Bumi Ternyata Memiliki ‘Detak Jantung’

Ilustrasi bumi
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Tekno – Tak ada henti-hentinya Bumi kita memberikan kabar baru menakjubkan.

BPBD Catat Ada 1.559 Jiwa Terdampak Banjir Bandang di Tapanuli Selatan

Terbaru, penelitian terhadap peristiwa geologi kuno menunjukkan bahwa planet kita memiliki 'detak jantung' aktivitas geologi yang lambat dan stabil setiap 27 juta tahun atau lebih.

Rangkaian peristiwa geologis ini, termasuk aktivitas gunung berapi, kepunahan massal, reorganisasi lempeng, dan kenaikan permukaan air laut, berlangsung sangat lambat, merupakan siklus pasang surut yang dahsyat selama 27,5 juta tahun. 

Penjelasan BMKG soal Gempa Bumi Magnitudo 5.0 di Sumatera Barat

Tapi untungnya bagi kita, para manusia, peneliti berpikir kita punya waktu 20 juta tahun lagi sebelum 'denyut nadi' berikutnya.

Ilustrasi Bumi dan Bulan.

Photo :
  • www.pixabay.com/
Korban Banjir Bandang Cianjur Sukabumi Butuh Obat-obatan dan Makanan Siap Saji

“Banyak ahli geologi percaya bahwa peristiwa geologi terjadi secara acak dari waktu ke waktu,” jelas Michael Rampino, ahli geologi dari Universitas New York dan penulis utama studi tersebut, dalam pernyataannya melansir Science Alert, Sabtu, 11 November 2023.

“Tetapi penelitian kami memberikan bukti statistik untuk siklus umum, menunjukkan bahwa peristiwa geologi ini berkorelasi dan bukan bergerak secara acak," lanjutnya. 

Tim melakukan analisis terhadap usia 89 peristiwa geologi yang dipahami dengan baik selama 260 juta tahun terakhir. 

Seperti grafik di bawah ini, beberapa masa tersebut merupakan masa-masa sulit, dengan lebih dari delapan peristiwa yang mengubah dunia terjadi dalam jangka waktu yang secara geologis kecil, sehingga membentuk 'denyut' bencana.

Kejadian geologi besar di bumi selama 260 juta tahun

Photo :
  • Geoscience Fronties

“Peristiwa-peristiwa ini mencakup masa-masa kepunahan laut dan non-laut, peristiwa-peristiwa anoxic samudera yang besar, letusan-letusan banjir-basal di benua, fluktuasi permukaan laut, gelombang magmatisme intralempeng global, dan masa-masa perubahan laju penyebaran dasar laut dan reorganisasi lempeng,” tulis tim di makalah mereka.

“Hasil kami menunjukkan bahwa peristiwa geologi global umumnya berkorelasi, dan tampaknya terjadi secara bersamaan dengan siklus yang mendasarinya ~27,5 juta tahun.” 

Ahli geologi telah menyelidiki potensi siklus peristiwa geologi sejak lama. 

Pada tahun 1920-an dan 30-an, para ilmuwan pada masa itu berpendapat bahwa catatan geologi mempunyai siklus 30 juta tahun, sedangkan pada tahun 1980-an dan 90-an para peneliti menggunakan peristiwa-peristiwa geologi dengan tanggal terbaik pada saat itu untuk memberi mereka rentang waktu antara 'denyut' 26,2 hingga 30,6 juta tahun. 

Dan sekarang, semuanya tampak baik-baik saja, 27,5 juta tahun adalah waktu yang tepat sesuai perkiraan para ilmuwan

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada akhir tahun 2020 oleh penulis yang sama menunjukkan bahwa periode 27,5 juta tahun ini juga merupakan saat terjadinya kepunahan massal.

Penelitian lain dari Rampino dan timnya menunjukkan bahwa serangan komet mungkin menjadi penyebabnya, bahkan seorang peneliti luar angkasa berpendapat bahwa Planet Sembilan adalah penyebabnya. 

Namun jika Bumi benar-benar memiliki 'detak jantung' geologis, hal itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang lebih dekat dengan bumi. 

"Gelombang siklus tektonik dan perubahan iklim ini mungkin merupakan hasil dari proses geofisika yang berkaitan dengan dinamika lempeng tektonik dan bulu mantel, atau mungkin juga disebabkan oleh siklus astronomi yang terkait dengan pergerakan bumi di Tata Surya dan Galaksi,” tulis tim dalam penelitian mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya