Mengejutkan, Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Paruh Bebek di Chili
- DW
Dunia – Sisa-sisa atau fosil dinosaurus herbivora berparuh bebek yang sebelumnya tidak dikenal di belahan bumi selatan telah ditemukan di Chili, kata para ilmuwan, Jumat waktu setempat.
Dinosaurus yang oleh para ilmuwan disebut Gonkoken nanoi, memiliki berat hingga satu metrik ton dan dapat tumbuh hingga ketinggian empat meter, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances.Â
'Gonkoken nanoi' diyakini hidup 72 juta tahun yang lalu. Dinosaurus itu diperkirakan hidup di ujung paling selatan pulau dari apa yang sekarang dikenal sebagai Patagonia Chili, sekitar 72 juta tahun yang lalu.Â
"Gonkoken nanoi bukanlah dinosaurus berparuh bebek tingkat lanjut, melainkan garis keturunan paruh bebek transisi yang lebih tua: hubungan evolusioner dengan bentuk lanjutan," kata Alexander Vargas, salah satu penulis studi tersebut, dikutip VIVA Tekno dari DW, Sabtu 17 Juni 2023.Â
"Ini adalah dinosaurus yang tampak ramping, yang dapat dengan mudah mengadopsi postur bipedal dan quadrupedal untuk mencapai vegetasi di ketinggian dan di permukaan tanah," tambah Vargas.Â
Penelitian selama satu dekade terjadi setelah sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Institut Antartika Chili (INACH) pada tahun 2013 menemukan pecahan tulang kekuningan di dasar lereng bukit dekat dengan hotspot wisata utama Torres del Paine di Patagonia.Â
"Awalnya, kami mengira itu berasal dari kelompok yang sama dengan hadrosaurus Amerika Selatan lainnya, tetapi seiring berjalannya studi, kami menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Jhonatan Alarcon-Munoz, penulis utama studi tersebut.Â
Pengungkapan baru menunjukkan bahwa Patagonia Chili berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi spesies hadrosaurus yang sangat kuno, sejenis dinosaurus berparuh bebek yang umumnya ditemukan di Amerika Utara, Asia, dan Eropa selama periode Cretaceous, dari 145 hingga 66 juta tahun yang lalu.Â
Kehadiran mereka di tanah selatan yang terpencil mengejutkan para ilmuwan, yang harus memahami bagaimana nenek moyang mereka sampai di sana, kata Vargas.