3 Fakta Masker Pendeteksi Virus COVID-19 Ciptaan Peneliti Jepang
- Dezeen
VIVA – Teknologi memang akan terus berkemabang bahkan pada setiap harinya. Salah satunya seperti teknologi dalam dunia medis.
Apalagi seperti yang kita tahu bahwa pandemi COVID-19 sedang melanda dunia sehingga banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mencegah dan bahkan menghilangkan virus tersebut.
Berbagai alat pun diteliti dan dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas yang dapat memudahkan dalam penanganan virus COVID-19.
Salah satunya seperti masker pendeteksi virus COVID-19 yang dapat menyala. Mengutip dari Dazeen, para peneliti di Jepang berhasil mengembangkan masker dari antibodi burung unta yang dapat menyala di bawah sinar ultraviolet saat terindikasi adanya paparan virus COVID-19.
Penemuan itu dilakukan oleh Yasuhiro Tsukamoto dan timnya di Universitas Kyoto di Jepang. Berikut fakta-fakta masker pendeteksi virus COVID-19 yang diciptakan oleh para peneliti Jepang.
Menggunakan antibodi burung unta
Penyaring atau filter masker dengan lapisan antibodi dari burung unta diciptakan oleh peneliti untuk mendeteksi Virus Corona COVID-19.
Burung unta sendiri diketahui memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit, berdasarkan riset yang dilakukan oleh para peneliti tersebut.
Tsukamoto, seorang profesor kedokteran hewan dan pemimpin universitas itu sudah mempelajari burung unta selama bertahun-tahun untuk mencari cara mengadaptasikan kekuatan imunitas mereka untuk melawan flu burung, alergi, dan penyakit lainnya. Sehingga diciptakanlah masker yang bisa menyala tersebut.
Masker dapat menyala
Saat penyaring atau filter masker dilepas dan disemprotkan dengan bahan kimia maka masker yang disinari oleh sinar ultraviolet tersebut akan menyala.
Hal tersebut sebagai indikasi masker dari lapisan antibodi burung unta tersebut dapat menyala saat terpapar virus COVID-19. Desain dari masker ini sendiri dibuat seperti masker-masker medis pada umumnya.
Mendeteksi virus COVID-19
Masker dengan filter dari burung unta tersebut akan menyala di sekitar area hidung dan mulut saat digunakan oleh seseorang yang terpapar virus COVID-19.
Namun, masker tersebut hanya bisa menyala dengan bantuan sinar ultraviolet saja apabila ingin melihat ada virus yang terdeteksi atau tidak.
Maka dari itu, para peneliti masih terus mengembangkannya dengan lebih lanjut agar masker tersebut bisa menyala secara otomatis tanpa bantuan sinar ultraviolet.