3 Tanda Kiamat Menurut Sains
- Institut Astronomi Universitas Hawaii
VIVA Tekno – Kehidupan di Bumi terancam berakhir. Penyebabnya ditengarai oleh sejumlah faktor yang dibuat sendiri oleh manusia, juga secara alamiah. Selama tiga tahun terakhir, jam kiamat disetel pada 100 detik sebelum tengah malam.
Tapi, saat ada peristiwa invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, krisis iklim dan tindakan lain yang mengancam kehidupan umat manusia, dunia secara resmi semakin mendekati apa yang disebut Buletin Ilmuwan Atom sebagai 'bencana global'.
Beberapa waktu yang lalu jarum jam Kiamat mencapai posisi terdekatnya dengan tengah malam.
Jam ini bukanlah alat ramalan, melainkan simbol yang dibuat oleh Buletin Ilmuwan Atom pada 1947 untuk menjelaskan bagaimana tindakan manusia menyebabkan masalah yang dapat menimbulkan konsekuensi massal.
"Kita hidup di masa bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya dan waktu Jam Kiamat mencerminkan kenyataan itu. 90 detik menuju tengah malam adalah jam terdekat yang pernah disetel ke tengah malam, dan ini adalah keputusan yang tidak dianggap enteng oleh para pakar kami," ujar Presiden dan CEO Bulletin, Rachel Bronson.
Perang Ukraina
Alasan pergerakan 10 detik menuju kiamat sebagian besar karena perang di Ukraina yang terjadi hampir satu tahun. Dalam sebuah pernyataan, Buletin menjelaskan bahwa perang telah 'menimbulkan pertanyaan mendalam' tentang bagaimana negara-negara berinteraksi, serta kejatuhan nyata dalam perilaku internasional.
Perang memiliki implikasi yang luas, yang berdampak pada tanaman global, pasokan gas, dan risiko yang merajalela ke lokasi reaktor nuklir. menurut situs CBS News, Kamis, 9 Februari 2023.
"Dan yang terburuk, ancaman terselubung Rusia untuk menggunakan senjata nuklir mengingatkan dunia bahwa eskalasi konflik merupakan risiko yang mengerikan," jelas para ilmuwan.
Nuklir
Ancaman perang nuklir juga merupakan faktor yang membuat dunia semakin dekat dengan tengah malam, seperti halnya krisis iklim, yang kebutuhan untuk mengatasinya semakin mendesak.
Beberapa bulan terakhir telah terungkap bahwa rekor emisi karbon dioksida jadi yang tertinggi karena memburuknya cuaca ekstrem dan efek berjenjang dari gagal panen, penyakit, dan melemahnya infrastruktur.
Ancaman biologis seperti Covid-19 dan disinformasi juga terdaftar sebagai faktor perubahan jam Kiamat. Mantan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Mary Robinson mengatakan bahwa langkah terakhir pada jam adalah membunyikan alarm bagi seluruh umat manusia.
"Kami berada di ambang jurang. Tetapi para pemimpin kita tidak bertindak dengan kecepatan atau skala yang memadai untuk mengamankan planet yang damai dan layak huni. Ilmunya jelas, tetapi kemauan politiknya kurang. Ini harus berubah pada tahun 2023 jika kita ingin mencegah bencana. Kita sedang menghadapi banyak krisis eksistensial. Pemimpin membutuhkan pola pikir krisis," jelasnya.
Sementara Buletin menggunakan jam untuk memperingatkan dunia akan bahaya, grup tersebut mengatakan secara konkret bahwa mereka tidak memprediksi masa depan. Sebaliknya, jam adalah semacam analisis peristiwa internasional, tren, dan upaya publik dan resmi untuk mengurangi kerusakan pada kemanusiaan.
"Buletin itu seperti seorang dokter yang membuat diagnosis. Kami melihat data, seperti dokter melihat tes laboratorium dan sinar-X, dan juga mempertimbangkan faktor yang lebih sulit dihitung, seperti yang dilakukan dokter saat berbicara dengan pasien dan anggota keluarga," kata kelompok itu.