Mengapa Air Laut Rasanya Asin?
- VIVA.co.id/Tasya Paramitha
VIVA.co.id – Saat berenang di laut, kadang tak sengaja kita meminum sedikit airnya dan rasanya cukup asin. Banyak yang beranggapan jika laut mengandung garam. Meski anggapan itu benar, lalu darimana sejatinya garam di air laut itu muncul?
Dilansir melalui The Conversation dalam programnya yang bertajuk I Have Always Wondered, air telah melarutkan garam yang terdapat di bebatuan. Garam itu kemudian dibawa sampai ke laut.Â
"Saat air hujan terbentuk, mereka menyerap karbon dioksida dari air. campuran air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), bereaksi membentuk asam karbonik (H2CO3). Asam karbonik inilah yang membuat air hujan sedikit asam," ujar Hellen Philips, peneliti senior untuk studi kelautan dan antartika dari University of Tasmania.
Dijelaskannya, asam karbonik itu secara otomatis juga membuat pH air laut berbeda, sekitar 5,6. Sebagai perbandingan, air mineral yang biasa dikonsumsi manusia memiliki pH 7, yang artinya netral.
Jadi, kata Philips, hujan melarutkan garam dari bebatuan, kemudian garam dibawa melalui limpasan ke sungai sampai akhirnya menuju ke laut. Dalam data, sungai diperkirakan telah membawa hampir 4 miliar ton garam ke laut setiap tahun.Â
Lalu mengapa air sungai tidak asin? Sungai sejatinya masih menyimpan kandungan garam namun jumlahnya kecil sehingga rasa asinnya tidak setegas air laut. Karena semua air sungai berakhir di laut maka seluruh garam yang terkandung di air sungai pun menjadi terkonsentrasi ke laut. Lagipula, air sungai bukan satu-satunya pemberi kontribusi garam di laut. Selain air sungai dan bebatuan di laut, ventilasi hidrotermal di dasar laut dan gunung berap bawah laut juga memasok garam ke laut.
Menurut data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), selama jutaan tahun, konsentrasi garam telah meningkat menjadi rata-rata 35 gram garam dalam setiap satu kilogram air laut. Bahkan jika garam di laut berhasil ditarik dan disebar, seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan kedalaman garam setebal 150 meter.