Bom Waktu Mossad Israel di Tangan Hizbullah

Bendera Israel.
Sumber :
  • Atalayar

Jakarta, VIVA – Badan Intelijen Israel, Mossad, menghabiskan lebih dari satu dekade (10 tahun) mempersiapkan operasi yang mengakibatkan ledakan pager (penyeranta) dan walkie-talkie (radio panggil) di seluruh Lebanon pada 17-18 September 2024.

Kepala Mossad Israel Terbang ke Qatar untuk Negosiasi Pertukaran Tawanan dengan Faksi-faksi Palestina

Dalam operasi ini, Mossad menyusup ke rantai pasokan perangkat komunikasi kelompok Hizbullah.

Serangan tersebut menewaskan 42 orang, termasuk 12 warga sipil, dan melukai lebih dari 3.500 orang, termasuk wanita, anak-anak, serta Duta Besar Iran untuk Lebanon Mojtaba Amani.

Israel Langgar Gencatan Senjata, Hizbullah Tegaskan "Kesabaran Kami Mungkin Habis"

Mossad pertama kali bekerja dengan walkie-talkie. Badan intelijen tersebut merancang baterai untuk walkie-talkie yang berisi alat peledak dan kemudian menyusup ke rantai pasokan melalui serangkaian perusahaan cangkang untuk menyembunyikan jejak.

"Kami menciptakan dunia pura-pura (tipu daya). Kami (berperan) sebagai produsen global. Kami penulis skenario, sutradara, produser, dan juga aktor utamanya," kata salah satu mantan agen Mossad, seperti dikutip dari Russian Today, Senin, 30 Desember 2024.

Tentara Israel yang Pergi ke Luar Negeri Berpotensi Ditangkap karena Kejahatan Perang di Gaza

Akhirnya, agen Israel tersebut dilaporkan menjual lebih dari 16 ribu walkie-talkie yang meledak kepada kelompok militan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon.

Tidak berhenti di situ. Mossad mengincar perangkat lain yang akan dibawa anggota Hizbullah 'setiap saat'. Begitulah cara pager mulai digunakan pada 2022.

Menurut mantan agen tersebut, badan intelijennya telah menjalankan banyak uji coba untuk menentukan jumlah pasti bahan peledak yang dibutuhkan untuk melukai pemilik pager tanpa menimbulkan kerusakan tambahan.

Perangkat yang dirancang Mossad dilaporkan tidak memiliki kemampuan intelijen dan tidak dapat digunakan untuk pelacakan atau pengawasan.

"Hampir tidak ada cara untuk menyadapnya," ungkapnya, seraya menambahkan bahwa pager pada dasarnya hanyalah bom kecil.

Mossad mengetahui bahwa Hizbullah membeli perangkat tersebut dari sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Taiwan, Gold Apollo.

Perusahaan itu kemudian mendirikan lebih banyak perusahaan cangkang, termasuk satu perusahaan di Hungaria.

Untuk menipu Gold Apollo agar mau bekerja sama, tanpa memberitahukan rencananya kepada perusahaan di Taiwan, Mossad sepenuhnya memproduksi pager yang kemudian dijual melalui kemitraan berlisensi dengan Gold Apollo.

Badan intelijen itu bahkan mempekerjakan pramuniaga perusahaan yang berurusan dengan Hizbullah untuk mempromosikan produk.

Mereka juga melakukan kampanye iklan palsu besar-besaran di YouTube dan tempat lain di internet yang bahkan menyertakan testimonial daring palsu yang memverifikasi kualitas pager.

"Ketika [Hizbullah] membeli dari kami, mereka sama sekali tidak tahu bahwa mereka membeli dari Mossad. Kami membuatnya seperti 'Truman Show,' semuanya dikendalikan oleh kami di balik layar. Bulan September 2024, mereka punya sekitar 5 ribu pager," tegas sang mantan agen.

Semua upaya ini ditujukan untuk melumpuhkan dan menakut-nakuti musuh-musuh mereka, para mantan agen itu mengakui. "Kami ingin mereka merasa rentan, dan memang mereka begitu," kata seorang mantan agen Mossad.

Yang lain, lanjut dia, mengatakan badan intelijen tersebut ingin orang-orang yang terlibat dalam rencana itu menjadi peringatan hidup bagi musuh-musuh Israel.

"Orang-orang tanpa tangan dan mata itu adalah bukti nyata, yang hidup di Lebanon, bahwa 'jangan ganggu kami,'" ungkapnya.

Hamas kembali membebaskan sandera saat gencatan senjata di hari keenam

Hamas Rilis Daftar 34 Sandera untuk Ditukar dengan Gencatan Senjata

Kelompok militan Palestina Hamas telah menyetujui daftar 34 sandera, yang diajukan oleh Israel untuk dipertukarkan dalam kemungkinan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

img_title
VIVA.co.id
6 Januari 2025