morse memasang iklan surat kabar di Washington yang intinya membutuhkan 700 tiang kayu lurus dan kuat. Spesifikasi tiang kayu itu diameternya kurang dari 8 inchi di bagian bawah dan 5 sampai 6 inchi diameter di bagian pucuknya.
Akhirnya Morse mendapatkan 680 tiang dengan dengan panjang 7,3 meter dan 20 tiang kayu penggenapnya panjangnya 9,1 meter.
Tiang listrik kayu [www.pixabay]
Keberhasilan penggunaan jaringan kabel telegraf ini meninspirasi penggunaan tiang kabel untuk mendistribusikan listrik. Dengan perkembangan kebutuhan listrik ke rumah dan pabrik, maka meningkatkan permintaan tiang kayu untuk listrik.
Di Amerika Serikat kala itu, sebagian besar tiang listrik masih terbuat dari kayu. Umumnya kayu yang dimanfaatkan yaitu spesies pohon lurus, misalnya pohon cemara, pinus dan lainnya.
Meningkatnya penggunaan tiang kayu mendapat pertentangan dari pihak yang memperjuangkan konservasi dan lingkungan. Kubu ini mendorong adanya pengawetan tiang kayu dalam waktu lama, untuk mencegah penebangan kayu yang masif untuk kebutuhan tiang listrik. Dengan teknologi pengawetan, tiang kayu umurnya paling tidak 25-50 tahun. Problem tiang kayu listrik lainnya, khususnya di AS, rentan di rusak oleh hewan pelatuk.
Maka beberapa lembaga yang menangani pengawetan dan standar tiang listrik kayu yaitu American Wood Protection Association (AWPA), American National Standards Institute (ANSI), dan di Kanada ada Canadian Standards Association (CSA).
Tiang kayu untuk sistem telegraf [www.woodpole.org]
Selanjutnya, karena keterbatasan kualitas material tiang kayu listrik, maka kemudian mendorong penggunaan bahan lain tiang listrik non kayu. Maka muncullah tiang listrik dari bahan baja, beton, dan komposit fiber, yang sudah umum pada saat ini.
Sampai 1980-an, tiang listrik kayu masih dipakai di sebagian distribusi listrik pedesaan di Inggris. Tiang kayu listrik di Inggris mengalirkan listrik kapasitas 11 atau 33 kV dari gardu 132 kV.
Sedangkan di Eropa Timur, Rusia dan negara ketiga, tiang listrik menghubungkan kabel telekomunikasi tak terisolasi yang dipasang di isolator. Tiang listrik ini ada di sepanjang jalur kereta api, di sisi sepanjang jalan dan sampai di area perkotaan. (ase)
(Diolah dari berbagai sumber)