Ngerinya Biro 121, Senyap sampai Bikin AS Nyapnyap
- Daily NK
VIVA Tekno – Korea Utara memiliki tentara siber yang mampu menyerang musuh-musuhnya. Pasukan senyap yang bernaung di bawah Biro 121 dan merupakan bagian dari General Bureau of Reconnaissance – departemen intelijen kelas atas yang dioperasikan oleh militer.
Pemerintah Korea Utara pernah menyatakan bahwa operasi dunia maya merupakan salah satu cara negaranya untuk mempertahankan opsi militer asimetris.
Menurut Global Security, Biro 121 dibentuk pada era 1990-an dan memiliki lebih dari enam ribu personel ahli peretasan atau hacking yang ditempatkan di negara-negara seperti Belarusia, China, India, Malaysia, serta Rusia.
Obyek yang mereka retas kelas kakap meliputi lembaga keuangan dan bisnis internasional. Lazarus Group, bagian dari Biro 121, berhasil mencuri jutaan dolar AS dari hasil pertukaran mata uang kripto, meneror dengan ransomware WannaCry di web, membobol rumah produksi Sony Pictures asal AS, serta membocorkan konten yang belum dirilis serta informasi pribadi lainnya.
Memo yang dikeluarkan Angkatan Darat AS mengungkap, misi kelompok itu adalah menciptakan kekacauan dengan menyerang jaringan musuh yang rentan.
Peretas atau hacker juga diduga menggunakan koin privasi untuk menutupi jejak saat mengonversi dana menjadi uang tunai.
Mereka pernah mencuri dari beberapa pertukaran mata uang kripto, membobol Sony Pictures, serta membocorkan konten yang belum dirilis.
Selain itu, Lazarus juga didorong mendukung penelitian dan pengembangan militer internasional. Hal itu menunjukkan Biro 121 dikelola oleh orang-orang pilihan dan memiliki kecerdasan tinggi.
Sebagian besar orang yang direkrut untuk bergabung di Biro 121 adalah remaja lulusan terbaik dari berbagai universitas.
Bahkan, Asia News melaporkan, Korea Utara diduga terlibat dalam serangkaian skema penarikan uang ilegal selama puluhan tahun.
Tidak hanya mencuri kripto, yang sudah dilakukan sejak 2017, tapi mereka juga terlibat dalam pemalsuan uang kertas pecahan US$100.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa rezim Kim Jong-un melakukan serangan siber terhadap lembaga keuangan dan pertukaran mata uang virtual untuk membiayai persenjataan serta mempertahankan ekonomi negara yang morat-marit.
Para hacker Korea Utara berhasil mencuri aset virtual senilai US$316,4 juta pada periode 2019 hingga November 2020.
Laporan juga mengungkap Korea Utara memproduksi bahan fisil, memelihara fasilitas nuklir, dan meningkatkan infrastruktur rudal balistiknya sambil terus mengupayakan bahan dan teknologi untuk program ini dari luar negeri.