Riwayat Blunder Google, Hapus Palestina Sampai Area India
- Motherboard
VIVA.co.id - Google sedang dihujat pengguna internet dunia, karena menghapus Palestina dari Google Maps dan menggantinya dengan Israel.
Google dituding sengaja memancing 'air keruh', dengan menghapuas nama Palestina di platform pemetaan Google.
Dikutip Tech Tree, Senin 8 Agustus 2016, protes penghapusan nama Palestina itu, kemudian melahirkan gerakan menuntut Google melalui petisi online di Change.org.
Petisi yang dibuat oleh Zak Martin itu, per Senin 8 Agustus 2016, telah menembus dikungan 120 ribu tanda tangan dari target 150 ribu tanda tangan netizen.
Blunder Google Maps terkait terotori kedaulatan negara, ternyata bukan pertama kali ini terjadi.
Pada awal Mei lalu, Google mendapat kritik keras dari India, menyusul penggambaran peta Kashmir dan Arunachal Pradesh di Google Maps.
Area Kashmir dan sebagian di Arunachal Pradesh sampai saat ini memang masih menjadi objek sengketa. Khusus Kashmir, menjadi sengketa antara India dan Pakistan.
Nah, saat pencarian Kashmir dilakukan pengguna internet di India, wilayah Kashmir masuk dalam teroriti Negeri Bollywood itu. Hal ini tentu memicu ketegangan.
Temuan pencarian kontroversial Kashir di Google Maps itu membuat otoritas India untuk merancang kebijakan geospasial, National Geospatial Policy (NGP 2016).
Sebab, jika tak diantisipasi bisa berakibat fatal, penggambaran keliru atas peta dan teritorial India bisa menyebabkan hubungan penjara hingga tujuh tahun dan denda 10 juta Rupee, atau Rp1,9 miliar.
Google tercatat juga pernah blunder dalam memetakan wilayah Nikaragua dan Kosta Rika. Pada 2010, berkat bantuan Google Maps, tentara Nikaragua menyeberangi perbatasan Kosta Rika dan kemudian mengganti bendera Kosta Rika dengan bendera Nikaragua.
Belakangan, dalam penyelidikan terungkap Google Maps memberikan informasi ke komandan pasukan Nikaragua bahwa wilayah yang diganti bendera itu adalah milik Nikaragua.
Selain Google, Facebook juga pernah blunder dalam menampilkan bendera Filipina dalam posisi terbalik, saat memperingati Hari Kemerdekaan Filipina, pertengahan Juni lalu.
Dalam aturan Filipina, penampilan bendera yang benar adalah warna biru di atas, warna merah di bagian bawah. Namun, pada banner itu, Facebook menempatkan secara terbalik, merah di atas dan biru di bawah.Â
Dalam hukum Filipina, menampilkan bendera dengan merah di atas dan biru di bawah berarti menempatkan Filipina dalam era perang. Sementara itu, dalam hukum itu, penampilan bendera dengan biru di atas dan merah di bawah merupakan penampilan bendera pada masa damai ,alias tidak perang.
Sontak blunder ini pun, melahirkan gelombang protes pengguna internet di Filipina. Meskipun Facebook sudah meminta maaf, namun saat itu tak langsung menyurutkan emosi netizen Filipina. (asp)