Kecerdasan Buatan: Teman atau Lawan?

Eugene Kaspersky.
Sumber :
  • VIVA

VIVA Tekno – Dalam era di mana teknologi terus berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu inovasi paling mengubah permainan. Dari mobil canggih hingga asisten virtual homanoid, AI telah merasuki berbagai aspek kehidupan kita. 

Perangi Cybercrime: BRI Tingkatkan Keamanan dan Terus Edukasi Nasabah

Namun, di balik janji-janji kemajuan ini, ada ancaman yang semakin nyata: potensi kecerdasan buatan sebagai senjata dalam dunia siber.

Menurut penelitian yang dilakukan IDC, Asia Pasifik (APAC) kini berada di garis depan revolusi AI. Studi itu mengungkapkan bahwa belanja AI di negara-negara ini akan meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun, dari $9,8 miliar pada tahun 2023 menjadi $18,6 miliar pada tahun 2026. 

Indonesia-Turki Kerja Sama untuk 'Tangkis' Serangan Hacker

Untuk menyelami lebih dalam mengenai penggunaan AI dan masa depan keamanan siber, Kaspersky hari ini mengadakan Cyber Security Weekend tahunan dengan media terpilih dari Asia Pasifik. Konferensi yang bertajuk “Deus Ex Machina: Menetapkan Petunjuk Aman untuk Mesin Cerdas”, bertujuan untuk memetakan peta aman seiring dengan semakin majunya AI di dunia. 

Kaspersky Team

Photo :
  • VIVA
Waspada Penipuan, Ini Cara Bedakan BRImo FSTVL yang Asli dan Palsu!

Perusahaan keamanan siber global ini telah merevolusi banyak hal dengan menemukan cara untuk mengembangkan sistem TI dengan perlindungan “bawaan”  atau dikenal sebagai Imunitas Siber.

Salah satu perbincangan seputar AI adalah bagaimana penjahat dunia maya dapat mengeksploitasinya untuk meningkatkan serangan phishing dan malware. Konsep Imunitas Siber Kaspersky menyiratkan bahwa sebagian besar jenis serangan siber tidak efektif dan tidak dapat memengaruhi fungsi penting sistem dalam skenario penggunaan yang ditentukan pada tahap desain.

“Kaspersky Cyber Immunity adalah pendekatan yang baru-baru ini kami gadangkan di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini mewujudkan sistem yang aman sesuai desain yang memungkinkan terciptanya solusi yang hampir tidak mungkin untuk dieksploitasi dan meminimalkan jumlah potensi kerentanan," jelas Eugene Kaspersky, di Bali, Kamis, 24 Agustus 2023. 

"Di zaman di mana teknologi dapat digunakan baik oleh orang baik maupun orang jahat, keamanan siber tradisional tidak lagi cukup. Kita perlu merevolusi pertahanan kita untuk memastikan kita menciptakan dunia digital yang lebih aman,” lanjut Kaspersky. 

Ada 3 hal "mudah" kita bisa lakukan untuk merasa aman di dunia siber, yaitu adanya pendidikan atau pengetahuan mengenai ancaman siber, para pihak berwajib, dan terkhusus untuk perusahaan gunakan layanan siber sekuritas yang bagus.

Namun, penting untuk diingat bahwa kecerdasan buatan juga dapat digunakan untuk melawan ancaman di dunia siber. Sistem AI yang canggih dapat digunakan untuk menganalisis pola serangan dan mendeteksi ancaman potensial dengan lebih cepat daripada manusia. Upaya untuk mengembangkan pertahanan siber yang didukung AI dapat menjadi kunci untuk menjaga keamanan kita dalam menyelami dunia digital. 

"Semuanya tergntung kepada "sang tangan". It goes both ways. Tapi menurut saya, akan ada lebih banyak hal positif mengenai AI dibanding dengan hal negatifnya," ujar Kapersky saat sesi tanya jawab. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya