Urine Astronot Jadi Sampah Antariksa
- Unsplash
VIVA – Selain tengah menghadapi krisis iklim, manusia juga telah mencemari lingkungan luar angkasa di mana setengah juta keping puing-puing luar angkasa dapat menyebabkan bencana dalam waktu kurang dari 50 tahun.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA sedang memantau 28 ribu keping sampah antariksa kecil – tidak lebih besar dari 10 cm – yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada struktur apapun di luar angkasa.
Saat ini, pemindahan sampah antariksa hanya tiga atau empat potong dalam satu tahun, menurut Profesor School of Aeronautics & Astronautics di Purdue University, Carolin Frueh. Ia berpikir jika puing-puing ruang angkasa menjadi salah satu bencana polusi terbesar.
Sebagian besar puing mengorbit di sekitar Bumi dengan kecepatan sekitar 17.500 mph, meskipun beberapa mengatakan itu bisa mencapai sekitar 900 ribu, mengutip laman Express, Rabu, 5 Januari 2022.
Semakin tinggi posisinya, semakin lama potongan-potongan itu berada di orbit. Mereka kebanyakan berasal dari satelit yang dihancurkan oleh rudal. Urine manusia yang mengkristal dari dekade sebelumnya juga masuk dalam kategori puing luar angkasa atau sampah antariksa.
Selain itu, benda-benda yang hilang oleh astronot saat berjalan di luar angkasa seperti spatula, tas peralatan, kamera, dan sarung tangan juga merupakan bagian dari sampah antariksa.
Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS saat ini menggunakan sistem daur ulang limbah yang mengubah urin menjadi air bersih dan dapat diminum.
John Crassidis, seorang profesor dirgantara dari Universitas Buffalo, New York, AS mengatakan bahwa sampah antariksa yang mengorbit dapat menghambat operasi ruang angkasa di masa depan.
"Saya tidak berpikir orang akan menganggapnya serius sampai seorang manusia terluka di luar angkasa. Ini akan mencapai titik di mana orbit rendah Bumi berpotensi alami kecelakaan hingga tidak lagi bisa meletakkan sesuatu di sana," tegas dia.