Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern dari Dunia Islam
- http://scielo.isciii.es
VIVA.co.id – Dalam khazanah sejarah pemikir Islam abad pertengahan, nama Ibnu Sina adalah salah satu figur yang terkenal. Ilmuwan kelahiran Bukhara, saat ini wilayah Uzbekhistan itu dikenal dalam bidang pengobatan dan filsafat. Terkenal dengan nama Ibnu Sina di literatur Islam, tapi di barat Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicenna.
Salah satu karyanya yang mendunia yakni kitab al Qanun fi at Tibb atau The Canon of Medicine, yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa pada akhir abad ke-12.
Dikutip dari Britannica, Selasa 30 Mei 2017, bukunya tersebut punya pengaruh besar bagi studi medis di Eropa. Sebab buku tersebut menjadi sumber referensi bagi studi medis di berbagai universitas di Eropa sampai akhir abad 17. Ibnu Sina memberi pengaruh di antaranya bagi dokter pada abad ke-13 seperti Arnold dari Villanova (1235-1313), Bernard de Gordon (1270-1330), dan Nicholas dari Polandia (1235-1316). Atas kontribusinya itu, banyak yang tak ragu melabeli Ibnu Sina sebagai 'Bapak Kedokteran Modern'.
Bibit Ibnu Sina dalam dunia pengobatan dimulai saat dia menginjak remaja. Masa kecilnya, dididik untuk memperdalam Al Quran. Menurut catatan murid Ibnu Sina, Al juzjani, gurunya telah membaca dan menghafal Al Quran pada usia 10 tahun.
Beranjak besar, guru Ibnu Sina, Natili mengarahkan Ibnu Sina kecil untuk memahami logika dasar. Berkat kecerdasannya, kemampuan logika dasar malah melampauinya gurunya. Ibnu Sina mempelajari pemikir logika dasar secara mandiri.
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina beralih mendalam dunia obat-obatan. Kemampuannya itu diuji saat Sultan Bukhara jatuh sakit, tabib terbaik kerajaan saat itu tak bisa mengobati sang raja. Ibnu Sina dipanggil ke sisi tempat tidur raja dan kemudian menyembuhkannya.
Sebagai ganjaran, Sultan Bukhara membuka akses perpustakaan kerajaan Samanid kepada Ibnu Sina. Dari sini, literatur yang dibaca Ibnu Sina makin banyak.
Makin dewasa, Ibnu Sina makin matang pemikirannya. Pada usia 21 tahun, dia sudah menulis karya ilmiahnya. Sepanjang hidupnya dia telah menghasilkan ratusan judul buku, yang tercatat ada 240 judul dari berbagai disiplin ilmu mulai matematika, geometri, astronomi, fisika, metafisika, filologi, musik dan puisi.
Karyanya dalam bidang kedokteran, The Canon of Medicine terbagi dalam lima buku. Buku pertama berisi empat risalah yaitu mengulas empat elemen (bumi, udara, api dan air) yang berhubungan dengan empat cairan yang dibahas dokter Yunani terkenal, Galen. Risalah pertama ini juga termasuk anatomi tubuh. Risalah kedua membahas penyebab dan gejala, risalah ketiga meliputi kebersihan, kesehatan, penyakit, dan keniscayaan kematian. Risalah keempat meliputi klasifikasi penyakit, gaya hidup dan perawatan diet.
Sementara buku kedua The Canon of Medicine yaitu ‘Meteria Medica’, buku ketiga berjudul Penyakit Dari kaki sampai Kepala, buku keempat membahas penyakit bukan pada organ tertentu (demam dan patolog sistemik) dan buku kelima mengulas obat senyawa. Buku kedua dan kelima masing-masing membahas ringkasan 760 obat sederhana dan senyawa patologi dokter Yunani, Galen.
Dikutip dari Muslimheritage, dalam The Canon of Medicine juga membahas klasifikasi penyakit ginjal secara sistemik dan laporan penyakit kandung kemih. Ibnu Sina termasuk yang pertama menunjukkan fakta bahwa hematuria (darah di urin) menjadi penyebab di luar sistem saluran kemih.
Ibnu Sina termasuk dokter yang mengingatkan agar tak melakukan kateterisasi saat terjadi pembengkakan. Sebab skema ini meningkatkan pembengkakan dan nyeri. Untuk skema kateterisasi (penyisipan tabung ramping ke tubuh) yang lebih aman, Ibnu Sina mendesain kateter dengan bulat dan banyak lubang dari kulit hewan laut dan hewan tertentu.
Dalam praktik pengobatannya, Britannica menuliskan, Ibnu Sina mempraktikkan metode yang jalankan oleh dokter kuno populer Yunani, Hipokrates. Dalam teknik pengobatan kelainan tulang belakang dan teknik reduksi, Ibnu Sina melibatkan penggunaan tekanan dan daya tarik untuk meluruskan atau memperbaiki kelainan tulang dan sendi. Teknik ini tak dipakai lagi sampai pada 1896 oleh dokter bedah Prancis, Jean-Francois Calot. Ibnu Sina menyempurnakan teknik ini dengan anggur sebagai pembalut luka.
Teknik pengobatan Ibnu Sina dianggap sejarawan medis, Micahel McVaugh berkontribusi dalam memunculkan pendekatan medik berbais bukti ilmiah. McVaugh mengakui konsep Ibnu Sina dalam pengobatan berbasis bukti ilmiah memungkinkan pengujian dan konfirmasi pengobatan berdasar 'skema alam yang rasional'.